Anda di halaman 1dari 25

BAB 9 PROSEDUR

PENILAIAN RESIKO

Maya Kalista
Hayu Arianti
Bunga Prabandini
MATERIALITAS

• FASB (Financial accounting standards board)


mendefinisikan materialitas (materiality) sebagai:
“Besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi
akuntansi yang diluar keadaan di sekitarnya,
memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang
bergantung pada informasi tersebut akan berubah
atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji
tersebut.”
MATERIALITAS UNTUK LAPORAN KEUANGAN
SECARA KESELURUHAN

Dampak terhadap pengambilan keputusan ekonomis

Situasi yang ada

Kebutuhan pemakai laporan secara umum


TAHAP-TAHAP MATERIALITAS DALAM PROSES
AUDIT

Tahap Auditor melaksanakan


Risk assessment (penilaian risiko)  Menentukan dua macam materialitas, yakni materialitas untuk laporan keuangan
secara menyeluruh dan performance materiality (materialitas pelaksanaan)
 Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang harus dilaksanakan
 Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material.

Risk response (menanggapi risiko)  Menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan luasnya (extent) prosedur audit
slanjutnya (further audit procedures).
 Merevisi angka materialitas karena adanya perubahan situasi (change in
circumstances) selama audit berlangsung.

Reporting (pelaporan)  Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh entitas itu.
 Merumuskan pendapat auditor.
RISIKO AUDIT

RMM (risiko salah saji yang material) RMM adalah resiko dimana laporan keuangan disalah
sajikan secara material sebelum audit dimulai. Risiko-
risiko ini diperhitungkan atau menjadi pertimbangan di
tingkat laporan keuangan (financial statement level) dan
pada tingkat asersi (assertion level). Pada rtingkat laporan
keuangan tinjauannya adalah menyeluruh, menyangkut
resiko yang pervasif (dengan dampak bermacam-macam
asersi). RMM pada tingkat asersi berkaitan dengan jenis
transaksi (classes of transaction), saldo akun (account
balances), dan pengungkapan (disclosure). RMM
merupakan kombinasi dari risiko bawaan atau inherent
risk (IR) dan resiko pengendalian atau control risk (CR),
atau dirumuskan sebagai IRxCR= RMM.
Detection Risk adalah risiko dimana auditor gagal mendeteksi
Detection Risk
suatu salah saji dalam asersi yang bisa berdampak material.
Detection risk (DR) ditangani melalui:
 Perencanaan audit dengan baik (sound audit planning)
 Pelaksanaan prosedur audit yang tepat sebagai tanggapan
terhadap RMM yang diidentifikasi
 Pembagian tugas yang tepat di antara anggota tim audit
 Supervisi dan review atas pekerjaan audit
Detection risk tidak pernah dapat diturunkan sampai ke angka
nol, karena adanya kendala bawaan (inherent limitations) dalam
prosedur audit, masih diperlukannya professional judgments
(yang dibuat oleh manusis, yang secara alamiah bisa berbuat
salah), dan sifat dari bukti yang diperiksa.
AR = RMM X DR

• Mengidentifikasi dan menilai RMM


• Menetukan sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit
lanjutan
• Menetukan revisi atas materialitas
• Mengevaluasi dampak salah saji yang tidak dikoreksi
TINGKAT MATERIALITAS

ISA Pokok Bahasan Kutipan dari ISA 320 Alinea yang Bersangkutan
320.12 Revisi Materialitas Auditor wajib merevisi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (dan, di mana perlu,
tingkat materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosures tertentu) ketika memperoleh
informasi selama auditnya yang berbeda dari yang ditetapkannya semula.
320.13 Menentukan apakah Jika auditor menyimpulkan bahwa angka materialitas yang lebih rendah untuk laporan keuangan secara
merevisi performance keseluruhan (dan, di mana perlu, tingkat materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosure
materiality tertentu) dari ditetapkannya semula, memang lebih tepat, auditor wajib menentukan apakah ia perlu
merevisi performance materiality, dan apakah sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit selanjutnya
(seperti direncanakan semula) masih tepat.

