Anda di halaman 1dari 110

Pelayanan

Kefarmasian di
Puskesmas
Kelompok 3
Aditya Sindu Sakti 1306397072
Agung kristianto 1306402135
Aulika Desthahrina N. 1306405396
Chavella Avatara 1306402545
Cheputri Rahma 1306397116
Dewi Rizky Amalia 1306397204
Discka Winda Syafiqah 1306403491
Herra Williany Monalissa 1306403516
Ifani Pinto Nada 1306403535
Monica Arnady 1306397173
Rd. Roro Altrista Yusrina K. 1306397160
Pendahuluan
Dewi Rizky Amalia 1306397204
Latar Belakang
Puskesmas adalah Unit Pelaksana
Teknis Dinas Kesehatan
Secara nasional standar wilayah
Kabupaten/Kota yang bertanggung
kerja Puskesmas adalah satu
jawab menyelenggarakan
kecamatan.
pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.

Apabila di satu kecamatan terdapat


lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi
antar Puskesmas dengan
memperhatikan keutuhan konsep
wilayah yaitu desa/ kelurahan atau
dusun/rukun warga (RW).
Latar Belakang
Visi : Tercapainya kecamatan sehat Misi : Mendukung tercapainya misi
• Kecamatan sehat mencakup pembangunan kesehatan
4 indikator utama, yaitu nasional dalam rangka
• Lingkungan sehat mewujudkan masyarakat
• Perilaku sehat mandiri dalam hidup sehat.
• Cakupan pelayanan kesehatan
yang bermutu
• Derajat kesehatan penduduk
- Untuk mencapainya Puskesmas menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan&upaya kesehatan masyarakat, ditunjang
dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu

- Pelayanan kefarmasian pd saat ini : Pharmaceutical Care. Sehingga


apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan&perilaku agar dapat
berinteraksi langsung dengan pasien.
Landasan Hukum
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
• Bab I pasal 1
• Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
• Bab V pasal 42
• Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan dalam rangka menjaga mutu sediaan
farmasi yang beredar.
• Bab VI pasal 63
• Pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi dan pelayanan
sediaan farmasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu.
• Bab X pasal 82
• Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja
melakukan pekerjaan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam pasal 63
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana
denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).
Landasan Hukum
• Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
• Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika
• Ordonansi Obat Berkhasiat Keras (Sterekwerkende
geenesmiddelen ordonantie Stb.1949 /no.419)
• Kepmenkes No. 125/Kab/B VII/th 1971 tentang Wajib Daftar
Obat
• Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
Pengelolaan Sumber
Daya
Aditya Sindu Sakti 1306397072
Herra Williany Monalissa 1306403516
Sumber Daya Manusia
• Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di Puskesmas adalah apoteker (Undang-Undang
RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
• Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal
harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker
sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan.
Kompetensi Apoteker (Bab IV
KMK no 30)
Sebagai penanggung jawab Sebagai Tenaga Fungsional

• 1) mempunyai kemampuan untuk • 1) mampu memberikan pelayanan


memimpin; kefarmasian;
• 2) mempunyai kemampuan dan • 2) mampu melakukan akuntabilitas
kemauan untuk mengelola dan praktek kefarmasian;
mengembangkan Pelayanan • 3) mampu mengelola manajemen
Kefarmasian; praktis farmasi;
• 3) mempunyai kemampuan untuk • 4) mampu berkomunikasi tentang
mengembangkan diri; kefarmasian;
• 4) mempunyai kemampuan untuk • 5) mampu melaksanakan pendidikan
bekerja sama dengan pihak lain; dan dan pelatihan; dan
• 5) mempunyai kemampuan untuk • 6) mampu melaksanakan penelitian
mengidentifikasi, mencegah, dan pengembangan
menganalisis dan memecahkan
masalah.
Sarana dan Prasarana
Ruang • Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1

penerimaan (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika
memungkinkan. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian
paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
resep

