Anda di halaman 1dari 24

FRASA

Disusun Oleh :
Yesika Ayu Puspitasari (130210102024)
Yunita Indah Sari (130210102088)
DEFINISI FRASA
Kalimat terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan
tersebut terdiri atas satu kata atau lebih. Satuan pembentuk
kalimat tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang
dimaksud, yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek (O),
Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (Ket.). Fungsi-fungsi
tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat. Fungsi
yang wajib ada, yaitu subjek dan predikat. Fungsi dalam
kalimat dapat terdiri atas kata, frasa, maupun klausa.
JADI APA ARTI FRASA?

Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih
yang menduduki satu fungsi kalimat.

Contoh frasa: Dua orang mahasiswa baru itu sedang


membaca buku di perpustakaan.

Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas:

Dua orang mahasiswa (S)


sedang membaca (P)
di perpustakaan (Ket. tempat)
Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa, yaitu "dua orang
mahasiswa," "sedang membaca," dan "di
perpustakaan".

Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut:


1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.

2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.


KATEGORI FRASA
1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat

Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya


berkedudukan sederajat atau setara.

Contoh: Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di


taman depan.

Frasa "saya dan adik" adalah frasa setara, sebab antara unsur
"saya" dan unsur "adik" memunyai kedudukan yang setara atau
tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa "makan-makan"
dan "minum-minum" termasuk frasa setara.
Frasa setara ditandai oleh adanya kata "dan" atau
"atau" di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara,
ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa
yang terdiri atas inti dan atribut.

Contoh:

Ayah akan pergi nanti malam.

Frasa "nanti malam" terdiri atas unsur atribut dan inti.


2. Frasa Idiomatik

Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini:

(1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin, seorang penjaga toko


menjadi kambing hitam.

(2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih


seekor kambing hitam.

Kalimat (1) dan (2) menggunakan frasa yang sama, yaitu frasa
"kambing hitam". Kambing hitam pada kalimat (1) bermakna
orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa, sedangkan
dalam kalimat (2) bermakna seekor kambing yang warna
bulunya hitam.
Makna "kambing hitam" pada kalimat (1) tidak ada
kaitannya dengan makna kata "kambing" dan kata
"hitam". Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut
atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang
membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
KONSTRUKSI FRASA
Frasa memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi
endosentrik dan eksosentrik.

Perhatikan kalimat berikut: Kedua saudagar itu telah


mengadakan jual beli.

Kalimat di atas terdiri atas frasa "kedua saudagar


itu", "telah mengadakan", dan "jual beli". Menurut
distribusinya, frasa "kedua saudagar itu" dan "telah
mengadakan" merupakan frasa endosentrik.
Sebaliknya, frasa "jual beli" merupakan frasa
eksosentrik.
Frasa "kedua saudagar itu" dapat diwakili kata
"saudagar". Kata "saudagar" adalah inti frasa
bertingkat "kedua saudagar itu". Demikian juga frasa
"telah mengadakan" dapat diwakili kata
"mengadakan". Akan tetapi, frasa "jual beli" tidak
dapat diwakili baik oleh kata "jual" maupun kata
"beli".
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa
"kedua saudagar itu" berdistribusi sama dengan frasa
"saudagar itu" dan kata "saudagar". Frasa "telah
mengadakan“ berdistribusi sama dengan
"mengadakan". Frasa yang distribusinya sama
dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan
frasa endosentrik.
Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu
atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa
"jual beli" termasuk frasa eksosentrik karena baik kata
"jual" maupun kata "beli" tidak dapat menggantikan
"jual beli".
Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa:

1. Frasa endosentrik yang koordinatif: frasa ini dihubungkan


dengan kata "dan" dan "atau".

Contoh: Pintu dan jendelanya sedang dicat.

2. Frasa Endosentrik yang Atributif: frasa ini terdiri atas


unsur-unsur yang tidak setara.

Contoh: Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan


itu milik Haji Abdulah.
3. Frasa endosentrik yang apositif: secara semantik,
unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif
memunyai makna sama dengan unsur yang lain.
Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat,
sedangkan unsur keterangan merupakan aposisi.

Contoh: Alfia, putri Pak Bambang, berhasil menjadi


pelajar teladan.
KELAS FRASA
Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa
meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan,
dan depan.

1. Frasa Benda atau Frasa Nomina: frasa yang distribusinya


sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda, yaitu
kata benda.
Contoh:

a. Dita menerima hadiah ulang tahun.

b. Dita menerima hadiah.

Frasa "hadiah ulang tahun" dalam kalimat


distribusinya sama dengan kata benda "hadiah".
Oleh karena itu, frasa "hadiah ulang tahun"
termasuk frasa benda atau frasa nomina.
2. Frasa Kerja atau Frasa Verba: frasa yang
distribusinya sama dengan kata kerja atau verba

Contoh: Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil


baru.

Frasa "akan menulis" adalah frasa kerja, karena


distribusinya sama dengan kata kerja "menulis" dan
unsur pusatnya kata kerja, yaitu "menulis".
3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva: frasa yang
distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat
memunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan
distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.

Contoh:

a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.

b. Lukisan yang dipamerkan itu-bagus-bagus.


4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia:

Frasa yang distribusinya sama dengan kata


keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga
berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering
menduduki fungsi sebagai keterangan.

a. Frasa keterangan sebagai keterangan:

Frasa keterangan biasanya memunyai keleluasaan


berpindah karena berfungsi sebagai keterangan.
Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di
depan atau di belakang subjek atau di awal dan di
akhir kalimat.

Contoh:

1. Tidak biasanya dia pulang larut malam.

2. Dia tidak biasanya pulang larut malam.

3. Dia pulang larut malam tidak biasanya.


b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata
kerja

Contoh : Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga


mengusulkan sesuatu.

5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia: frasa yang


distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada
umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia
dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau
kata bantu bilangan.
Contoh:
Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.

Frasa Depan atau Frasa Preposisional: frasa yang


terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai
unsur penjelas.

Contoh:

Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan


kepada pembicara.
FRASA YANG BERSIFAT AMBIGU
Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa.
Ambiguitas berarti kegandaan makna.

Contoh:

Kambing hitam dan mobil tetangga baru.

Frasa kambing hitam dapat memunyai dua makna,


yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan
sebuah ungkapan yang berarti orang yang
dipersalahkan.
Frasa mobil tetangga baru juga dapat memiliki dua
makna, yakni yang baru adalah mobil (milik
tetangga) dan yang baru adalah tetangga (bukan
mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika
digunakan dalam kalimat.

Anda mungkin juga menyukai