320.14 Dokumentasi materialitas Auditor wajib memasukkan dalam dokumentasi audit angka/jumlah yang berikut beserta faktor-faktor
yang dipertimbangkan dalam menentukan:
a) Overall materiality (materialitas menyeluruh)
b) Jika perlu, tingkat materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures
c) Performance materiality (materialitas pelaksanaan), dan
d) Revisi angka yang disebutkan pada huruf (a) sampai dengan (c), selama audit berlangsung.
4 KONSEP MATERIALITAS

• Overall Materiality
– Didasarkan atas persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi keuangan dari pemakai laporan
keuangan
– Ditetapkan berdasarkan professional judgement auditor pada angka salah saji tertinggi yang tidak akan
berdampak pada keputusan ekonomis yang dibuat pemakai laporan keuangan
– Oleh karena overall materiality ditetapkan sehubungan dengan kebutuhan pemakai laporan
keuangan, angka overall materiality tidak boleh diubah sebagai akibat temuan audit dan perubahan
dalam risiko yang dinilai.
• Performance Materiality
– Performance materiality memungkinkan auditor menetapkan angka materialitas berdasarkan overall
materiality, tetapi lebih rendah dari overall materiality.
– Performance materiality secara keseluruhan atau untuk saldo, transaksi, dan disclosures secara
individual mungkin harus diubah pada setiap waktu selama audit (tanpa mempengaruhi overall
materiality) untuk mencerminkan penilaian risiko yang diubah (revised risk assessments), temuan
audit dan informasi baru.

• Feature 3
4 KONSEP MATERIALITAS

• Specific Materiality
– Ada beberapa situasi dimana salah saji yang lebih kecil dari angka materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
dapat diperkirakan secara layak, akan memengaruhi pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan

Yang Memengaruhi Keputusan Contoh-contoh

Ketentuan perundang-undangan  Disclosures yang sensitif, seperti renumerasi manajemen dan TCWG
dan kerangka pelaporan  Related party transaction (transaksi istimewa)
keuangan  Ketidakpatuhan terhadap perjanjian-perjanjian pinjaman, perikatan lainnya, ketentuan perundangan, dan
kewajiban pelaporan statuter atau yang ditetapkan regulator.
 Pengeluaran tertentu seperti illegal payments (suap, gratifikasi) atau biaya eksekutif.

Pengungkapan utama dalam  Besarnya cadangan dan biaya eksplorasi dalam perusahaan tambang.
industri yang bersangkutan  Besarnya biaya penelitian dan pengembangan dalam perusahaan farmasi.

Pengungkapan peristiwa  Bisnis yang baru diakuisisi atau perluasan usaha


penting, perubahan penting  Kegiatan usaha yang dihentikan
dalam operasi  Peristiwa luar biasa atau contingencies (seperti tuntutan hukum)
 Perkenalan produk atau jasa baru
4 KONSEP MATERIALITAS

• Specific Performance Materiality


– Ini serupa dengan performance materiality yang dibahas di atas, kecuali dalam hal ini performance
materiality –nya berhubungan dengan penetapan angka materialitas yang spesifik
– Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari angka specific materiality, untuk
memastikan pekerjaan audit yang cukup, dilaksanakan untuk mengurangi ke tingkat rendah yang
tepat, probabilitas salah saji yang tidak terdeteksi melebihi specific materiality.
MENDOKUMENTASIKAN MATERIALITAS

• Dokumentasi ini terjadi selama:


– Tahap perencanaan, ketika keputusan dibuat mengenai luasnya pekerjaan audit yang harus
dilaksanakan.
– Audit, jika berdasarkan temuan audit, diperlukan revisi atas overall materiality atau performance
materiality untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosure tertentu
• Dokumentasi materialitas berkenaan dengan:
– Pemakai laporan keuangan;
– Faktor yang digunakan untuk menetapkan:
• Materialitas laporan keuangan secara keseluruhan dan pada tingkat transaksi, saldo akun atau
disclosure tertentu,
• Performance materiality, dan
– Revisi angka materialitas selama audit berlangsung
PROSEDUR DAN PENILAIAN RESIKO

• Acuan : ISA 240 dan ISA 315


PROSEDUR DAN
PENILAIAN RESIKO

ISA 31. 5
• Auditor Wajib melakukan prosedur penilaian resiko
untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji
yang material pada tingkat laporan keuangan dan
pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat
asersi. Prosedur penilaian risiko itu sendiri tidak
memberikan bukti bukti audit yang cukup dan tepat
sebagai dasar pemberian opini audit.
PROSEDUR DAN
PENILAIAN RESIKO

• 316.6
Prosedur dan penilain risiko meliputi
a. Bertanya kepada manajemen dan pihak lain dalam
entitas yang menurut auditor mungkin
mempunyai informasi yang dapat membantu
mengidentifikasi risiko salah saji yang material
yang disebabkan oleh kecurangan atau
kekeliruan.
b. Prosedur Analitikal
c. Pengamatan dan inspeksi
PROSEDUR DAN PENILAIAN RESIKO
ISA 315.11
Auditor wajib memperoleh pemahaman
mengenai berikut ini:
• Industri terkait, ketentaun perundang-
undangan dan faktor eksternal lainnya
• Sifat entitas, termasuk, operasinya, struktur
kepemilikan dan governacenya
• Penilaian dan penerapan kebijakan akuntansi
• Tujuan dan strategi entitas dan risiko bisnis
yang terkait
• Pengkuran dan reviu kinerja keuangan
entitas
PROSEDUR DAN PENILAIAN RESIKO
• ISA 315.12
Auditor wajib memperoleh pemahaman
mengenai pengendalian internal yang
relevan terhadap auditnya. Meskipun
kebanyakan pengendalian yang relevan
dengan audit, sangat berhubungan
dengan pelaporan keuangan, namun
tidak semua pengendalian yang
berhubungan dengan audit adalah
relevan dengan audit
PROSEDUR DAN
PENILAIAN RESIKO
Butir Pertimbangan
• ISA 240.6 Kecurangan dalam audit atas laporan keuangan
Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan terkait untuk
memperoleh pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internalnya.
• ISA 540.8
Ketika melaksanakan prsedur penilaian risikon dan kegiatan terkait untuk
memperoleh pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya termasuk
pengendalian internalnya.
• ISA 550.11
Auditor wajib melaksanakan prosedur auditnya dan kegiatan terkait
sesuai ISA 315 dan ISA 240
• ISA 570.10 Going Concern
Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko sesuai ketentuan ISA 315,
auditor wajib mempertimbangkan apakah ada peristiwa atau kondisi
yang membuat kemampuan entitas untuk mempertahankan hidupnya.
PROSEDUR DAN
PENILAIAN RESIKO
• Tinjauan Umum
Tujuan dari prosedur penilaian risiko adalah
mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang
material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat
dicapai melalui pemahaman mengenai entitas dan
lingkungannya, termasuk pemahaman mengenai
pengendalian dari entitas tersebut. Bukti yang
diperoleh dari prosedur penilaiaan risiko harus
dilengkapi dilengkapi dengan prsedur audit lanjutan
yang merupakan tanggapan atas risiko yang
diidentifikasi , seperti pengujian penegndalian dan/
atau prosedur substantif
PROSEDUR MENANYAKAN KEPADA
MANAJEMEN DAN PIHAK LAIN
Auditor wajib menanyakan kepada manajemen tentang:
• Penilaian kepada manajemen mengenai risiko salah
saji yang material dalam laporan keuangan karena
kecurangan
• Proses yang dilakukan oleh manajemen untuk
mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan
dalam entitas itu
• Komunikasi kepada manajemen jika ada kepada
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
tentang proses untuk mengidentifikasi dan merespon
risiko kecuranga dalam entitas.
• Komunikasi manajemen kepada karyawan tentang
pandangan manajementerhadap praktiik bisnis dan
perilaku etika.
• LIHAT HALAMAN 179 TABEL 9-1
BUKU AUDIT BERBASIS ISA CONTOH
PROSEDUR MENANYAKAN KEPADA
MANAJEMEN DAN PIHAK LAIN
Prosedur Analitikal

Prosedur Analitikal sebagai prosedur penilain risiko


membantu mengidentifikasi hal-hal yang
mempunyai implikasi terhadap lapoaran
keuangan dan audit. Sebagai contoh: segala
Sesutu yang berisifat laur biasa, seperti transaksi
atau peristiwa luar biasa, angka-angka yang
terlalu tinggi, rasio-rasio yang melenceng dan
tren yang ganjil.
Disamping sebagai prosedur penilaian risiko,
prosedur analitikal juga dapat digunakan sebagai
prosedur audit selanjutya dalam:
• Memperoleh bukti mengenai asersi laporan
keuangan
• Melakukan reviu menyeluruh atas laporan
keuangan pada atau menjelang akhir audit
Prosedur Analitikal
• Liat Tabel 9-2 halaman 181

Hasil Prosedur Analitikan dibandingkan


dengan informasi yang dikumpulkan
untuk:
a. Mengidentifikasi risiko salah saji yang
material mengenai asersi yang
terkandung dalam unsur-unsur laporan
keuangan
b. Membantu merencang sifat, waktu, dan
luasnnya prosedur audit selanjutnya.
OBSERVASI
(PENGAMATAN) DAN
INSPEKSI

Mempunyai 2 fungsi yaitu:


• Mendukung prosedur inquiries (bertanya)
kepada manajemen dan pihak-pihak lain
• Menyediakan informasi tambahan mengenai
entitas dan lingkungannya.
OBSERVASI (PENGAMATAN)
DAN INSPEKSI

• Prosedur pengamatan dan inspeksi biasanya meliputi


prosedur dan penerapan apa yang disajikan dalam
Tabel 9-3 Halaman 182.

Anda mungkin juga menyukai