Anda di halaman 1dari 50

Perencanaan Proyek

Pemetaan Fotogrametri

Dr. Bobby Santoso D

April 2011
Perencanaan
Perencanaan dilihat sebagai suatu alat atau cara untuk mencapai
tujuan :

 Adanya pengarahan kegiatan, pedoman pelaksanaan kegiatan


untuk pencapaian tujuan.
 Adanya perkiraan forecasting terhadap hal-hal dalam masa
pelaksanaan.
 Adanya potensi, prospek pengembangan, hambatan, resiko
dan mengurangi ketidakpastian seminim mungkin.
 Adanya kesempatan untuk memilih alternatif dan kombinasi
solusi.
 Adanya skala prioritas terhadap tujuan, sasaran maupun
kegiatan usaha.
 Adanya suatu alat pengukur atau standar untuk pengawasan
dan evaluasi.
Perencanaan dilihat dari aspek
ekonomi

 Penggunaan dan alokasi sumber-sumber


daya yang terbatas secara lebih efisien dan
ekonomis.
 Tuntutan perkembangan ekonomi yang pasti.
 Menanggulangi stabilitas ekonomi
PERENCANAAN PROYEK SURVEY DAN
PEMETAAN

Perencanaan adalah suatu kegiatan apapun jenisnya yang


pada dasarnya adalah sama yakni semua dilakukan dalam
upaya mencapai suatu tujuan.
Suatu perencanaan harus dapat menjawab pertanyaan
mendasar seperti :

• Bagaimana : cara/ metodologi yang digunakan,


• Siapa : sumber daya pelaksana yang diperlukan,
• Bilamana : berapa lama, jadwal dan
• Berapa biaya yang diperlukan.
Tahapan Menejemen Proyek

Menyusun Tujuan Proyek

Membuat Perencanaan untuk


Mencapai Tujuan Proyek
Diagr amPr oses Pemet aan
Fot ogr amet r i Konvensional

Persiapan

Pengukuran Pemotretan
Kontrol Udara

Triangulasi Interpretas
Udara i foto

Restitusi Restitusi
Foto Tunggal Foto Stereo

Rektifikasi Orthofoto
Plotting
Planimetri

Penyusunan Pengecekan
Mosaik Plotting Kontur
Lapangan

Kartografi

Peta Foto Peta Garis


Kebutuhan pemakai
(user requirement) :
Kebutuhan pemakai peta atau informasi spasial
bervariasi tergantung pada jenis aplikasinya.
Kebutuhan dapat mencakup jenis tema
(informasi), skala peta, jenis peta/ cara penyajian,
saat informasi akan diperlukan, alokasi dana, dlsb.
Terkadang pemakai hanya memberikan data yang
sangat umum sehingga perencana proyek harus
menjabarkannya menjadi kebutuhan yang lebih
rinci. Dari user requirement kemudian diturunkan
kerangka acuan kerja atau Term of Reference
(TOR).
Term of Reference

Khusus untuk jenis pekerjaan survey & pemetaan, bentuk


kegiatan dapat berupa : akuisisi & pemrosesan data,
pengembangan sistem informasi dan analisis data.

Perencanaan pekerjaan/ proyek survey & pemetaan diawali


dari suatu “daftar” yang dibuat oleh pengguna berkaitan
dengan kebutuhannya. Fihak pemakai sendiri atau
bersama-sama pembuat peta/ penyedia informasi
menindak-lanjutinya dengan menyusun Kerangka acuan
kerja (KAK) yang berisi spesifikasi teknis dan ketentuan-
ketentuan administratif dari data/ informasi yang dibutuhkan
yang sering dikenal dengan istilah term of reference (TOR).
Merupakan acuan bagi pelaksana untuk menyusun usulan/
proposal pelaksanaan pekerjaan. Dalam suatu pelelangan/
tender pekerjaan survey dan pemetaan, TOR diberikan
oleh pemberi pekerjaan untuk disampaikan kepada
perusahaan peserta lelang. Secara umum TOR berisi
antara lain terdiri dari ketentuan admistratif, ketentuan
teknis, metoda kerja (dapat dapat ditentukan kemudian),
dan spesifikasi yang berkaitan dengan produk/ hasil.
Struktur Proyek Fotogrametri
Diagr am Pr oses Pemet aan
Fot ogr amet r i Konvensional

