2. Perbedaan pendapat
dan penculikan
DARI RENGASDENGKLOK
HINGGA PEGANGSAAN 3. perumusan teks
TIMUR proklamasi hingga pagi
4. Pembacaan teks
proklamasi pukul 10 pagi
5.Kebahagiaan rakyat
Indonesia atas
kemerddekan Indonesia
1. Jepang Kalah Perang dengan Sekutu
Perang Dunia II yang berkecamuk sejak tahun 1939
telah menyebabkan kedua kelompok yakni Sekutu dan
negara-negara fasis saling menyerang dengan
menggunakan senjata pemusnah dan kerusakan massal.
Jutaan manusia yang sebagian besar masyarakat sipil
meninggal dunia akibat Perang Dunia II.
Keinginan Amerika untuk segera menghancurkan
kekuatan Jepang dilakukan dengan mengirimkan
pesawat pembawa bom atom. Pada tanggal 6 Agustus
1945, bom atom pertama diledakkan di kota Hiroshima,
sementara pada tanggal 9 Agustus 1945 bom atom
diledakkan di kota Nagasaki. Bom atom yang diledakkan
di Hiroshima dan Nagasaki menyebabkan ratusan ribu
penduduk Jepang meninggal dunia dan ratusan ribu
lainnya mengalami kecacatan
Kehancuran Kota Hiroshima dan Nagasaki memukul
perasaan bangsa Jepang. Apabila perang dilanjutkan,
Jepang akan lebih hancur. Akhirnya Jepang memutuskan
untuk mengakhiri perang dunia dengan melakukan
penyerahan kepada Sekutu tanpa syarat pada tanggal 15
Agustus 1945 yang kemudian menandai berakhirnya
Perang Dunia II.
Sejak semakin terjepit dalam kekalahan, Jepang
terpaksa memberi janji kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia. Komando Tentara Jepang wilayah Selatan, pada
bulan Juli 1945 menyepakati dan memberikan
kemerdekaan Indonesia tanggal 7 September 1945.
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jenderal Terauchi
menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
tugasnya melanjutkan pekerjaan BPUPKI yang diketuai Ir.
Soekarno dengan wakil Drs. Moh. Hatta.
PPKI beranggotakan 21 orang dan semuanya orang Indonesia yang berasal dari :
Jawa 12 wakil
Sumatra 3 wakil
Sulawesi 2 wakil
Kalimantan 1 wakil
Sunda Kecil 1 wakil
Maluku 1 wakil
Golongan penduduk Cina 1 wakil
Golongan pemuda mengadakan rapat lagi di asrama Baperpi, Cikini, Jakarta pada tengah malam
menjelang tanggal 16 Agustus 1945. Selain peserta rapat di Lembaga Bakteriologi, rapat tersebut juga
dihadiri oleh Sukarni, Yusuf Kunto, dr. Muwardi, dan Shodanco Singgih.
Dalam rapat tersebut memutuskan untuk mengamankan Soekarno-Hatta ke luar Jakarta. Keputusan
tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Proklamasi kemerdekaan lepas dari pengaruh pihak mana pun, termasuk Jepang dan harus tetap
dilaksanakan.
2. Soekarno-Hatta harus diamankan ke luar Jakarta agar terlepas dari pengaruh Jepang, sehingga
mereka berani memproklamasikan kemerdekaan sesuai dengan kemauan golongan pemuda.
Tempat yang dipilih untuk mengamankan Soekarno-Hatta adalah
Rengasdengklok, Kab. Karawang, Jawa Barat yang terletak 15 km dari Jalan raya Jakarta -
Cirebon. Untuk menghindari kecurigaan dari pihak Jepang, Shodanco Singgih mendapat
kepercayaan untuk melaksanakan rencana tersebut dibantu oleh Sukarni dan Yusuf
Kunto.
Penculikan Soekarno-Hatta dilakukan pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30
waktu Jawa zaman Jepang atau jam 04.00 WIB. Rengasdengklok dipilih karena berada
jauh dari jalan raya utama Jakarta - Cirebon.
