Anda di halaman 1dari 9

DISUSUN OLEH :

ZIPORA APRILIANA (15330003)


VIVID ROSE F (15330017)
DINDA AULIA H (15330018)
ANGLIA ANANDA (153300 )
SRI SANITYAS N (15330025)
JIHANA DWI A (15330029)
AMI RAHMAWATI S (15330032)
DELLA PRATIWI (15330047)
SITI HIDAYATTUL ULUM (15330133)
ILA RIZKI IDRUS (16330501)
Berdasarkan PMK No. 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Farmasi RS, pelayanan farmasi klinik
merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker
kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome
terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping
karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient
safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin.
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi :

1. Pengkajian dan Pelayanan Resep


2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
3. Rekonsilasi Obat
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
5. Konseling
6. Visite
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
10. Dispensing Sediaan Steril
11. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD)
Beberapa studi menggambarkan sikap dokter terhadap peran
farmasi klinik

Di Sudan, dokter menjadi tidak nyaman dengan adanya apoteker


yang merekomendasikan peresepan obat untuk pasien meskipun
jenis pengobatan penyakit minor.

Di Jordan, terdapat 63% dokter mengharapkan apoteker untuk


mengajari pasien mereka mengenai keamanan dan ketepatan
penggunaan obat.

Sebanyak 48,2% dokter-dokter di Kuwait kurang nyaman dalam


menyusun resep pasien bersama dengan apoteker.

Hampir 70-60% dokter di Libya dan UAE (United Arab Emirates)


jarang atau tidak pernah diskusi dengan apoteker mengenai terapi
obat.
Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah suatu
sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan
pasien, analisis, dan solusi untuk pembelajaran. Termasuk yang
dilaporkan di sini adalah Medication Related Problems (MRPs)
yang berisiko terhadap keselamatan pasien. Kategori MRPs
meliputi :
1. Ada indikasi namun tidak mendapat obat
2. Mendapat obat tanpa indikasi
3. Pemilihan atau seleksi obat kurang tepat
4. Dosis terlalu rendah
5. Dosis terlalu tinggi
6. Pasien mengalami reaksi obat yang tidak diharapkan
7. Ada interaksi obat
8. Kegagalan dalam menerima obat
• Apoteker dapat berperan • Hal ini bertujuan untuk :
dalam perawatan pasien 1. Meningkatkan derajat kesehatan
melalui implementasi prinsip
dengan cara optimalisasi keselamatan pasien dan
penggunaan obat dan pelayanan farmasi klinik
minimalisasi efek obat 2. Meningkatkan keselamatan
yang tidak diharapkan pasien dengan cara
meminimalkan kejadian error
dengan cara
3. Meminimalkan cedera
mengidentifikasi adanya 4. Mengurangi bahaya/dampak
MRPs, memberikan solusi yang terjadi ketika terjadi error
terhadap adanya MRPs 5. Meningkatkan kualitas,
dan mencegah terjadinya pelayanan farmasi yang efektif
dan terjangkau dengan cara
MRPs melalui pelayanan memaksimalkan dan
farmasi klinik. meningkatkan manajemen
penggunaan obat
Subjek penelitian adalah semua pasien yang
menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti
Rapih selama kurun waktu bulan Mei - Juli
2012.

Pengambilan data dilakukan pada bulan


Mei - Juli 2012.

Pengolahan data dilakukan pada bulan


Agustus 2012. Data penelitian diperoleh
dari buku kunjungan/visite apoteker ke
ruang perawatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai