Anda di halaman 1dari 59

Perpindahan material pembentuk lereng

berupa batuan, bahan rombakan, tanah,


atau material campuran tersebut, bergerak
ke bawah atau keluar lereng.
TERJADINYA LONGSOR/GERAKAN TANAH

Pada prisipnya longsor terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar
dari pada gaya penahan.

Gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng,


air, beban, dan berat jenis tanah dan batuan, sedangkan gaya penahan umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah.

Penetapan kawasan rawan bencana longsor dilakukan melalui identifikasi dan


inventarisasi karakteristik (ciri-ciri) fisik alami yang merupakan faktor-faktor
pendorong yang menyebabkan terjadinya longsor
kawasan rawan bencana longsor sebagai berikut:
a. kondisi kemiringan lereng dari 15% hingga 70%;
b. tingkat curah hujan rata-rata tinggi (di atas 2500 mm per tahun);
c. kondisi tanah, lereng tersusun oleh tanah penutup tebal (lebih dari 2
meter);
d. struktur batuan tersusun dengan bidang diskontinuitas atau struktur
retakan;
e. daerah yang dilalui struktur patahan (sesar);
f. adanya gerakan tanah; dan/atau
g. jenis tutupan lahan/vegetasi (jenis tumbuhan, bentuk tajuk, dan sifat
perakaran)
 Penambahan beban pada lereng ( Bangunan baru, air masukmelalui pori
dan menggenang di permukaan tanah, beban dinamis)
 Penggalian atau pemotongan tanah pada kaki lereng
 Perubahan muka air secara cepat (rapid drowdown pada bendungan
sungai).
 Penggalian yang mempertajam lereng
 Kenaikan tekanan lateral oleh air( air yang mengisi retakan akan
mendorong tanah secara lateral)
 Penurunan tahanan geser oleh tanah pembentuk lereng, akibat kenaikan
kadar air, kenaikan tekanan air pori, tekananrembesan oleh genangan air
dlm tanah, tanah di lereng mengandung lempung yg mudah kembang
susut.
 Getaran atau gempa bumi.
Faktor pendorong yang dapat menyebabkan terjadinya longsor
sebagai berikut:
a. curah hujan yang tinggi;
b. lereng yang terjal;
c. lapisan tanah yang kurang padat dan tebal;
d. jenis batuan (litologi) yang kurang kuat;
e. jenis tanaman dan pola tanam yang tidak mendukung penguatan lereng;
f. getaran yang kuat (peralatan berat, mesin pabrik, kendaraan bermotor);
g. susutnya muka air danau/bendungan;
h. beban tambahan seperti konstruksi bangunan dan kendaraan angkutan;
i. terjadinya pengikisan tanah atau erosi;
j. adanya material timbunan pada tebing;
k. bekas longsoran lama yang tidak segera ditangani;
l. adanya bidang diskontinuitas;
m. penggundulan hutan; dan/atau
n. daerah pembuangan sampah.
Jenis Material (type of material
Jenis Gerakan Tanah keteknikan (engineering soila)
Batuan Dasar Bebas butir kasar Berbutir halus
(Type of movement)
(bedrock) (freedom coarse) (predominanly fine)
Jatuhan batu Jatuhan bahan rombakan Jatuhan tanah
Jatuhan (falls)
Rock (falls) ( Debris falls) (Earth falls)

Jungkiran Topple Jungkiran Batu Jungkiran Bahan rombakan Jungkiran tanah


(Rock topple) (Debris topple) (Earth topple)
Gelinciran (slide)

Satuan Nendatan bahsn


Nendatan batu Nendatan tanah
Rotasi sedikit rombakan
(Rock topple) (Earth topple)
(few unit) (debris topple)
Luncuran bongkah bahan
Luncuran bongkah batu Luncuran bongkah tanah
Satuan rombakan
Translansi

(rock block topple) (Earth topple)


Banyak (debris stopple)
(many
Luncuran Batu Luncuran Bahan rombakan Luncuran Tanah
unit)
(Rock slide) (Debris slide) (Earth slide)

Bentang lateral bahan


Gerak horisontal/bentang Bentang lateral batu Bentang lateral tanah
rombakan
lateral (lateran spreads) (rock spread) ( earth spread)
( debrispread)
Aliran bahan rombakan Aliran tanah
Aliran batu/rayapan
(debris flow) ( earth flow)
Aliran (flow) dalam
Rayapan tanah
(rock flow/deep creep)
(soil creep)
Majemuk (Complex) Gabungan dua atau lebih pergerakan (combination two or more movement Rayapan tanah
GERAKAN a. Tipe rayapan
LAMBAT b. Tipe Soliflukasi

a. Tanah Nendat
TANAH b. Debris slide
LONGSOR c. Debris Avalance
(Landslide) d. Rock Slide
GERAKAN
TANAH e.Rock Fall
(Masswasting
GERAKAN
CEPAT a. Tanah Mengalir
(eartfloe)
b. Lumpur mengalir
TANAH (Mud flow)
AMBLESAN c. Lewina hasil
(Subsidance) Rombakan
Gerakan tanah atau batuan pembentuk lereng lebih kontinyu dalam arah
tertentu.

Besarnya gerakan dipengaruhi : Kuat geser lempung, sudut lereng, tinggi


lereng, waktu kondisi kelembaban dan ketebalan zona rayapan aktif.

Rayapan menerus sering terjadi pada tanah-tanag berlempung dan batuan


yang kelebihan beban.
Dapak dari rayapan

1. Blok batuan bergerak,


2. Pohon-pohon melengkung ke atas.
3. Bagian bawah lereng melengkung
dan menarik batuan.
4. Bangunan menara, manumen
miring.
5. Dinding penahan fondasi bergerak
dan retak.
6. Jalan raya jalan kereta api keluar
dari alurnya.
7. Batu batuan besar menggelinding
Macam- macam Rayapan

1. Rayapan translasional : terjadi di


sepanjang bidang yang
mendekati sejajar permukaan tanah
, biasanya pada lereng panjang
2. Rayapan Rotasional terjadi pada
masa batuan homogen
Gerakan material pembentuk lereng yang
diakibatkan oleh terjadinya kegagalan geser, di
sepanjang satu atau lebih bidang longsor
 Berdasar bidang luncurannya maka tipe
pepindahan masa batuan ini dapat dibedakan
menjadi transisional dan rotasional. Untuk
luncuran yang memiliki bidang luncur lurus
disebut dengan transitional slide, sedangkan
luncuran yang memiliki bidang luncur
melengkung disebut sebagai rotational slide
contoh: Slump.
Berdasarkan Geometri bidang gelincirnya

Longsoran Rotasional :
dengan bidang longsor
lengkung
Lingkaran

Longsoran translasional :
dengan bidang gelincir datar
Longsoran rotasional mempunyai longsor
melengkung keatas, sering terjadi pada masa
tanah yang bergerak dalam satu kesatuan
Longsoran rotasional dapat terjadi pada material
yang relatif homogen seperti timbunan batuan.
 Penggelinciran (slips)/Slump
Biasanya terjadi pada serpih, lempung lunak,
masa tanah/batuan bergerak dalam satu
kesatuan

 Longsoran Rotasional
Berlipat(multiple rotasional slips)
Dipicu oleh longsoran awal yang lokal ,
berkembang secara bertahap dan menyebar
kebelakang.

 Penggelinciran Beruntun
(succesiveive slips)
Deretan longsoran rotasional dangkal terjadi
secara beruntun pada lereng lempung/retak-
retak
Terjadi pada sepanjang bidang diskontinuitas, atau bidang lemah
yang sejajar dengan permukaan lereng.
Pada tanah lempung translansi terjadi sepanjang lapisan tipis pasir
atau lanau, yang menjadi bidang lemah sejajar dengan lereng, terjadi
karena tekanan air pori pada pasir atau lanau.

Tipe Longsoran translasional:


 Longsoran blok
 Longsoran pelat (slab)
 Longsoran translansi berlipat (multiple translansional slides
 Longsoran sebaran (spreading failurse)
Longsoran blok translasionalterjadi pada material keras (batu)
Di sepanjang kekar (joint) bidang dasar (bedding plane)
atau patahan (fault)

Longsoran pelat (slab) sering terjadi pada lereng tersusun oleh


lempung lapuk atau lereng debris dangkal yang terletak pada lapisan batuan.
Bidang longsor mendekati sejajar permukaan tanah,
tanah yg bergerak tanpa perubahan bentuk

Longsoran translasional berlipat: awalnya dipicu oleh longsoran pelat


Longsoran akan menyebar ke atas secara bertahap ketika tanah di
Bagian belakang scrap di puncak longsor melunak oleh air hujan.
Air hujan mengisi retakan yang ada di atas scrap

Longsoran translasional mundur (retrogressive:


kejadiannya sangat cepat, pada bidang tidak terlalu miring.
Sering terjadi pada lempung berlapis-lapis (verved)
Tekanan air pori sangat tinggi berkembang pada lapisan tipis pasir atau lanau
Berupa sisipan dalam lempung.
a. Longsoran blok translasional

b. Longsoran pelat

c. Longsoran translasional berlipat

d. Sebaran lateral
Gerakan hancuran material ke bawah lereng dan mengalir seperti
cairan kental.
Umumnya terjadi pada bidang geser relatif sempit
Materialnya (tanah, batu berukuran kecil-besar, kayu dll

Tipe tipe Aliran


Aliran tanah (earth flow)
1.Aliran lumpur/lanau (mus flow).

2.Aliran Debris (debris flow)

3.Aliran longsoran (flow slide)


Aliran Tanah (earth flow):
Terjadi pada tanah berlempung dan lanau
Karena hujan, keruntuhan karena tekanan air pori dan
Berkurangnya kuat geser tanah.
Kecepatan alirannya lambat- cepat. Tergantung

Aliran Lanau/lumpur (mud Flow):


Terjadi pada kemiringan lereng 5o-15o
Terjadi pada lempung/lanau retak-retak,
Pada lempung padat berada diantara lapisan pasir halus tekanan pori tinggi
Pada lempung yang mengandung lensa-lensa pasir , lanau.
Aliran Debris ( debris flow) :
Aliran yang terjadi pada material berbutir kasar
Terjadi pada lereng daerah kering, sehingga tumbuhan jarang
Terjadi pada saat hujan lebat ,banjir tiba-tiba, aliran panjang dan sempit.
Kecepatan gerakan lambat sampai cepat
Material yang terbawa akan hancur, dengan kadar air yang tinggi 100%.

Bagian dari aliran debris:


Area sumber
Lintasan utama
Area pengendapan

Aliran Longsoran (Flow slides:


Gerakan material pembentuk lereng akibat liquefaction pada lapisan pasir halus.
Terjadi pada lereng bagian bawah
Kecepatan mencapai 50 sampai 100 m/jam.
Diakibatkan oleh kelebihan tekanan air, yg berkembang saat tanah bergerak .
Menurut Cruden dan Vames 1992
Membuat klasifikasi kecepatan gerakan material longsor

Kela Kategori Kecepatan(mm/det)


s
7 Amat sangat cepat 5 x 10 3
6 Sangat cepat 50
5 Cepat 0,5
4 Sedang 5 x 10 -3
3 Lambat 5 x 10 -3
2 Sangat Lambat 50 x 10 -6
1 Amat sangat lambat 0,55 x 10 -6
 1. JENIS ALIRAN (FLOWS)

 2. JENIS LONGSORAN (SLUMP)

 3. JENIS RUNTUHAN (FALLS)

 4. JENIS ROBOHAN

 5. JENIS KOMPLEKS
PENYEBAB GERAKANTANAH
Faktor sifatnya pasif
Data Geologis :
 Litologi

 Struktur, patahan / sesar dan lipatan.

Geomorfologis
Faktor-faktor kemiringan / kecuraman .

Hidrologis dan

Flora/Vegetasi
Faktor sifatnya Aktif
(1)Getaran-getaran bumi karena gempa,peledakan (bom,
dll.), mesin-mesin, lalu-lintas .

(2) Perubahan-perubahan kadar air dalam tanah akibat


hujan lebat atau kenaikan ketinggian permukaan air.

(3) Hilangnya penopang tanah permukaan bumi yang


bisa terjadi akibat erosi, proses pelongsoran
terdahulu,pembangunan, penggalian, penggundulan
atau lenyapnya tumbuh-tumbuhan yang semula
akarnya mengikat tanah.

(4)Peningkatan beban pada tanah yang disebabkan oleh


hujan deras, bangunan, sampah / limbah, tanaman.

(5)Pengairan atau tindakan fisik /


 Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-
geraknya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk rata atau
menggelombang landai

Runtuhan Batu Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah


besar batuan atau material lain bergerak
ke bawah dengan cara jatuh bebas.
Umumnya terjadi pada lereng yang terjal
hingga meng-gantung terutama di daerah
pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.
 Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-
geraknya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk rata atau
menggelombang landai

Runtuhan Batu Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah


besar batuan atau material lain bergerak
ke bawah dengan cara jatuh bebas.
Umumnya terjadi pada lereng yang terjal
hingga meng-gantung terutama di daerah
pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.
Longsoran Rotasi

Longsoran rotasi adalah bergerak-nya


massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk cekung

Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah perpindahan


batuan yang bergerak pada bidang
gelincir berbentuk rata. Longsoran ini
disebut juga longsoran translasi blok
batu.
Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah


longsor yang bergerak lambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan
halus. Jenis tanah longsor ini hampir
tidak dapat dikenali. Setelah waktu
yang cukup lama longsor jenis
rayapan ini bisa menyebabkan tiang-
tiang telepon, pohon, atau rumah
miring ke bawah
Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa
tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan
aliran tergantung pada kemiringan lereng,
volume dan tekanan air, dan jenis
materialnya. Gerakannya terjadi di
sepanjang lembah dan mampu mencapai
ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat
bisa sampai ribuan meter seperti di daerah
aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran
tanah ini dapat menelan korban cukup
banyak

Nendatan

Ilustrasi rebahan luncuran


(slides) dengan bidang
gelincir (S) lengkung
Lereng Terjal
Lereng yang terjal terbentuk karena
pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan
angin. Kebanyakan sudut lereng yang
menyebabkan longsor adalah 180 apabila
ujung lerengnya terjal dan bidang
longsorannya mendatar

Tanah yang kurang padat dan tebal

Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah


lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih
dari 2,5 m 0. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk
terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi
hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena
air dan pecah ketika hawa terlalu panas
Batuan yang kurang kuat

Batuan endapan gunung api dan batuan


sedimen berukuran pasir dan campuran antara
kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang
kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi
tanah bila mengalami proses pelapukan dan
umumnya rentan terhadap tanah longsor bila
terdapat pada lereng yang terjal.

Jenis Tata Lahan

Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan


persawahan, perladangan, dan adanya genangan air
di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan
akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah
dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh
dengan air sehingga mudah terjadi longsor.
Sedangkan untuk daerah perladangan karena akar
pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran.
Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan


oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin,
dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat
yang ditimbulkannya adalah tanah, badan
jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi
retak

Adanya beban tambahan

Adanya beban tambahan seperti beban


bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya
longsor, terutama di sekitar tikungan jalan
pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering
terjadinya penurunan tanah dan retakan yang
arahnya ke arah lembah.
Pengikisan/erosi

Pengikisan banyak dilakukan oleh air


sungai ke arah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan
sungai, tebing akan menjadi terjal

Adanya material timbunan pada tebing

Untuk mengembangkan dan memperluas


lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah.
Tanah timbunan pada lembah tersebut belum
terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang
berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan
akan terjadi penurunan tanah yang kemudian
diikuti dengan retakan tanah
Penggundulan hutan

Tanah longsor umumnya


banyak terjadi di daerah yang
relatif gundul dimana
pengikatan air tanah sangat
kurang.

Daerah pembuangan sampah

Penggunaan lapisan tanah yang rendah


untuk pembuangan sampah dalam jumlah
banyak dapat mengakibatkan tanah longsor
apalagi ditambah dengan guyuran hujan,
seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan
Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi.
Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang
lebih meninggal.
Zona Kerentanan Gerakan Tanah

ZONA KERENTANAN GERTAN TINGGI


 DAERAH SANGAT TIDAK STABIL
 GERTAN LAMA/BARU AKTIF BERGERAK
 KEMIRINGAN LERENG 30 - > 70 %

ZONA KERENTANAN GERTAN


MENENGAH
• GERTAN DPT TERJADI : TEBING SUNGAI,
• TEBING JALAN, PD PERALIHAN LITOLOGI
• GERTAN LAMA DPT AKTIF KEMBALI
• KEMIRINGAN LERENG 15 - 30 %, > 70 %
ZONA GERTAN RENDAH
• GERAKANTANAH DLM UKURAN KECIL
• KEMIRINGAN LERENG 5 - 15 %, 50 -70 %