Setelah sampai di Rengasdengklok, Soekarno dan Moh. Hatta ditempatkan di
rumah milik warga masyarakat keturunan Tionghoa yang bernama Djiaw Kie Siong.
Golongan pemuda kembali mendesak agar Soekarno-Hatta bersedia
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Namun, pembicaraan tersebut tidak membawa hasil. Akan tetapi, dalam
pembicaraan pribadi antara Shodanco Singgih dan Soekarno, Shodanco Singgih
menyimpulkan bahwa Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
segera setelah kembali ke Jakarta. Kesediaan Soekarno tersebut disampaikan kepada
golongan pemuda di Jakarta.
Sementara itu, di Jakarta terjadi perundingan antara Ahmad Subarjo (mewakili
golongan tua) dan Wikana (mewakili golongan pemuda) yang kemudian tercapai kata
sepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta pada
tanggal 17 Agustus 1945 sebelum pukul 12.00 WIB.
Di samping itu, Laksamana Tadashi Maeda mengizinkan rumah kediamannya
dijadikan sebagai tempat perundingan dan bersedia menjamin keselamatan para
pemimpin bangsa Indonesia. Akhirnya Soekarno-Hatta dijemput dari Rengasdengklok
dan tiba di Jakarta pada pukul 19.30 WIB.
3.Perumusan teks proklamasi hingga pagi
Setelah melepas golongan tua, rombongan pun menuju kediaman
Nishimura,tapi ternyata Nishimura menolak unntuk menolong. Dari
kejadian ini Soekarno menyimpulkan bahwa tidak mungkin lagi untuk
meminta bantuan Jepang
Kemudian rombongan pun menuju rumah Laksamana maeda di jalan
Imam bonjol no 1 .di rumah ini hadir para anggota PPKI, Para pemimpin
pemuda, para pemimpin pergerakan dan beberapa anggota Chuo Sangi In
yang ada di Jakarta jumlahnya sekitar 40 – 50 orang.
Mereka memilih rumah laksamana maeda karena rumah ini dianggap
aman dari gangguan anggota Rikugun (angkatan darat Jepang), selain itu
Laksamana Maeda juga akrab dengan para pemimpin Bangsa Indonesia,
dan maeda juga simpatik dengan gerakan kemrdekaan Indonesia.
Setelah tiba di Jl. Imam Bonjol tersebut lalu soekarno dan Hatta di
antarkan oleh Laksamana Maeda menemui Gunseikan Mayor jendral
Hoichi Yamamoto akan tetapi Gunseikan Mayor jenderal Hoichi Yamamoto
menolak unntuk membantu. Setelah itu mereka juga menemui Somuboco
Mayor Jenderal Otoshi Nishimura namun dalam pertemuan ini juga tidak
aada kata sepakat.
Nishimura menegaskan garis kebijakan panglima tantara ke XVI di
Jawa, bahwa menyerahnya Jepang kepada Sekutu berlaku ketentuan
bahwa tentara Jepang tidak boleh lagi merubah status Quo. Dan
Nishimura juga melarang Soekarno, Hatta mengadakan rapat PPKI dalam
rangka pelaksanaan proklamasi kemerdekaan.
Atas kejadian itu Soekarno – Hatta menyimpulkan bahwa tidak ada
gunanya lagi meminta bantuan dari Jepang. Kemudian Soekarno dan Hatta
kembali kerumah Maeda dan berunding bersama Ahmad Subarjo, serta
disaksikan oleh Miyoshi, Sukarno, Sudiro, dan B.M. Diah membahas
proklamasi Indonesia.
Setelah itu Soekarno mulai menuliskan kata Proklamasi, dan setelah
pukul 04.00 WIB dini hari, setelah itu Soekarno meminta tanda tangan
kepada semua yang hadir, tapi Sukarni mengusulkan agar teks proklamasi
ini datanda tangani oleh dua tokoh saja, lalu teks itu ditanda tangani oleh
Soe karno dan Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Lalu teks itu diserahkan
kepada Sayuti Melik untuk diketik.
4.Pembacaan Proklamasi Pukul 10 pagi
Pukul 5 pagi tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin dan pemuda keluar
dari rumah Laksamana Maeda dengan diliputi kebanggaan dan telah sepakat untuk
memproklamasikan kemerdekaan di rumah Sukarno di Jl.Pegangsaan Timur No 56
pada pukul 10 pagi. Para pemuda tidak langsung pulang, mereka melakukan kegiatan
untuk penyelenggaraan pembacaan naskah proklamasi. Semua alat komunikasi
digunakan untuk penyambutan Proklamasi. Pamflet, pengeras suara, dan mobil-
mobil dikerahkan ke segenap penjuru kota.
Tanpa diduga, pada hari itu barisan pemuda berbondong-bondong menuju
Lapangan Ikada. Mereka datang karena informasi yang disampaikan dari mulut ke
mulut bahwa proklamasi akan diselenggarakan di Lapangan Ikada. Dan jepang telah
mencium kegiatan para pemuda, sehingga mereka berusaha untuk menghalang-
halanginya. Ternyata proklamasi tidak diselenggarakan di Lapangan Ikada, melainkan
di Pegangsaan Timur No.56 .
Pada pagi hari itu juga, rumah sukarno dipadati oleh sejumlah massa. Untuk
menjaga keamanan upacara pembacaan proklamasi, dr.Muwardi meminta Latief
Hendraningrat beserta beberapa anak buahnya untuk berjaga-jaga di rumah Sukarno.
Walikota Jakarta, Suwiryo memerintahkan kepada Wilopo untuk mempersiapkan peralatan
yang diperlukan seperti mikrofon. Sedangkan Sudiro memerintahkan kepada S.Suhud
untuk mempersiapkan tiang bendera. S.Suhud mendapatkan bendera Merah Putih dari Ibu
Fatmawati. Bendera dijahit Ibu Fatmawati sendiri dan ukurannya sangat besar. Bendera
Merah Putih yang dijahit Fatmawati dikenal dengan bendera pusaka. Sejak tahun 1969
tidak lagi dikibarkan dan diganti dengan bendera duplikat.
Sejak pagi hari, sudah banyak orang yang datang di rumah Sukarno di
Jl.Pegangsaan Timur No 56 termasuk tokoh-tokoh nasionalisme. Acara yang direncanakan
pada upacara bersejarah itu adalah : pertama pembacaan teks proklamasi, kedua
pengibaran Bendera Merah Putih dan ketiga sambutan walikota Suwiryo dan dr.Muwardi
dari keamanan. Hari Jumat Legi,tepat pukul 10.00 WIB, Sukarno dan Moh.Hatta keluar ke
serambi depan diikuti oleh Ibu Fatmawati dan membacakan teks proklamasi.
Acara berikutnya adalah pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan oleh
Latief Hendraningrat dan S.Suhud. Bersamaan dengan naiknya bendera Merah Putih, para
hadirin secara spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya tanpa ada yang memimpin.
Setelah itu, Suwiryo memberikan sambutan dan kemudian disusul sambutan dr.Muwardi.
Sekitar pukul 11.00 WIB, upacara telah selesai. Kemudian dr.Muwardi menunjuk beberapa
anggota Barisan Pelopor untuk menjaga keselamatan Sukarno dan Moh.Hatta .
5.Kebahagiaan Rakyat atas Kemerdekaan Indonesia
Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia cepat bergema ke berbagai
daerah. Rakyat di Jakarta maupun di kota-kota lain menyambut dengan
antusias. Karena alat komunikasi yang terbatas, informasi ke daerah-daerah
tidak secepat di Jakarta. Saat tersiarnya berita tentang Proklamasi
Kemerdekaan, banyak rakyat Indonesia yang tinggal jauh dari Jakarta tidak
mempercayainya. Pada tanggal 22 Agustus, Jepang akhirnya secara resmi
mengumumkan penyerahannya kepada Sekutu. Baru pada bulan September
1945, Proklamasi di ketahui wilayah-wilayah terpencil
Para komandan pasukan Jepang di daerah-daerah sering kali meninggalkan
wilayah perkotaan dan menarik mundur pasukan ke daerah pinggiran guna
menghindari konfrontasi. Banyak yang bijaksana memperbolehkan pemuda
pemuda Indonesia memperoleh senjataketahui di wilayah-wilayah yang
terpencil
Selain itu, juga terlihat adanya semangat revolusi di dalam kesusasteraan
dan kesenian. Surat-surat kabar dan majalah Republik bermunculan di
berbagai daerah, terutama di Jakarta, Yogyakarta, dan Surakarta. Aktivitas
kelompok sastrawan yang bernama “Angkatan 45”, mengalami masa
puncaknya pada zaman revolusi. Lukisan-lukisan modern juga mulai
berkembang pesat di era revolusi.
Proklamasi kemerdekaan akan disebarluaskan melalui radio, tetapi Jepang
menentang upaya penyiaran tersebut, dan malah memerintahkan agar para
penyiar meralat berita proklamasi sebagai sesuatu kekeliruan. Oleh karena itu,
pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancarnya disegel dan para pegawainya
dilarang masuk. Mereka kemudian membuat pemancar baru di Menteng 31. Di
samping melalui siaran radio, para wartawan juga menyebarluaskan berita
proklamasi melalui media cetak, seperti surat kabar, selebaran,
Tanggal 3 September 1945, para pemuda mengambil alih kereta api
termasuk bengkel di Manggarai. Tanggal 5 September 1945, Gedung Radio
Jakarta dapat dikuasai. Tanggal 11 September 1945, seluruh Jawatan Radio
berhasil dikuasai oleh Republik. Oleh karena itu, tanggal 11 September
dijadikan hari lahir Radio Republik Indonesia (RRI).
Bermula dari ketidakpuasan rakyat terhadap sikap Jepang yang belum juga
mengakui Negara Republik Indonesia dan bahkan Jepang malah
mempertahankan status quo-nya dengan mengatasnamakan Sekutu Kondisi
itumendorong rakyat Indonesia yang baru saja merdeka, untuk segera
membentuk pemerintah yang baru dan mengambil langkah-langkah
nyata.Mereka menuntut kebulatan tekat untuk mengisi kemerdekaan
Indonesia. Dan juga bertekad untuk menunjukkan pada dunia internasional
bahwa kemerdekaan Indonesia bukan atas bantuan Jepang,
Tanggal 19 Agustus 1945 Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan dan Sri Paku
Alam VIII telah mengirim kawat ucapan selamat kepada Presiden Sukarno dan
Wakil Presiden Moh. Hatta atas berdirinya Negara Republik Indonesia dan atas
terpilihnya dua tokoh tersebut sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Ucapan
selamat itu tersirat bahwa Sultan Hamengkubuwana IX dan Paku Alam VIII
mengakui kemerdekaan RI dan siap membantu mereka untuk mempertegas
sikapnya, Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paku Alam VII pada tanggal 5
September 1945 mengeluarkan amanat, antara lain sebagai berikut :
1. Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan dan merupakan daerah
istimewa dari Negara Indonesia.
2. Sri Sultan sebagai kepala daerah dan memegang kekuasaan atas Negeri
Ngayogyakarta Hadiningrat.
3. Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Pemerintah
Pusat Negara RI bersifat langsung. Sultan selaku Kepala Daerah Istimewa
bertanggung jawab kepada Presiden.
Amanat Sri Paku Alam VIII sama dengan amanat Sri Sultan Hamengkubuwana
IX. Hanya saja kata‘Sri Sultan Hamengkubuwana IX’ diganti dengan ‘Sri Paku
Alam VIII’ dan ‘Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat’ diganti dengan ‘Negeri Paku
Alaman’.