Persiapan

Untuk pembuatan Pengukuran Pemotretan


Kontrol Udara
peta garis
dan
peta foto Triangulasi
Udara
Interpretasi
foto
Restitusi Restitusi
Foto Tunggal Foto Stereo

Rektifikasi Orthofoto
Plotting
Planimetri

Penyusunan Pengecekan Pengecekan


Mosaik Plotting Kontur
Lapangan lapangan dapat
pula sebagai
penyempurnaan
Kartografi lapangan

Peta Foto Peta Garis


Contoh struktur proyek
Struktur proyek survey dan pembuatan peta garis
pemetaan adalah metoda Persiapan

pelaksanaan dalam bentuk Pengukuran titik


kontrol tanah
Pemotretan
udara

diagram proses yang terdiri Titik kontrol


tanah
Foto udara

dari tahapan-tahapan berupa Triangulasi


udara

komponen-komponen Titik kontrol


model
Interpretasi
foto

proyek/proses. Untuk suatu Restitusi foto


or. dalam
or. relatif

jenis produk pekerjaan survey


or. absolut

Model absolut

dan pemetaan, struktur proyek Digitasi detail


planimetrik
Digitasi kontur
atau DTM

maupun komponen prosesnya Peta manuskrip

Penyempurnaan

dapat berbeda. Kartografi


lapangan

Peta garis
Komponen Proyek/ Proses :
Suatu struktur proyek terdiri dari sejumlah
komponen proyek/ proses. Setiap
komponen merupakan suatu proses yang
dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa alternatif cara, peralatan, dan
personil pelaksana yang berbeda.
Faktor Pengaruh :

Faktor pengaruh adalah faktor-faktor yang


mempengaruhi perencana proyek dalam
menentukan struktur dan komponen proyek yang
akan diterapkan. Ada tiga faktor pengaruh, yakni

- faktor lapangan,
- faktor perusahaan dan
- faktor ketiga yang dinamakan state of the art
Faktor pengaruh lapangan :
yakni faktor-faktor yang terkait secara langsung maupun
tidak yang datang dari lapangan.

Faktor pengaruh lapangan, antara lain :


• lokasi proyek
• kondisi topografi : datar, berbukit, bergunung
• kondisi liputan : terbuka, tertutup (hutan) atau
diantaranya,
• musim : penghujan, kering, daearh banjir,
• aksesibilitas : sulit, mudah,
• kemudahan transportasi : sulit, mudah,
• kemudahan komunikasi : sulit, mudah,
• ketersediaan fasilitas umum : lengkap, kurang lengkap
lanjutan …..

• biaya hidup di lapangan : mahal, sedang, murah,


• kemudahan mendapatkan tenaga lokal : mudah, sukar,
mahal, murah,
• budaya setempat, adanya kepercayaan, tabu, daerah
terlarang yang harus dipatuhi,
• faktor keamanan : aman, kurang aman
• dlsb.
lanjutan …..

Contoh : dalam penentuan struktur


• proyek untuk pemetaan daerah rawa misalnya,
dari alternatif pilihan cara terestris atau cara
fotogrametris, akan lebih cocok menggunakan
cara fotogrametris. Bila dipilih cara terestris,
dalam pelaksanaan lapangannya akan
memberikan masalah oleh karena alasan
aksesibilitas, sebaliknya dengan cara
fotogrametris.
Contoh : dalam penentuan komponen proyek

• Untuk penentuan beda tinggi daerah yang turun-naik atau


berbukit, akan lebih cocok dilakukan dengan cara
trigonometris. Bila dilakukan dengan sipat datar, maka
akan lebih sulit dilakukan dan lebih lama, bahkan
ketelitian hasilnya dapat lebih rendah.
• Untuk perhitungan waktu : faktor transportasi,
aksesibilitas, kondisi topografi, musim dan liputan
merupakan faktor-faktor yang dominan.
• Estimasi biaya tergantung dari perhitungan waktu, biaya
hidup, ketersediaan tenaga lokal, lokasi.
• Demikian pula halnya dengan pemilihan peralatan
pengukuran serta peralatan penunjang yang digunakan,
perlu memperhitungkan faktor-faktor di atas.
Faktor pengaruh perusahaan :

Adalah faktor-faktor yang terkait secara langsung maupun


tidak yang datang dari kondisi instansi pelaksana
(perusahaan).
Faktor pengaruh perusahaan meliputi :
• spesialisasi jenis pekerjaan yang menjadi unggulan
• sumber daya manusia (SDM) yang ada : kualifikasi,
bidang dan jumlah
• peralatan : jenis, jumlah
• fasilitas penunjang : jenis, jumlah
• kondisi keuangan : cashflow
• beban proyek : jumlah, jenis, jadwal peralatan, SDM,
• dlsb.
Contoh :

• Apakah suatu struktur proyek dan komponennya


dapat dilaksanakan sendiri oleh SDM, teknologi,
peralatan yang dimiliki perusahaan dari
kapasitas tersisa/ yang ada, atau harus
disubkontrakkan kepada perusahaan lain.
• Apakah cadangan keuangan mencukupi untuk
melaksanakan suatu jenis proyek dengan
struktur dan komponen tertentu.
State of the art :

Adalah metoda, peralatan dan material terkini yang


umum dan dikenal/ mudah diperoleh

– Pemilihan struktur proyek dan komponennya perlu


melihat apakah teknologi yang digunakan dapat
diterima oleh pengguna jasa,
– Apakah peralatan penunjang dan material dapat
mudah diperoleh
Persiapan

Diagram Proses
Pemetaan
Fotogrametris Pengukuran Titik Pemotretan
Kontrol Tanah Udara

Triangulasi
Udara
Interpretasi
Foto

Restitusi
Digitasi Planimetrik
Digitasi Kontur

Penyempurnaan
Lapangan

Kartografi

Pet a Gar i s
Hal-hal yang harus diperhitungkan dalam suatu
misi pemotretan

Secara teknis, perencanaan misi pemotretan akan


memperhitungkan penggunaan :

1.jenis kamera,
2.jenis film/ jenis filter
3.tinggi terbang,
4.jenis pesawat,
5.persentase pertampalan ke muka dan ke samping, dlsb.

Berdasarkan ketentuan/ spesifikasi diatas, dibuatlah perencanaan misi


pemotretan yang meliputi pembuatan (1) peta rencana terbang dan (2)
ketentuan-ketentuan / spesifikasi penerbangan yang harus dipenuhi.
FAKTOR LAPANGAN

Mengingat bahwa misi pemotretan adalah suatu pekerjaan yang cukup


mahal, oleh karena itu perencanannya harus dilakukan secara seksama.
Disamping faktor teknis yang berkaitan dengan pemrosesan datanya,
faktor lapangan juga harus diperhitungkan.

Faktor lapangan meliputi :

• lokasi pemotretan terhadap lapangan terbang terdekat,


• kondisi topografi,
• kondisi cuaca : angin, awan, turbulensi,
• halangan-halangan (obstacle),
• jalur penerbangan sipil
• daerah larangan (restricted area)
HITUNGAN HITUNGAN DALAM MISI PEMOTRETAN

a) tinggi terbang :
Hr = Sf x f
dimana : Hr = tinggi terbang terhadap tinggi tanah rata-rata
Sf = bilangan skala foto
f = panjang fokus kamera

b) Jarak antar dua jalur :


W = (100-sl)% X lf X bsf

dimana : W = adalah jarak antar dua jalur pemotretan


sl = pertampalan ke samping (sidelap)
lf = lebar sisi foto
bsf = bilangan skala foto
c) Interval waktu pemotretan

Interval waktu pemotretan (eksposur) diset pada intervalometer sesuai dengan


panjang basis udara (B) dan kecepatan pesawat terbang (Vkm/jam). Sedang
panjang basis udara dihitung dari skala foto dan pertampalan kedepan (overlap %)
yang ditetapkan.

B (km)
dt = = …… detik
V (km/jam)
Contoh :
skala foto = 1 : 10.000, WA, (23 cm x 23 cm)
overlap = 60 %
kecepatan pesawat = 200 km/jam = 200 km / 3600 det = 0.055 km/det
solusi :
Basis udara (B) = (100-ol)% X lf X bsf) = 40% X 23 cm X 10.000 = 0.92 km
Interval waktu pemotretan (dt) = 0.92 km/ (0.055 km/det) = 16.56 det.
d) Menghitung jumlah foto/ model
Untuk hitungan biaya dan kebutuhan material pemotretan suatu daerah, diperlukan
perkiraan jumlah foto/ model. Perkiraan jumlah foto/ model dapat dilakukan dengan
dua cara. Cara (1) dengan menghitung jumlah foto per strip (nf) dan jumlah strip per
blok (ns) dan cara (2) berdasarkan hitungan luas neat model, atau berdasarkan
metoda blok model

Cara (1) :
p
Jumlah foto per strip (nf) = +2+2 (2 =safety factor)
(100-ol)% X pf X bsf
l
Jumlah strip (ns) = +1 (1 =safety factor)
(100-sl)% X lf X bsf
dimana : p = panjang daerah
l = lebar daerah
ol = overlap
sl = sidelap
pf = panjang sisi bingkai foto
lf = lebar sisi bingkai foto , untuk foto metrik pf = lf = G = 23 cm
bsf = bilangan skala foto
Total foto yang diperlukan = nf X ns
Cara ini hanya dapat digunakan untuk bentuk daerah yang mempunyai bentuk persegi empat atau
kombinasi bentuk persegi empat.
Cara (2) Perkiraan jumlah model yang diperlukan berdasarkan luas neat model.

Luas area
Jumlah model = + 10%
luas neat model

Luas satu neat model = {(100-ol)% X 23cm X bsf}{(100-sl)% X 23cm X bsf}


Cara ini tidak memberikan informasi tentang jumlah strip nya, namun dapat digunakan
untuk bentuk area yang tidak teratur.

stereoscopic
neat model
Premark
Premark adalah suatu tanda lapangan yang dipasang pada
titik di tanah sehingga dapat terlihat pada foto udara.

Termasuk dalam lingkup perencanaan


pemotretan adalah pemasangan tanda
lapangan atau premark pada titik-titik
kontrol untuk triangulasi udara.
Tergantung dari jenis permukaan
tanahnya premark dapat dibuat dari bahan
d
plastik, kain atau cat. Bentuk nya dapat
berupa tanda silang dengan tiga atau
5d
empat lengan. Sedang ukurannya
d
disesuaikan dengan skala foto udara yang
akan diambil. Gambar 32 memperlihatkan
salah satu bentuk premark yang paling
Gambar Premark banyak digunakan, d = 30 s/d 50 m pada
skala foto.
Penurunan Peta Garis dari Foto Tunggal

Suatu foto udara yang dipotret secara tegak


dengan orientasi arah dan ketinggian pesawat
yang pasti di atas permukaan tanah yang relatif
datar akan memberikan informasi planimetri
(X,Y) yang sama dengan peta.
foto udara
(berbasis film)
Cara (1) : dengan
mendigitasi detail foto pemayaran
(scanning)
tunggal terlebih dahulu,
foto udara
setelah itu baru dilakukan format raster

koreksi/ rektifikasi
digitasi
menggunakan titik kontrol.
peta hasil
digitasi
(belum dikoreksi)
titik kontrol (x,y)
rektifikasi
(perspektif)

peta manuskrip

kartografi

peta garis
planimetrik
foto udara
(berbasis film)

Cara (2) : dilakukan dengan pemayaran


merektifikasi foto (scanning)

menggunakan titik kontrol foto udara


format raster
yang ada terlebih dahulu, dari
titik kontrol (x,y)
foto yang sudah direktifikasi rektifikasi
(perspektif)
tadi baru digitasi detail
dilakukan. foto
hasil rektifikasi

digitasi

peta manuskrip

kartografi

peta garis
planimetrik
Komponen Biaya
Dalam Perencanaan Pekerjaan Pemetaan
Fotogrametrik