Ruang • Di ruang peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan Obat,


air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok Obat, bahan
pelayanan pengemas Obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko
salinan resep, etiket dan label Obat, buku catatan pelayanan resep,
buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis
resep dan secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi
udara yang cukup. Jika memungkinkan disediakan pendingin
peracikan ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.
Ruang • Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan
penyerahan Obat, buku pencatatan penyerahan dan pengeluaran
Obat. Ruang penyerahan Obat dapat digabungkan
dengan ruang penerimaan resep.
obat

• Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi


konseling, lemari buku, buku-buku referensi sesuai
Ruang kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
catatan konseling, formulir jadwal konsumsi Obat
Konseling (lampiran), formulir catatan pengobatan pasien
(lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1
(satu) set komputer, jika memungkinkan.
Ruang • Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin
penyimpanan mutu produk dan keamanan petugas. Selain itu juga
memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
obat dan bahan penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari
Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari
medis habis penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
pakai penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.

• Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang


berkaitan dengan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dan Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
Ruang Arsip Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang memadai dan
aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen dalam
rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan,
persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

• Obat
Sediaan • Bahan Obat
Farmasi • Obat tradisional
• Kosmetik

Perbekalan • Peralatan yang diperlukan untuk


menyelenggarakan kesehatan
Kesehatan
Pengelolaan sediaan Farmasi dan
perbekalan kesehatan
Menjamin kelangsungan ketersediaan dan
Tujuan keterjangkauan pelayanan obat yang efisien, efektid
dan rasional

Ruang lingkup pengelolaan obat

Perencanaan Permintaan Penyimpanan

Pengendalian
Pencataan dan
dan Distribusi
pelaporan
penggunaan
Perencanaan
Suatu proses kegiatan seleksi obat dan
perbekalan kesehatan untuk menentukan jumlah
obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Puskesmas.

Tujuan Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan


kesehatan yang mendekati kebutuhan
Meningkatkan penggunaan obat secara rasional

Meningkatkan efisiensi penggunaan oba


Perencanaan
Suatu proses kegiatan seleksi obat dan
perbekalan kesehatan untuk menentukan jumlah
obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Puskesmas.

Tujuan Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan


kesehatan yang mendekati kebutuhan
Meningkatkan penggunaan obat secara rasional

Meningkatkan efisiensi penggunaan oba


Permintaan Obat
Tujuan Memenuhi kebutuhan obat di masing-
masing unit pelayanan kesehatan
sesuai dengan pola penyakit yang ada
di wilayah kerjanya

Sumber Obat Obat yang diperkenankan

• Dinas kesehatan • Obat esessial yang jenis dan


kabupaten/kota itemnya ditentukan setiap
tahun oleh menteri
kesehatan dengan merujuk
kepada daftar obat esensial
nasional
Penerimaan Obat

Suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan


yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih
tinggi kepada unit pengelola di bawahnya.

Tujuan Agar obat yang diterima sesuai


dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh
Puskesmas.
Penyimpanan
Suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-
obatan yang diterima agar aman (tidak hilang),
terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin.

Tujuan Agar obat yang tersedia di Unit


pelayanan kesehatan mutunya
dapat dipertahankan.
Distribusi
Penyaluran/distribusi adalah kegiatan
pengeluaran dan penyerahan obat secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
sub-sub unit pelayanan kesehatan

Tujuan Memenuhi kebutuhan obat sub unit


pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas dengan
jenis, mutu, jumlah dan tepat waktu
Pengendalian
Tujuan Agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan obat di unit pelayanan
kesehatan dasar

Pengendalian • untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan


strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan
Persediaan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar

Pengendalian • untuk menjaga kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi


pemanfaatan dana obat.
penggunaan
Pengendalian
obat hilang
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas
merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-
obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan di Puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya

Bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan


Tujuan
Sumber data untuk melakukan pengaturan dan
pengendalian
Sumber data untuk pembuatan laporan
Administrasi
Rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan
dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian
yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih
mudah dimonitor dan dievaluasi.

