Anda di halaman 1dari 33

FARMAKOTERAPI PENYAKIT ASMA

Kelompok 1

Sandry eka saputri nst


Erwita dewi hutasoit
Santi dian sari
Febby novita sari
Shella anggarini
Nestia ayuda rifayani
Siska nadia wulandari
Nur apni riyanti
Tri haryani
Rahmita sari
Yuli wardana
Resi siska kurnia sari
Yuwanda iswari

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2019
Definisi Asma

Kata asma ( asthma) berasal dai bahasa


yunani yang berarti “terengah-engah”.

Asma adalah penyakit pernapasan


obstruktif yang ditandai dengan inflamasi
saluran napas dan spasme akut otot
polos bronkiolus. Kondisi ini
menyebabkan produksi mukus yang
berlebihan dan menumpuk,
penyumbatan aliran udara, dan
penurunan ventilasi alveolus ( Elizabeth
dkk. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Buku
Kedokteran. Jakarta. Hal. 565 )
Penyakit inflamasi kronik pada saluran pernafasan
dimana berbagai sel terlibat, terutama mast cells,
eosinofil dan limfosit T yg dikarakterisir oleh:
1. Obstruksi nafas yang bersifat reversibel, baik
secara spontan maupun dengan pengobatan
2. Inflamasi jalan nafas
3. Hiperresponsivitas jalan nafas terhadap
berbagai stimuli.
Epidemiologi Asma

 Di dunia 300 juta penduduk menderita asma.


 Amerika Serikat, 14-15 juta orang mengidap asma dan kurang lebih 4,5
juta di antaranya adalah anak-anak.
 Indonesia??  13 dari 1000 penduduk dan penyebab kematian keempat
di Indonesia (5,6%)
 Mrpk salah satu penyakit utama yang menyebabkan pasien memerlukan
perawatan, baik di RS ataupun di rumah.
 Separoh dari semua kasus asma berkembang sejak masa kanak-kanak,
sedangkan sepertiganya pada masa dewasa sebelum umur 40 tahun.
 Dapat dimulai pada segala usia, mempengaruhi pria dan wanita tanpa
kecuali dan bisa terjadi pada setiap orang pada segala etnis
Etiologi Asma

Faktor utama yang dapat menyebabkan asma


adalah:
• Genetik atau sejarah asma pada keluarga
• Lingkungan tempat tinggal, khususnya bagi
anak-anak
• Reaksi alergi pada substansi tertentu (bulu
binatang, debu, dll)
• Infeksi saluran pernapasan
ASTHMA TRIGGER
ISPA (rhinovirus, influenza, pneumonia, dll)

Alergen (debu, serbuk sari bunga, tungau, kecoa, jamur, dll)

Lingkungan (udara dingin, gas SO2 , NC2, asap rokok, dll)

Emosi : cemas, stres

Olahraga : terutama pada suhu dingin dan kering


Obat/pengawet : Aspirin, NSAID, sulfit, benzalkonium klorida, beta
bloker.
Stimulus pekerjaan.
PATOFISIOLOGI ASMA
• Inflamasi  kata kunci untuk menjelaskan perubahan
patologis yg terjadi pada asma.
• Inflamasi  reaksi pertahanan diri terhadap invasi
organime asing dengan tujuan perbaikan jaringan 
respon yg menguntungkan…… tetapi
• Pada asma : inflammatory response terjadi secara tidak
tepat  adverse effects.

• Inflamasi pada asma dikarakterisir oleh:


– Infiltrasi eosinofil dan limfosit ke jaringan saluran nafas
– Pengelupasan (shedding) epithelial cells bronkus dan
penebalan lapisan subepitelial
Klasifikasi Penyakit Asma
No Keberbahayaan Gejala-gejala Simtom Malam Hari Fungi paru-paru
- Simtom ≤ 2x/ - FEV, atau
minggu PEF ≥ 80%
- PEF normal diantara - FEV, /FVC ˃
intermiten
1 serangan ≤ 2x/ bulan 85%
ringan
- Eksaserbasi singkat - Variasi PEF ˂
Dalam (jam-hari), itensitas
bervariasi
20 %

Pedoman - Simtom
2x/minggu tetapi
˃ - FEV,
PEF ≥ 80%
atau

Pengendalian 2
Persisten
kurang dari 1x/hari
- Eksaserbasi ˃2x/bulan
- FEV,/FVC
=75-80%
Ringan
Penyakit Asma mungkin
mempengaruhi
- Variasi PEF
20%-30%
oleh Depkes RI aktivitas
- Simtom setiap hari - FEV, atau
PEF ˃ 60% -
(2009) - Setiap
menggunakan
hari
80%
Persisten inhalasi β-agonis ˃ 1x/ -
dijelaskan 3
Sedang - Eksaserbasi minggu
FEV,/FVC
=75-80%
mempengaruhi - Variasi PEF ˃
klasifikasi aktivitas dan ≥ 2x/ 30%
minggu
derajat asma. - Simtom kontinyu - FE, atau PEF
- Aktivitas fisik ≤60%
Persisten terbatas - FEV,/FVC ˂
4 sering
Berat - Sering eksaserbasi 75%
- Variasi PEF ˃
30%
Klasifikasi Asma Terkait Etiologi

Allergic ashtma • ≈ extrinsic ashtma

Infectious ashtma • disebabkan oleh infeksi virus

Exercise-induced • disebabkan karena olah raga, dimungkinkan karena


hilangnya/berkurangnya air dan panas dari
ashtma epitelium of the airways.

Occupational
• asma yg terkait dengan pekerjaan.
asthma
Drug induced
• aspirin, other NSAIDs
asthma
Gejala dan Tanda

1
• Mengi pada saat menghirup nafas

• Riwayat batuk yang memburuk pada malam hari, dada sesak


2 yg terjadi berulang dan nafas tersengal-sengal
• Hambatan pernafasan yg reversibel secara bervariasi selama
3 siang hari
• Adanya peningkatan gejala pada saat olahraga, infeksi virus,
4 paparan terhadap alergen dan perubahan musim

5
• Terbangun malam-malam dg gejala-gejala spt di atas.
Diagnosis Penyakit Asma
Diagnosis asma berdasarkan :

• Anamnesis : Riwayat perjalanan penyakit, faktor – faktor


yang berpengaruh terhadap asma , riwayat keluarga,
riwayat alergi, dan gejala klinis.
• Pemeriksaan fisik.
• Pemeriksaan laboratorium : jumlah eosinofil darah dan
sputum.
• Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter
untuk menentukan adanya obstruksi saluran pernapasan.
• Pemeriksaan lain misalnya foto toraks, uji bronkodilator (
atas indikasi) dan analisis gas darah( atas indikasi) .
• Jika seorang klinisi menduga adanya asma pada pasien, maka perlu di lakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan dugaan nya dengan mengukur fungsi paru.
• Adanya obstruksi jalan nafas juga dapat di tunjukkan dengan adanya penurunan pada
FEV (Force Expiratory Volume dalam 1 detik), pada PEF ( Peak Expiratory Flow ), pada
rasio FEV, dengan FVC, atau dengan kecepatan aliran hembusan nafas.
• Jika di curigai asma, maka di gunakan obat golongan beta agnosis, dan tes fungsi paru di
ulangi lagi dalam waktu 25-30 menit untuk melihat apakah ada perbaikan gejala.
• Jika terdapat peningkatan PEF atau FEV, melebihi 15% dari nilai dasarnya, maka dugaan
terhadap asma menjadi kuat.
• Selain itu, diagnosis juga dapat di tunjang dengan pemeriksaan darah terhadap adanya
peningkatan kadar igE atau hitung jenis dan jumlah eosinofil.
• Test provokasi bronkus juga perlu dilakukan menggunakan suatu allergen atau senyawa
kimia (histamine, metakolin) untuk melihat derajat peningkatan kepekaan bronkus
(hiperresponsiveness). Jika nilai FEV turun lebih dari 20% dengan dosis metakolin
sebesar 16 mg/ml atau kurang, test dikatan positif, artinya pasien positif menderita
asma. Test provokasi bronkus ini memiliki sensitivitas 95% terhadap diagnose asma
TATA LAKSANA TERAPI

• Tujuan  memungkinkan pasien menjalani hidup


yang normal dengan hanya sedikit gangguan atau
tanpa gejala.
• Beberapa tujuan yang lebih rinci antara lain
adalah:
– Mencegah timbulnya gejala yang kronis dan
mengganggu, seperti batuk, sesak nafas.
– Mengurangi penggunaan beta agonis aksi pendek
– Menjaga fungsi paru mendekati normal
– Menjaga aktivitas pada tingkat normal (bekerja,
sekolah, olah raga, dll)
• Mencegah kekambuhan dan meminimalisasi
kunjungan darurat ke RS
• Mencegah progresivitas berkurangnya fungsi
paru, dan untuk anak-anak mencegah
berkurangnya pertumbuhan paru-paru
• Menyediakan farmakoterapi yang optimal
dengan sesedikit mungkin efek samping
Non- • Pencegahan
farmakologi

• Terapi jangka panjang (long-term


control medications)
Farmakologi • Terapi serangan akut (quick-relief
medications)
TERAPI FARMAKOLOGI

1. Simpatomimetik
2. Xantin
3. Antikolinergik
4. Kromolin Sodium dan Nedokromil
5. Kortikosteroid
6. Antagonis Reseptor Leukotrien
7. Obat-Obat Penunjang
Terapi serangan akut

• Short-acting ß2-agonist (salbutamol,


1 terbutalin)

• Anticholinergics (ipratropium bromide)


2

• Corticosteroids (short-term use for


3 exacerbations)
Terapi pemeliharaan jangka panjang
• Corticosteroids inhalasi (beclometasone dipropionate,
1 budesonide, fluticasone propionate)

2
• Cromoline sodium

3
• Nedocromil

4
• Long acting ß2-agonist (salmeterol, formoterol)

5
• Methylxanthines (aminofilin, teofilin)

6
• Leukotriene modifiers (montelukast, pranlukast, zafirlukast)
Tata laksana terapi pada serangan asma
akut di rumah
Asses keparahannya dg melihat PEF.
PEF < 50%: serangan akut berat
Catat gejala: batuk, sesak, mengi, dll

Pengatasan awal:
Inhalasi agonis ß2 short acting
2-4 puff dg MDI interval 20 min atau nebulizer

Respon baik Respon tdk sempurna Respon jelek


Serangan ringan Serangan sedang Serangan berat
PEF > 80% PEF 50-80% PEF < 50%
Gejala berkurang Sesak dan mengi jelas
Respon agonis ß terjaga sampai 4
Masih ada sesak dan mengi •Tambah kortikosteroid oral
jam •Tambah kortikosteroid oral •Lanjutkan agonis ß
•Teruskan agonis ß setiap 3-4 jam •Lanjutkan agonis ß •Panggil dokter
selama 24 jam
•Pasien dg KS  tingkatkan dosis 2
kali

Kontak dokter segera untuk Kontak dokter segera untuk Bawa ke UGD
instruksi lanjutan instruksi lanjutan
Tata Laksana Terapi Pada Serangan Asma
Akut Di Rumah Sakit
Asesmen awal : riwayat, pemeriksaan fisik, PEF atau FEV1, kejenuhan oksigen, dan test lain
yg relevan

FEV1 atau PEF < 50% FEV1 atau PEF < 50%
•Inhalasi ß agonis dgn MDI atau nebulizer sampai (serangan berat)
dosis dalam 1 jam pertama •Inhalasi ß agonis dosis tinggi dan antikolinergik
•Oksigen utk mencapai saturasi ≥ 90% dg nebulizer setiap 20 min 1 jam
•Kortikosteroid oral jika tidak ada respon segera •Oksigen sampai saturasi ≥ 90%
atau jika pasien sebelumnya menggunakan

Ulangi asesmen:
Gejala, fisik, PEF, O2 dan test lain

Serangan sedang Serangan berat


FEV1 atau PEF 50-80% FEV1 atau PEF < 50%
Fisik: gejala sedang Fisik: gejala berat, retraksi dada
•Inhalasi ß agonis tiap 1 jam Riwayat : resiko tinggi
•Kortikosteroid sistemik •Inhalasi ß agonis tiap 1 jam + antikolinergik
•Lanjutkan 1-3 jam kl ada respon •Kortikosteroid sistemik
•Oksigen
lanjutan
Serangan sedang Serangan berat

Respon baik: Respon tidak sempurna: Respon jelek:


FEV1 atau PEV ≥ 70% FEV1 atau PEV 50 – 70% FEV1 atau PEV < 50%
Respon bertahan sampai 1jam Gejala ringan sampai sedang PCO2 ≥ 42 mmHg
Tidak ada distress Gejala berat, bingung, lemah
Fisik: normal

Masukkan ke bangsal: Masukkan ICU*


•Inhalasi ß-agonis + antikolinergik
Pulang ke rumah: •Kortikosteroid sistemik
•Lanjutkan inhalasi ß-agonis •Oksigen
•Lanjutkan kortikosteroid oral Membaik
•Monitor FEV1 atau PEF, saturasi
•Edukasi pasien O2, denyut jantung

Membaik
Henti nafas (respiratoty arrest):
•Intubasi dan ventilasi mekanik dengn O2
100%
•Nebulisasi ß agonist dan antikolinergik
•Kortikosteroid i.v

Masukkan ICU:
•Inhalasi ß agonist setiap jam atau
kontinyu + inhalasi antikolinergik
•Kortikosteroid i.v
•Oksigen
•Intubasi dan ventilasi mekanik