Secara umum proposal pekerjaan pemetaan terdiri dari usulan


rencana pelaksanaan seperti metode survey, personil, peralatan,
bahan, jadwal, dlsb. dan usulan biaya. Dari usulan pelaksanaan
diatas akan muncul komponen yang diperlukan dalam penyusunan
anggaran/ biaya. Tergantung dari jenis produk serta metode yang
digunakan, jenis komponen biaya yang diperhitungkan dalam suatu
proposal dapat berbeda dengan proposal lainnya
No Komponen Utama Satuan Variabel
Biaya
1 Pemotretan luas (Ha) skala, jenis film, jenis
kamera, OL/SL, lokasi
2 Pengadaan Titik Km, jumlah titik jumlah dan jenis titik
kontrol (XY, XYZ), topografi,
liputan, lokasi,dlsb.
3 Triangulasi Udara foto/ model jumlah model, XY/XYZ,
additional parameter
4 Restitusi foto/ model • Jumlah tema, densitas
detail, jenis produk,
skala
5 Kartografi jumlah lembar skala, isi peta, ukuran
peta, muka peta, jenis kertas,
BW/warna
6 Pengecekan luas Liputan, topografi, faktor
lapangan lapangan
Perencanaan pemotretan & estimasi volume
(dengan bantuan pola blok model)

Perencanaan misi pemotretan dapat dilakukan sekaligus


dengan perencanaan penempatan titik kontrol dan
mengestimasi komponen-komponen biaya dan waktu dengan
menggunakan bantuan blok model .

Yang dapat diestimasi lainnya :

1. line km = untuk menghitung jam terbang yang diperlukan,


2. jumlah model untuk AT dan plotting,
3. jumlah titik kontrol yang diperlukan, dan
4. panjang jalur pengukuran polygon/ traverse & levelling (bila
cara ini yang digunakan).
Tahapan :

1. Batasi area yang akan difoto/ dipetakan pada peta kerja (topografi),
lihat Gambar E1
2. Buat pola blok model berdasarkan ukuran model (b x 2b) pada
skala peta kerja pada kertas transparan atau kalkir, lihat Gambar
E2,
3. Overlaykan pola blok model diatas area pemotretan yang telah
dibatasi pada peta kerja,
4. Batasi model-model yang masuk pada blok efektif,
5. Buat rencana jalur-jalur terbang (R1, R2,…..Rn) sesuai dengan
panduan blok model,
6. Tempatkan titik-titik kontrol planimetrik dan tinggi sesuai dengan
aturan AT (pada contoh ini untuk jarak antar titik kontrol planimetrik
pada perimeter dan rangkaian titik kontrol tinggi masing-masing 4
basis), dan
7. Hitung panjang total jalur, jumlah model efektif, jumlah titik kontrol
(panjang jalur pengukuran yang diperlukan)
Area pemotretan/ pemetaan pada peta topografi
Pola blok model pada skala peta kerja

(100%-OL) x 23 cm x bilangan skala foto


b=
bilangan skala peta kerja
Overlay Blok model
Contoh hitungan model dan waktu proses untuk skala foto bervariasi

MAMIYA 645 AFD

Focal length 45 mm

Forward overlap 60 %

Side overlap 20 % Tinggi Terbang (m)

Ukuran pixel CCD 9 m

Ukuran CCD 600 800 1000 1200 1400 1600

Panj Lebar

Actual 36.9 36.9 mm

Ground resolution (meter) 0.12 0.16 0.2 0.24 0.28 0.32

Bil. Skala negative 13,333 17,778 22,222 26,667 31,111 35,556

Panj/ lebar cakupan perframe (meter) 492 656 820 984 1148 1312

Luas neat model (Ha) 8 14 22 31 42 55

Luas daerah pemetaan = 12,000 Ha

Jumlah model 1549 871 558 387 285 218

Waktu Restitusi/ 3 model/hari/instrumen

Total waktu yang diperlukan (hari) 1 instrumen 516 290 186 129 95

2 instrumen 258 145 93 65 47

3 instrumen 172 97 62 43 32

4 instrumen 129 73 46 32 24

5 instrumen 103 58 37 26 19

6 instrumen 86 48 31 22 16
CONTOH JADWAL PEMBUATAN PETA GARIS BERKONTUR SECARA FOTOGRAMETRIS

Minggu ke
No Item Pekerjaan Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan

2 Mobilisasi

3 BM + Premark

4 Pengukuran GCP

5 Pemotretan

6 Aerial Triangulasi

7 Stereo Plotting

8 Penyempurnaan Lapangan

9 Kartografi

10 Reproduksi

Perhatikan untuk kegiatan-kegiatan :


1. yang dapat dilakukan secara paralel
2. yang harus dilakukan secara serial
3. kapan saat dapat dimulai
Keterangan Urutan Proses :