Administrasi

Sediaan Farmasi Monitoring efek


Kesalahan Medication
dan perbekalan Resep samping obat
pengobatan record
kesehatan (MESO)
Administrasi untuk sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan
Permintaan obat ke
Perencanaan instalasi farmasi Penerimaan
kabupaten/kota

Pendistribusian dan
Penyimpanan
pelaporan
menggunakan kartu Penyimpanan
menggunakan form
stok atau komputer
LP-LPO

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LP-LPO) yaitu formulir yang lazim
digunakan di unit pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah
Administrasi resep

Pencatatan jumlah resep berdasarkan


Pasien (umum, miskin, asuransi

Penyimpanan bendel resep harian secara


teratur selama 3 tahun

Pemusnahan resep yang dilengkapi berita


acara
PELAYANAN
FARMASI KLINIK
Chavella Avatara 1306402545
Monica Arnady 1306397173
Definisi
Bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Tujuan
• Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.
• Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin
efektivitas, keamanan, dan efisiensi Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai.
• Meningkatkan kerja sama dengan profesi kesehatan lain dan
kepatuhan pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
• Melaksanakan kebijakan obat di Puskesmas dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat

Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Konseling

Ronde/Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)

Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)

Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Evaluasi Penggunaan Obat


1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan
Pemberian Informasi Obat
Kegiatan pengkajian resep dimulai
Persyaratan administrasi meliputi:
dari seleksi persyaratan administrasi, a. Nama, umur, jenis kelamin, dan
persyaratan farmasetik dan berat badan pasien.
b. Nama dan paraf dokter.
persyaratan klinis baik untuk pasien c. Tanggal resep.
rawat inap maupun rawat jalan. d. Ruangan/unit asal resep.

Persyaratan klinis meliputi:


a. Ketepatan indikasi, dosis, dan Persyaratan farmasetik meliputi:
waktu penggunaan obat. a. Bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Duplikasi pengobatan. b. Dosis dan jumlah obat.
c. Alergi, interaksi, dan efek c. Stabilitas dan ketersediaan.
samping obat. d. Aturan dan cara penggunaan.
d. Kontra indikasi. e. Inkompatibilitas
e. Efek adiktif. (ketidakcampuran obat).
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi
Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan / meracik obat, memberikan label / etiket,
menyerahkan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai
disertai pendokumentasian.

Tujuan:
a. Pasien memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan
klinis/pengobatan.
b. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi
intruksi pengobatan.
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang Faktor yang perlu diperhatikan:
dilakukan oleh Apoteker untuk a. Sumber informasi obat.
memberikan informasi secara akurat, b. Tempat.
c. Tenaga.
jelas, dan terkini kepada dokter, apoteker, d. Perlengkapan.
perawat, profesi kesehatan lainnya, dan
pasien.
Tujuan:
a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan
lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan obat (contoh: kebijakan permintaan obat oleh
jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat
penyimpanan yang memadai).
c. Menunjang penggunaan obat yang rasional.
Kegiatan:
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen
secara pro aktif dan pasif.
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan
melalui telepon, surat, atau tatap muka.
c. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding,
dan lain-lain.
d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan, dan
rawat inap, serta masyarakat.
e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
f. Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan
Pelayanan Kefarmasian.
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien
rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.

Faktor yang perlu diperhatikan:


Kriteria pasien Sarana dan prasarana
1) Pasien rujukan dokter. 1) Ruangan khusus.
2) Pasien dengan penyakit kronis. 2) Kartu pasien/catatan
3) Pasien dengan obat yang berindeks terapeutik konseling.
sempit dan poli farmasi.
4) Pasien geriatrik.
5) Pasien pediatrik.
6) Pasien pulang sesuai dengan kriteria diatas.
Tujuan:
Memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada
pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal
pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda
toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.

Kegiatan:
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka, misalnya
apa yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain-lain.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mngidentifikasi
dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan
mendapat resiko masalah terkait obat misalnya komorbiditas,
lanjut usia, lingkungan sosial, karakteristik obat, kompleksitas
pengobatan, kompleksitas penggunaan obat, kebingungan atau
kurangnya pengetahuan atau keterampilan tentang bagaimana
menggunakan obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah yang bertujuan tercapainya
keberhasilan terapi obat.
Ronde/Visit Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan
lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Memberikan rekomendasi
kepada dokter dalam
pemilihan obat dengan
Memeriksa obat pasien
mempertimbangkan
diagnosis dan kondisi klinis
pasien

Berperan aktif dalam


Memantau perkembangan
pengambilan keputusan tim
klinis pasien yang terkait
profesi kesehatan dalam
dengan penggunaan obat.
terapi pasien.
Kegiatan Visit Mandiri
Untuk pasien baru

Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan

Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal


pemberian obat

Menanyakan obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah, mencatat
jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan pasien.

Mengkaji terapi obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait
obat yang mungkin terjadi
Untuk pasien lama dengan instruksi baru

Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan


obat baru.

Mengajukan pertanyaan apakah ada


keluhan setelah pemberian obat.
Untuk semua pasien

Memberikan keterangan pada catatan pengobatan


pasien.

Membuat catatan mengenai permasalahan dan


penyelesaian masalah dalam satu buku yang akan
digunakan dalam setiap kunjungan.
Kegiatan Visit Bersama Tim
Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan
pengobatan pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.

Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau


keluarga pasien terutama tentang obat.

Menjawab pertanyaan dokter tentang obat.

Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti


obat yang dihentikan, Obat baru, perubahan dosis dan lain-lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan Apoteker

Memiliki
Memahami cara
kemampuan untuk
berkomunikasi yang
berinteraksi dengan
efektif.
pasien dan tim.

Mencatat
Memahami teknik
perkembangan
edukasi
pasien.
Pemantauan dan Pelaporan
Efek Samping Obat (ESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap
Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis.

Tujuan
Menemukan efek Menentukan frekuensi
samping obat sedini dan insidensi efek
mungkin terutama yang samping obat yang sudah
berat, tidak dikenal dan sangat dikenal atau yang
frekuensinya jarang. baru saja ditemukan.
Kegiatan
Mengidentifikasi Obat
dan pasien yang
Menganalisis laporan efek mempunyai resiko tinggi
samping Obat.
mengalami efek samping
Obat.

Mengisi formulir Melaporkan ke Pusat


Monitoring Efek Samping Monitoring Efek Samping
Obat (MESO) Obat Nasional.
Faktor yang Perlu Diperhatikan

Ketersediaan
Kerja sama dengan formulir
tim kesehatan lain. Monitoring Efek
Samping Obat.
Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping

Tujuan
Memberikan
Mendeteksi masalah rekomendasi
yang terkait dengan penyelesaian masalah
Obat. yang terkait dengan
Obat.
Kriteria pasien
Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.

Adanya multidiagnosis.

Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

Menerima obat dengan indeks terapi sempit.

Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang


merugikan
Kegiatan yang Dilakukan Apoteker
Memilih pasien
Membuat catatan Memperkenalkan
yang memenuhi
awal. diri pada pasien
kriteria.

Memberikan
Mengambil data Melakukan
penjelasan pada
yang dibutuhkan evaluasi.
pasien

Memberikan
rekomendasi
Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).

Tujuan

Mendapatkan Melakukan evaluasi


gambaran pola secara berkala untuk
penggunaan obat penggunaan obat
pada kasus tertentu. tertentu.
Pendahuluan Info
Obat
Pelayanan Farmasi klinik
Aulika Desthahrina N 1306405396
Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi


aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan
mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai
dengan penyerahan obat kepada pasien.
Penerimaan Resep
1. Pemeriksaan kelengkapan
administratif resep, yaitu :
nama dokter, nomor surat izin
praktek (SIP), alamat praktek
dokter, paraf dokter, tanggal,
penulisan resep, nama obat,
jumlah obat, cara
penggunaan, nama pasien,
umur pasien, dan jenis
kelamin pasien
2. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis,
potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.

3. Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek


samping, interaksi dan kesesuaian dosis.

4. Konsultasikan dengan dokter apabila


ditemukan keraguan pada resep atau obatnya
tidak tersedia
Peracikan Obat
Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat, dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat

Peracikan obat

Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru untuk obat
luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat dalam bentuk larutan

Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang berbeda
untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah
Pelayanan Informasi Obat

Benar Jelas Akurat

Tidak Bias Etis Bijaksana

Terkini
Sumber Informasi Obat
Referensi Kemasan & Brosur Obat
• Buku Farmakope • Nama dagang obat jadi
• Komposisi
Indonesia • Bobot, isi atau jumlah tiap
• Informasi Spesialite Obat wadah
Indonesia (ISO) • Dosis pemakaian
• Cara pemakaian
• Informasi Obat Nasional • Khasiat atau kegunaan
Indonesia (IONI) • Kontra indikasi (bila ada)
• Tanggal kadaluarsa
• Farmakologi dan Terapi
• Nomor ijin edar/nomor
registrasi
• Nomor kode produksi
• Nama dan alamat industri
Informasi Obat yang Diperlukan
Pasien

Waktu Penggunaan Obat

Lama Penggunaan Obat

Cara Penggunaan Obat yang Benar


Pelayanan Informasi
Obat
Rd. Roro Altrista Yusrina K 1306397160
Ifani Pinto Nada 1306403535
Petunjuk Pemakaian Obat Oral
• Cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah dan
aman. Yang terbaik adalah minum obat dengan segelas air.
• Ikuti petunjuk dari profesi pelayan kesehatan (saat makan atau
saat perut kosong)
• Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan
seluruhnya. Tidak boleh dipecah atau dikunyah
• Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah
diberi ukuran untuk ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok
rumah tangga.
• Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan
oleh dokter minta pilihan bentuk sediaan lain.
Petunjuk Pemakaian obat oral
untuk bayi/anak balita
• Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya,
gunakan sendok takar dalam kemasan obatnya.
• Segera berikan minuman yang disukai anak setelah pemberian
obat yang terasa tidak enak/pahit.
Petunjuk Pemakaian Obat
Tetes Mata
• Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun
(termasuk mata) dan selalu ditutup rapat setelah digunakan.
• Untuk glaukoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang
tertera pada kemasan harus diikuti dengan benar.
• Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan,
dengan jari telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke
bawah untuk membuka kantung konjungtiva, obat diteteskan
pada kantung konjungtiva dan mataditutup selama 1-2 menit,
jangan mengedip.
• Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2 menit
• Tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin
terpapar padatangan
Petunjuk Pemakaian Obat
Salep Mata
• Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun
(termasuk mata).
• Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan,
dengan jari telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke
bawah untuk membuka kantung konjungtiva, tube salep mata
ditekan hingga salep masuk dalam kantung konjungtiva dan
mata ditutup selama 1-2 menit.
• Mata digerakkan ke kiri-kanan, atas-bawah. Setelah
digunakan, ujung kemasan salep diusap dengan tissue bersih
(jangan dicuci dengan air hangat) dan wadah salep ditutup
rapat
• Tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin
terpapar pada tangan
Petunjuk Pemakaian Obat
Tetes Hidung
• Hidung dibersihkan dan kepala ditengadahkan bila
penggunaan obat dilakukan sambil berdiri dan duduk atau
penderita cukup berbaring saja.
• Kemudian teteskan obat pada lubang hidung dan biarkan
selama beberapa menit agar obat dapat tersebar dalam
hidung
• Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara
dua paha
• Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan dengan air panas
dan keringkan dengan tissue bersih.
Petunjuk Pemakaian Obat
Semprot Hidung
• Hidung dibersihkan dan kepala tetap tegak. Kemudian obat
disemprotkan ke dalam lubang hidung sambil menarik napas
dengan cepat.
• Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara
dua paha.
• Setelah digunakan, botol alat semprot dicuci dengan air
hangat tetapi jangan sampai air masuk ke dalam botol
kemudian dikeringkan dengan tissue bersih.
Pemakaian Obat Tetes Telinga
• Ujung alat penetes jangan menyentuh benda apapun termasuk
telinga
• Cuci tangan sebelum menggunakan obat tetes telinga
• Bersihkan bagian luar telinga dengan cotton bud/kapas bertangkai
pembersih telinga.
• Jika sediaan berupa suspensi, sediaan harus dikocok terlebih dahulu
• Cara penggunaan adalah penderita berbaring miring dengan telinga
yang akan ditetesi obat menghadap ke atas. Untuk membuat lubang
telinga lurus sehingga mudah ditetesi maka bagi penderita dewasa
daun telinga ditarik ke atas dan ke belakang, sedangkan bagi anak-
anak daun telinga ditarik ke bawah dan ke belakang. Kemudian obat
diteteskan dan biarkan selama 5 menit
• Bersihkan ujung penetes dengan tissue bersih.
Obat Supositoria

• Cuci tangan

• Suppositoria dikeluarkan dari


kemasan

• Suppositoria dibasahi dengan


air

• Penderita berbaring dengan


posisi miring

• Suppositoria dimasukkan ke
dalam rectum
Obat Supositoria
• Masukan supositoria dengan cara bagian ujung supositoria didorong
dengan ujung jari sampai melewati otot sfingter rektal; kira-kira ½ -
1 inchi pada bayi dan 1 inchi pada dewasa.

• Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat dimasukkan, maka


sebelum digunakan sediaan ditempatkan dalam lemari pendingin
selama 30 menit kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum
kemasan dibuka

• Setelah penggunaan suppositoria, tangan penderita dicuci bersih.


Obat Supositoria

8
6
55
7
Obat Krim/Salep Rektal
• Bersihkan dan keringkan daerah rektal
• Masukkan salep atau krim secara
perlahan ke dalam rektal
• Cara lain dengan menggunakan aplikator
• Aplikator dihubungkan dengan wadah
salep/krim yang sudah dibuka
• Masukkan ke dalam rektum
• Sediaan ditekan sehingga salep/krim
keluar
• Buka aplikator dan cuci bersih dengan
air hangat dan sabun
• Setelah penggunaan, tangan penderita
dicuci bersih
Obat Vagina
• Cuci tangan sebelum menggunakan obat dan gunakan aplikator
sesuai dengan petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan
harus diikuti dengan benar.
• Jika penderita hamil, maka sebelum menggunakan obat
sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan profesional
perawatan kesehatan.
Obat Vagina
• Penderita berbaring dengan kedua
kaki direnggangkan dan dengan
menggunakan aplikator obat
dimasukkan ke dalam vagina sejauh
mungkin tanpa dipaksakan dan
biarkan selama beberapa waktu.
• Setelah penggunaan, aplikator dan
tangan penderita dicuci bersih
dengan sabun dan air hangat.
Pengelolaan Obat &
Bahan Habis Pakai
Cheputri Rahma Astrini 1306397116
Pengelolaan obat dan bahan medis
habis pakai
Tujuan:
perancanaan -Menjamin kelangsungan
ketersediaan dan
Pemantauan keterjangkauan obat dan
penerimaan
dan evaluasi bahan medis habis pakai yang
efisien, efektif, dan rasional

- Meningkatkan kompetensi
tenaga kefarmasian,
Pencatatan dan mewujudkan sistem informasi
penyimpanan
pelaporan
manajemen dan
melaksanakan pengendalian
mutu pelayanan.