ZONA KERENTANAN GERTAN SANGAT RENDAH

•GERAKANTANAH JARANG/TDK PERNAH TERJADI

• KEMIRINGAN LERENG 0 - 5 %
 Jawa Tengah 327 Lokasi
 Jawa Barat 276 Lokasi
 Sumatera Barat 100 Lokasi
 Sumatera Utara 53 Lokasi
 Yogyakarta 30 Lokasi
 Kalimantan Barat 23 Lokasi
 Sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan
Timur, Bali, dan Jawa Timur.
DAFTAR KEJADIAN DAN KORBAN BENCANA TANAH LONGSOR 2003-2005
Jumlah Korban Jiwa LPR JL
No. Propinsi RH RR RT
Kejadian MD LL (ha) (m)

1. Jawa Barat 77 166 108 198 1751 2290 140 705


2. Jawa Tenah 15 17 9 31 22 200 1 75
3. Jawa Timur 1 3 - - 27 - 70 -
4. Sumatera Barat 5 63 25 16 14 - 540 60
5. Sumatera Utara 3 126 - 1 40 8 - 80
6. Sulawesi Selatan 1 33 2 10 - - - -
7. Papua 1 3 5 - - - - -
Jumlah 103 411 149 256 1854 2498 751 920

Keterangan
MD : Meninggal dunia
ML : Luka - luka
RR : Rumah rusak
RH : Rumah hancur
RT : Rumah terancam
BLR : Bangunan lainnya rusak
BLH : Bangunan lainnya hancur
LPR : Lahan petanian rusak ( dalam hektar)
JL : Jalan terputus
PETA ZONA KERENTANAN TANAH LONGSOR INDONESIA
Jangan mencetak sawah dan Buatlah terasering
membuat kolam pada lereng (sengkedan) Pada lereng
bagian atas di dekat yang terjal bila membangun
pemukiman. permukiman
Segera menutup retakan
tanah dan dipadatkan agar Jangan melakukan
air tidak masuk ke dalam penggalian di bawah
tanah melalui tebing yg terjal
Jangan menebang pohon di lereng Jangan membangun rumah di
bawah tebing.

Jangan mendirikan permukiman di Pembangunan rumah yang benar


tepi lereng yang terjal di lereng bukit.
Jangan mendirikan rumah di tepi Pembangunan rumah yang
sungai yang rawan erosi. salah di lereng bukit.

Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal.


(gb.kiri)
 Pemetaan
Menyajikan informasi visual tingkat kerawanan bencana alam
geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat
dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data
dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar
dari bencana.
 Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga
dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana
dan rencana pengembangan wilayah.
 Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana,
sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
 Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada
daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar
diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna
dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah
tersebut.
 Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Masyarakat umum,
tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang
ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan
berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet,
dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada
masyarakat dan aparat pemerintah
 Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya,
kondisi bencana dan tata cara penanggulangan
bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah
longsor.
1.Tanggap Darurat penyelamatan dan pertolongan
korban secepatnya supaya korban tidak bertambah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
 Kondisi medan

 Kondisi bencana

 Peralatan

 Informasi bencana
2.Rehabilitasi Upaya pemulihan korban dan
prasarananya, meliputi kondisi sosial,
ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu
dikaji juga perkembangan tanah longsor dan
teknik pengendaliannya supaya tanah longsor
tidak berkembang dan penentuan relokasi
korban tanah longsor bila tanah longsor sulit
dikendalikan.
3.Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di
daerah rawan longsor .
Tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa
ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara
lain:
 Perbaikan drainase tanah (menambah materi-
materi yang bisa menyerap).
 Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng
sebelum pem-bangunan).
 Vegetasi kembali lereng-lereng.
 Beton-beton yang menahan tembok mungkin
bisa menstabilkan lokasi hunian.
Pendekatan Geologi: Pendekatan Teknik Sipil:
Penyelidikan struktur, Perhitungan kemantapan lereng,
jenis batuan, mekanika tanah/batuan,
geomorfologi, Presikksi gerakan
topografi, dan tanah di masa depan
geohidrologi.
Ruang lingkup pedoman penataan ruang kawasan rawan
bencana longsor

Anda mungkin juga menyukai