• Pemotretan dilakukan setelah pemasangan premark


• Pengukuran GCP dapat dilakukan paralel dengan pemotretan
• Triangulasi udara dapat dilakukan setelah pemotretan selesai dan
untuk perataan blok setelah ada koordinat GCP
• Plotting/ restitusi hanya dapat dilakukan setelah ada foto dan titik
kontrol model/ foto.
• Penyempurnaan lapangan setelah ada sebagian hasil plotting
• Kartografi dilakukan setelah ada hasil plotting dan penyempurnaan
lapangan
• Reproduksi dapat dilakukan setelah ada sebagian hasil kartografi
Peremajaan informasi peta planimetrik dari
foto udara

Informasi geometrik pada peta dapat berubah dari waktu ke


waktu. Bila perubahan tersebut terjadi tersebar sebagian-
sebagian (scattered), maka peremajaan informasi yang
baru dapat dilakukan dengan cara “sisipan”.
Informasi baru dapat diperoleh dari foto udara yang
memuat adanya perubahan tersebut.
Peta yang akan
foto udara
diremajakan

9204300
a

9204200
rman
Jalan Suhe

A
DESA JATI

9204100
B

d c

737.00

9204000
734.50

732.50
735.00
735.
0
737.5

736.00
00
738.

736.50

0
DESA

733.5
JAYARAGA

Dua gedung baru yang

asi
D C

klam

9203900
Pro
n
Jala
akan “disisipkan” dari

0
735.5
foto udara

Jalan Merdeka
0
1.5
73

4 .00
73

9203800
0
5.0 732.50
73

A, B, C, D titik-titik 731.0
0
DESA

732.00
HAURPANGGUNG

733.00
00
737.

0
736.0
50
730.

sekutu pada peta


736.50

9203700
0
0.0
73

(koordinat diperoleh dari Jalan


Aruji
Kartawin
ata

peta)

9203600
a, b, c, d titik-titik sekutu
pada foto (koordinat

9203500
820100 820200 820300 820400 820500 820600 820700 820800

PETA SITUASI
PETA TEMATIK

diperoleh dari digitasi


Keterangan : Nama Daerah Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong,
DESA HAURPANGGUNG, KAB. GARUT Kabupaten Garut.
Tegangan Tinggi Skala 1 : 1000
Bangunan 0 20 40 60 80 100 M
Pemberi Pekerjaan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
RIWAYAT PETA Tanah Pekarangan Peruntukan Pembangunan Kompleks Gedung
Peta Tematik di-digitasi dari Mosaik Foto Jalan Olah Raga (GOR), Garut.
udara terkontrol hasil Pemotretan Foto U
Sungai Dibuat oleh LAPI - ITB
Udara Format Kecil . Titik kontrol tanah 735.00

Garis Kontur Tanggal Pemotretan 30 April 2003

foto)
dan Digital Terrain Model (DTM) diukur 736.00

dengan GPS. Garis kontur diturunkan se- Sawah/Ladang Tanggal Pemrosesan Mei 2003
cara digital dari digital terrain model. Taman/Lapangan Metoda Pemrosesan Data Fotogrametri
Rumus Transformasi
untuk penyisipan detail

X = ao + a1x + a2y + a3xy


Y = bo + b1x + b2y + b3xy

X,Y = koordinat titik pada peta


x, y = koordinat digitizer pada foto
ao, a1, a2, a3, bo, b1, b2, b3 = parameter transformasi

Diperlukan 4 titik sekutu pada foto dan peta


Cara :

1. Identifikasi empat titik sekutu, masing-masing pada peta dan foto


udara, upayakan dengan distribusi yang merata (dipilih dari obyek-
obyek yang mudah dikenal baik pada foto maupun pada peta
2. Identifikasi dan tandai seluruh detail/ obyek yang baru pada foto
udara dengan membandingkan dengan peta lama. Beri nomor titik
3. Digit ke-empat titik sekutu dari foto udara.
4. Digit seluruh detail baru

Hitungan :

1. Hitung parameter transformasi dengan menggunakan koordinat titik


sekutu dalam sistem peta dan foto/ citra
2. Cek residu, bila belum memenuhi persyaratan cek ulang input dan
ulangi hitungan parameter.
3. Transformasikan seluruh titik detail foto ke sistem peta dengan
menggunakan parameter hasil hitungan.
End of slides

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai