standar pelayanan farmasi di apotek meliputi standar pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai • Perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, dan pencatatan dan pelaporan
Pelayanan farmasi klinik
• Pengkajian resep, dispensing, PIO, konseling, pelayanan kefarmaian di rumah (Home pharmacy care), PTO, dan MESO KASUS
1. Proses pencatatan obat masuk dan keluar menggunakan
kartu stok tidak dilakukan dengan baik. 2. Penjulan obat OWA secara bebas KASUS I
Penyebab
Proses pencatatan kartu stok di apotek tidak dilakukan dapat
disebabkan oleh : • Banyaknya pasien • Banyaknya obat yang tersedia di apotek Banyaknya pengeluaran dan pemasukan obat yang tidak tercatat memperbesar kemungkinan terjadinya ketidakcocokan jumlah obat yang ada di kartu stock atau di sistem komputer dengan jumlah fisik obat yang tersedia. Sehingga kemungkinan obat bisa hilang lebih besar.
Ketidakcocokan antara jumlah fisik obat dengan kartu stock
juga dapat mempengaruhi pengadaan yaitu kekosongan dan menumpuknya obat tertentu. SOLUSI
Sebaiknya apoteker memberikan pelatihan kepada
asisten apoteker dan karyawan tentang pentingnya dalam pencatatan kartu stock. Apoteker juga membagikan tugas setiap individu diberi tanggung jawab untuk mengisi kartu stock berdasarkan (contoh bentuk sediaan; tetes mata, golongan obat ; obat keras, narkotik, obat generik) Dan sebaiknya juga melakukan stock opname minimal setahun sekali. Meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab diri sendiri KARTU STOK
Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2009 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bahwa Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik . Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
Peraturan BPOM No. 4 Tahun 2018 Tentang Pengawasan
Pengelolaan Obat, Bahan obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian bahwa Penyimpanan Obat dan Bahan Obat harus dilengkapi dengan kartu stok, dapat berbentuk kartu stok manual maupun elektronik . Informasi dalam kartu stok sekurang-kurangnya memuat: Nama Obat/Bahan Obat, bentuk sediaan, dan kekuatan Obat; Jumlah persediaan; Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan; Jumlah yang diterima; Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyerahan/penggunaan; Jumlah yang diserahkan/digunakan; Nomor bets dan kedaluwarsa setiap penerimaan atau penyerahan/penggunaan; dan Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk. FUNGSI KARTU STOK
Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat
(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluwarsa) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu) jenis obat yang berasal dari 1 (satu) sumber anggaran. Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan pengadaan distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya. Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan obat bersangkutan Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari Setiap terjadi mutasi obat ( penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/ daluwarsa ) langsung dicatat di dalam kartu stok Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan. KEUNTUNGAN KARTU STOK
Informasi yang didapat :
Mengetahui Jumlah obat yang tersedia (sisa stok) Mengetahui Jumlah obat yang diterima Mengetahui Jumlah obat yang keluar Mengetahui Jumlah obat yang hilang/rusak/kadaluwarsa Mengetahui Jangka waktu kekosongan obat MANFAAT KARTU STOK
Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan
obat. Penyusunan laporan Perencanaan pengadaan dan distribusi Pengendalian persediaan Untuk pertanggung-jawaban bagi petugas penyimpanan dan pen-distribusian KASUS II
Penjualan obat wajib apotek (OWA) secara bebas dapat terjadi
karena kurangnya pengetahuan mengenai obat yang termasut ke dalam obat wajib apotek (OWA) dan kurangnya pelatihan mengenai obat wajib apotek (OWA) Akibat penjualan obat wajib apotek secara bebas dapat menyebabkan penyalahgunaan obat, terjadinya resistensi, penggunaan obat yang tak sesuai indikasi keputusan Menteri Kesehatan No.919/MENKES/PER/X/1993, Pasal 2 tentang obat tanpa resep yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek (OWA) yang dapat diberikan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter PMK NO 919/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KRITERIA OBAT YANG DAPAT DISERAHKAN TANPA RESEP
Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita
hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Hubungan Berbagai Sasaran Strategic Yang Di Hasilkan Dalam Perencanaan Strategic Dengan Kerangka Balanced Scorecard Menjanjikan Peningkatan Kemampuan Perusahaan Dalam Menghasilkan Kinerja Keuangan