Anda di halaman 1dari 25

BINOMIAL NEWTON

MATEMATIKA DISTRIK
Sejarah Teorema Binomial
• Rumus dan susunan segitiga dari koefisien binomial ini sering
dikaitkan dengan Blaise Pascal, yang menguraikannya pada abad ke-
17. Tetapi, sebenarnya rumus dan susunan tersebut telah dikenal oleh
banyak matematikawan jauh sebelum Pascal. Contohnya, Sir Isaac
Newton dihargai atas jasanya yang menjelaskan mengenai teorema
binomial umum, yang berlaku untuk setiap eksponen.
Matematikawan Yunani abad ke-4 SM Euklides menyebutkan kasus
khusus teorema binomial untuk eksponen, seperti yang dilakukan
oleh matematikawan India abad ke-3 SM Pingala untuk tingkat yang
lebih tinggi.
• Sebuah teorema binomial yang lebih umum dan kemudian disebut
"segitiga Pascal" telah dikenal di abad ke-10 M oleh matematikawan
India Halayudha dan matematikawan Persia Al-Karaji, di abad ke-11
oleh penyair dan matematikawan Persia Umar Khayyām, dan di abad
ke-13 oleh matematikawan Cina Yang Hui, yang semuanya
memperoleh hasil yang sama. Al-Karaji juga memberikan sebuah
pembuktian matematika dari teorema binomial dan segitiga Pascal,
dengan menggunakan induksi matematika.
Koefisien Binomial
• Koefesien binomial merupakan bilangan-bilangan yang muncul dari
hasil penjabaran penjumlahan dua peubah yang dipangkatkan,
misalnya (x + y)n. Sepintas terlihat bahwa ekspresi (x + y)n tidak ada
hubungannya dengan kombinasi, tetapi kenyataannya kita bisa
mendapatkan rumus untuk penjabaran (x + y)n dengan menggunakan
rumus banyaknya kombinasi-k dari n unsur. Teori untuk menurunkan
rumus yang diperoleh dari penjabaran (x + y)n dengan menggunakan
kombinasi dikenal dengan Teorema Binomial
• Sebelum membahas teorema ini, perhatikan ilustrasi berikut ini.
Dalam aljabar kita tahu bahwa :
• (x + y)2 = x2 + 2xy + y2
• Penjabaran dari (x + y)2 merupakan perkalian 2 faktor (x + y), yaitu :
• (x + y)2 = (x + y) ( x + y) = x2 + 2xy + y2
Pengertian Binomial Newton
• Binomial Newton adalah teorema yang menjelaskan mengenai
pengembangan eksponen dari penjumlahan antara dua variabel
(binomial). Dalam Binomial Newton menggunakan koefisien-
koefisien (a + b)n.
Jika a dan b adalah variabel-variabel real tidak nol, maka
bentuk aljabar (a+b) disebut suku dua atau binom dalam
a dan b. Binom (a+b) dipangkatkan dengan n (n adalah
bilangan-bilangan asli) dituliskan:
(a + b)n

Hasil penjabaran binom (a + b)n ditentukan oleh nilai n.


Contoh untuk n = 2 memberikan hasil penjabaran
binom (a + b)2 sebagai berikut:
(a + b)2 = (1)a2 + (2) ab + (1)b2

Bilangan 1, 2 dan 1 yang berada dalam tanda kurung


disebut koefisien-koefisien penjabaran binom (a + b)n
untuk n = 2.
Untuk n = 1  (a + b)1 = (1)a1 b0 + (1) a0 b1
Untuk n = 2  (a + b)2 = (1)a2 b0 + (2) a1 b1 + (1)a0 b2
Untuk n = 3  (a + b)3 = (1)a3 b0 + (3) a2 b1 + (3)a1 b2 + (1) a0 b3
Untuk n = 4  (a + b)4 = (1)a4 b0 + (4) a3 b1 + (6)a2 b2 + (4) a1 b3 + (1)a0 b4
Untuk n = 5  (a + b)5 = (1)a5 b0 + (5) a4 b1 + (10)a3 b2 + (10) a2 b3 + (5)a1 b4 +(1) a0 b5

Tampak bahwa koefisien-koefisien identitas diatas


memperlihatkan adanya suatu aturan yang dikenal dengan
Segitiga Pascal, yaitu:

1 1
1 2 1
1 3 3 1
1 4 6 4 1
1 5 10 10 5 1
Dalam hubungan dengan kombinasi dapat dituliskan
sebagai berikut:

1 1 senilai dengan : C 01 ,C11


1 2 1 senilai dengan : C 02 , C12 , C 22
1 3 3 1 senilai dengan : C 03 , C13 , C 23 , C 33
1 4 6 4 1 senilai dengan : C 04 , C14 , C 24 , C34 , C 44
1 5 10 10 5 1 senilai dengan : C 05 , C15 , C 25 , C 35 , C 54 , C 55

Dari Contoh :
(a + b)2 = a2 + 2ab + b2 = C 02 a 2  C12 ab  C 22 b 2

Maka diperoleh :
n n 1 1 n n2 2 1 n 1
(a + b)n C
= 0
n n 0
a b  C1 a b  C 2 a b  ...  C n
n 1 a b  C n 0 n
na b
• Ruas kanan dari ke enam persamaan
diatas disebut BINOMIALNEWTON.
• koefisien suku - suku pada a4+4a3b+6a2b2+4ab3+b4 diperoleh dengan
cara menjumlahkan koefisien suku-
suku pada a3+3a2b+3ab2+b3 yang berurutan.
• Teorema binomial memberikan cara untuk menjabarkan bentuk
perpangkatan
A. Aturan untuk menjabarkan bentuk (x + y)n:
B. Suku pertama adalah xn ,dan suku terakhir adalah y n.
C. Pada setiap suku, pangkat x berkurang satu, sedangkan pangkat y
bertambah satu. Untuk setiap suku, jumlah pangkat x dan y adalah n.
D. Koefisien untuk xn-kyk yaitu suku ke-(k +1) adalah C (n, k). Bilangan
C(n, k) disebut koefisien binomial.
Rumus Binomial Newton
Contoh 1
a. Tentukan suku keempat dari penjabaran perpangkatan (x – y)5
Jawab
Perhatikan bahwa (x – y)5 = (x + (-y))5
Oleh sebab itu, suku keempat adalah
C(5, 3) x5-3 (-y)3 = -10x2y3

b. Jabarkan (2x – 1)3


Jika didefinisikan a = 2x dan b = -1,
Maka,(a + b)3 = C(3, 0)a3 + C(3, 1)a2b +C(3,2)ab2 + C(3, 3)b3
= 1(2x)3 + 3(2x)2(-1) + 3(2x)(-1)2 + 1(-1)3
= 8x3 – 12x2 + 6x – 1
2. Tentukan suku ke-3 dari (x+y)6
Jawab :
6
=  rx y
n nr r
(x+y)6 C
0

Suku ke-3 berarti r = 2 dan n = 6, maka :

6 2 6! 4 2
C x 6
2 .y 
2
x y 15 x 4 y 2
2!4!
3. Hitung koefisien x10dari perpangkatan (x3-2x)6
Jawab :
Jadi, koefisien x10 dari perpangkatan (x3-2x)6 adalah 96
• 4.
Contoh soal 4
a). (2x - 1)5 jabarkan lah soal tersebut :
Jawab :
= 1.(2x)5.10 + 5.(2x)4.11 + 10.(2x)3.12 + 10.(2x)2.13 + 5.(2x)1.14 + 1.(2x)0.15
= 32x5 + 80x4 + 80x3 + 40x2 + 10x + 1

b. Jabarkan (x + 3)4, tentukan koefisien dari x3 ?


Jawab :
= 1.x4.30 + 4.x3.31 + 6.x2.32 + 4.x1.33 + 1.x0.3
= x4 + 12x3 + 54x2 + 108x + 81
SOAL LATIHAN
• 1. Bentuk Penjabaran dari (2𝑥 + 3𝑦)2 adalah?
• 2. Bentuk Penjabaran dari (a + b)3 adalah?
• 3. Suku ke lima dari penjabaran (3𝑥 + 𝑦)7 adalah?
1
• 4. Suku ke enam dari ( − 𝑎 ) 10 adalah?
a
• 5. Koefisien dari 𝑥 3 𝑦 2 dari hasil perpangkatan(2𝑥 + 3𝑦)5 adalah?
• 1. Bentuk Penjabaran dari (2𝑥 + 3𝑦)2 adalah?

• 2. Bentuk Penjabaran dari (a + b)3 adalah?


• 3. Suku ke lima dari penjabaran (3𝑥 + 𝑦)7 adalah?
1
• 4. Suku ke enam dari ( − 𝑎 ) 10 adalah?
a
• 5. Koefisien dari 𝑥 3 𝑦 2 dari hasil perpangkatan(2𝑥 + 3𝑦)5 adalah?

Anda mungkin juga menyukai