Membaik:
Masukkan ke bangsal

Membaik:
Pulang
Prinsip terapi serangan akut
• Short-acting ß2-agonists (salbutamol, terbutalin)  merupakan
terapi pilihan untuk meredakan gejala serangan akut dan pencegahan
bronkospasmes akibat exercise.
• Anticholinergic (ipratropium bromide)  memberi manfaat klinis
sebagai tambahan inhalasi beta agonis pada serangan akut yang
berat yang berat, merupakan bronkodilator alternatif bagi pasien
yang tidak bisa mentoleransi beta agonis.
• Sistem kortikosteroid  digunakan jangka pendek untuk mengatasi
eksaserbasi yang sedang sampai berat untuk mempercepat
penyembuhan dan mencegah eksaserbasi berulang.
• Oksigen  diberikan via kanula hidung atau masker untuk menjaga
SaO2 > 90% (>95% untuk wanita hamil dan pasien dg gangguan
jantung), saturasi oksigen perlu dimonitor sampai diperoleh respon
thd bronkodilator
Prinsip terapi serangan panjang
• Obat anti inflamasi (kortikosteroid) merupakan
treatment yg esensial untuk asma
• Mengajari dan memantau teknik inhalasi obat kepada
pasien sangat penting
• Treatment harus disusun untuk setiap pasien sesuai
dengan keparahan penyakitnya dan dimodifikasi secara
fleksibel tahap demi tahap
• Penggunaan kortikosteroid oral jangka pendek kadang-
kadang diperlukan
• Aspirin dan NSAID harus digunakan dengan hati-hati
karena 10-20% pasien asma alergi terhadap obat ini
• Beta bloker sering memicu kekambuhan gejala asma
Terapi pada penderita khusus (wanita hamil)

• Pencegahan asma pada wanita hamil sama dengan


treatment pada pasien lainnya  misalnya dengan
beklomethason inhalasi  aman digunakan dalam
kehamilan
• Sodium kromoglikat juga digunakan sbg
profilaksis asma  dg inhalasi cukup aman untuk
kehamilan
• Treatment salbutamol dan terbutalin  jika
digunakan scr inhalasi, tidak mempengaruhi
uterus.
Con’t
• Kortikosteroid oral jangka pendek, spt prednison
20-50 mg sehari untuk 4-7 hari cukup aman.
• Jika perlu, sebelum proses melahirkan: injeksi
hidrokortison i.m atau iv 100 mg setiap 8 jam
selama 24 jam cukup menjamin tersedianya
kortikosteroid eksogen
• Teofilin sebaiknya tidak digunakan pada masa
akhir kehamilan  efek stimulant : irritability,
jitteriness dan takikardi pada neonatus.
Terapi pada penderita khusus (anak-anak)

• Penggunaan inhalasi menggunakan nebulizer


atau MDI dengan spacer merupakan cara
penggunaan obat yang tepat.
• Inhalasi kortikosteroid cukup aman untuk
anak-anak
Terapi pada penderita khusus (geriatri)

• Tidak ada hal yang khusus, sama dengan pada


dewasa
• Lebih diperhatikan pada kemungkinan terjadi
ES terutama pada penggunaan
aminofilin/teofilin.
TERAPI NON FARMAKOLOGI

1. Edukasi pasien
2. Identifikasi dan mengendalikan
faktor pencetus
3. Pemberian oksigen
4. Banyak minum untuk
menghindari dehidrasi terutama
pada anak-anak
5. Kontrol secara teratur
6. Pola hidup sehat
KIE
• Mengedukasi pasien mengenai fakta dasar tentang asma:
– Beda saluran asma yg normal dg pasien asma
– Apa yg terjadi ketika serangan asma
• Mengedukasi pasien tentang pengobatan asma
– Bagaimana obat bekerja
– Pengobatan jk panjang dan pengobatan serangan akut
– Tekankan pada kepatuhan penggunaan obat terutama yg mendapat terapi jk
panjang.
• Mengedukasi tentang teknik penggunaan inhaler yang benar
– demonstrasikan cara memakai inhalaer dan bentuk device yg lain
• Memantau penggunaan obat pada saat refill  dapat membantu mengidentifikasi
pasien yang kontrol asmanya kurang baik  komunikasikan dengan dokternya.
• Mengedukasi pasien untuk memantau kondisinya.
– Bagaimana memantau gejala dan mengenal kapan kondisi memburuk
– Kapan dan bagaimana melakukan tindakan darurat (rescue actions)
• Mengedukasi pasien untuk mengidentifikasi dan menghindari faktor pemicu

Anda mungkin juga menyukai