Pengendalian pendistribusian
Perencanaan
• Merupakan proses seleksi 1. Pertimbangkan pola
obat dan bahan medis penyakit di puskesmas.
habis pakai untuk 2. Pertimbangka pola
menentukan jenis dan konsumsi obat dan
jumlah obat dalam rangka mutasi obat.
pemenuhan kebutuhan 3. Puskesmas harus
mengaju pada DOEN dan
Formularium Nasional
4. Puskesmas harus
menyediakan
datapemakaian obat
dengan lembar
pemakaian dan lembar
permintaan obat (LPLPO)
permintaan
• Tujuan:
Memenuhi kebutuhan
obat dan bahan habis
pakai sesuai
perencanaan dan
diajukan ke dinkes kota,
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang undangan
dan kebijakan
penerimaan
Adalah kegiatan Petugas penerima wajib
menerima obat dan melakukan pengecekan
bahan habis pakai dari terhadap obat dan
instalasi farmasi bahan medis habis
kabupaten atau kota pakai mencakup jumlah
sesuai permintaan kemasan, jenis dan
obat sesuai dengan isi
dokumen LPLPO dan di
ttd oleh petugas
penerima dan diketahui
oleh kepala puskesmas
penyimpanan
Adalah suatu kegiatan pengaturan terhadap obat yang
diterima agar aman dari kerusakan hingga mutu dapat
dipertahankan.
pendistribusian
Adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan
medis habis pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit farmasi puskesmas dan jaringanya
pengendalian
Pencatatan, pelaporan dan
pengarsipan
Pemantauan dan evaluasi
Monitoring dan
Evaluasi
Discka Winda Syafiqah
1306403491
Monitoring? Evaluasi?

PMK no. 30 tahun


2014 tentang Untuk menjamin mutu Pelayanan Monitor
Kefarmasian di Puskesmas, harus
Standar Pelayanan dilakukan pengendalian mutu ing dan
Kefarmasian di Pelayananan Kefarmasian meliputi Evaluasi
Puskesmas—Pasal 5

Tujuan
Monitoring • Melakukan perbaikan kualitas
dan pelayanan sesuai standar
Evaluasi
(PMK no. • Meningkatkan kualitas pelayanan
30 tahun jika capaian sudah memuaskan.
2014)
Monitoring dapat
dilakukan oleh tenaga
kefarmasian yang
Contoh:
Monitoring
Monitorin melakukan proses.
pelayanan resep,
penggunaan obat,
g Aktivitas monitoring kinerja tenaga
perlu direncanakan
untuk mengoptimalkan kefarmasian.
hasil pemantauan.

Evaluasi

Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan


Pelaksanaan
waktu cara teknik

Tidak
Retrospektif Prospektif Langsung Survei Observasi Audit Review
langsung

Klinis Profesional

(PMK no. 30 tahun 2014)


Tingkat kepuasan
konsumen
Dimensi waktu
Angket? Kotak saran
atau wawancara

Indikator tingkat keberhasilan


pelayanan kefarmasian

Daftar tilik pelayanan


Prosedur tetap (Protap)
kefarmasian di
Pelayanan Kefarmasian
Puskesmas

Hal-hal yang harus dimonitor dan


dievaluasi
SDM
Pengelolaan sediaan farmasi
(Pedoman Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan
Kefarmasian, Mutu pelayanan
2006)
Contoh Angket Monitoring
(Pedoman Pelayanan Kefarmasian, 2006)
Contoh Angket Evaluasi (PMK no. 30 tahun
2014)
Prosedur Tetap Pelayanan
Kefarmasian
(Pedoman Pelayanan Kefarmasian, 2006)
Prosedur Tetap Penerimaan Resep
1. Menerima resep pasien
2. Memeriksa kelengkapan resep, yaitu: nama, nomor surat ijin
praktek, alamat dan tanda tangan/ paraf dokter penulis
resep, tanggal resep, nama obat, dosis, jumlah yang diminta,
cara pemakaian, nama pasien, umur pasien dan jenis
kelamin.
3. Memeriksa kesesuaian farmasetik, yaitu: bentuk sediaan,
dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian.
4. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan
kepada dokter penulis resep dengan memberikan
pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu meminta
persetujuan setelah pemberitahuan.
Prosedur Tetap Peracikan Obat
1. Membersihkan tempat dan peralatan kerja
2. Mengambil wadah obat dari rak sesuai dengan nama dan jumlah obat yang diminta
dan memeriksa mutu dan tanggal kadaluarsa obat yang akan
diserahkan pada pasien
3. Mengambil obat/ bahan obat dari wadahnya dengan menggunakan alat yang sesuai
misalnya sendok/ spatula
4. Memberikan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah dicampur air matang
sesuai dengan takarannya pada saat akan diserahkan kepada pasien
5. Untuk sediaan obat racikan, langkah – langkah sebagai berikut :
• Menghitung kesesuaian dosis
• Menyiapkan pembungkus dan wadah obat racikan sesuai dengan kebutuhan
• Menggerus obat yang jumlahnya sedikit terlebih dahulu, lalu digabungkan dengan
obat yang jumlahnya lebih besar, digerus sampai homogen.
• Membagi dan membungkus obat dengan merata.
• Tidak mencampur antibiotika di dalam sediaan puyer
• Sebaiknya puyer tidak disediakan dalam jumlah besar sekaligus.
6. Menuliskan nama pasien dan cara penggunaan obat pada etiket yang sesuai
dengan permintaan dalam resep dengan jelas dan dapat dibaca.
7. Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada resep, lalu
memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai agar terjaga mutunya
Prosedur Tetap Penyerahan Obat
1. Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara penggunaan obat
dengan permintaan pada resep
2. Memanggil dan memastikan nomor urut/ nama pasien
3. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat
4. Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat
5. Meminta pasien untuk menyimpan obat di tempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak-anak
Prosedur Tetap Pelayanan Informasi Obat
1. Menyediakan dan memasang spanduk, poster, booklet, leaflet yang berisi
informasi obat pada tempat yang mudah dilihat oleh pasien
2. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak langsung
dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana melalui
penelusuran literatur secara sistematis untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan.
3. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat secara sistematis
Prosedur Tetap Penanganan Obat Rusak atau Kadaluarsa
1. Identifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa
2. Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dari penyimpanan obat lainnya
3. Membuat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak atau kadaluwarsa untuk
dikirim kembali ke instalasi farmasi kabupaten/kota.
Prosedur Tetap Pencatatan dan Penyimpanan Resep
1. Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan (umum,
gakin/gratis, Asuransi).
2. Membendel resep yang mempunyai tanggal yang sama berdasarkan urutan
nomor resep dan kelompok pembiayaan pasien.
3. Membendel secara terpisah resep yang ada narkotiknya.
4. Menyimpan bendel resep pada tempat yang ditentukan secara berurutan
berdasarkan tanggal agar memudahkan dalam penelusuran resep.
5. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3 (tiga) tahun dengan
cara dibakar
6. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
Prosedur Tetap Pemusnahan Resep
1. Memusnahkan resep yang telah disimpan tiga tahun atau lebih.
2. Tata cara pemusnahan:
• Resep narkotika dihitung lembarannya
• Resep lain ditimbang
• Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar
3. Membuat berita acara pemusnahan sesuai dengan format terlampir.
Pengendalian Mutu
Pelayanan
Kefarmasian
Agung Kristiyanto
1306402135
Definisi
Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan
untuk mencegah terjadinya masalah terkait obat atau
mencegah terjadinya kesalahan pengobatan atau kesalahan
pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan
untuk keselamatan pasien (patient safety).
Unsur yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan

Masukan •

SDM
Sarana dan Prasarana
• Ketersediaan Dana
(Input) • SPO

• Tindakan yang Dilakukan


Proses • Komunikasi
• Kerja sama

• Kebijakan
• Organisasi
Lingkungan •

Manajemen
Budaya
• Respons dan Tingkat Pendidikan Masyarakat
Kegiatan Pengendalian Mutu
Pelayanan Kefarmasian

Tindakan
Perencanaan Pelaksanaan
Hasil Monev

Monev Perbaikan

Feedback Peningkatan
Monitoring
• Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses
berlangsung untuk memastikan bahwa aktivitas berlangsung
sesuai dengan yang direncanakan.
• Aktivitas monitoring perlu direncanakan untuk
mengoptimalkan hasil pemantauan.
• Contoh: monitoring pelayanan resep, monitoring penggunaan
obat, monitoring kinerja tenaga kefarmasian.
Evaluasi
• Untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan Pelayanan
Kefarmasian, dilakukan evaluasi.
• Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang
diperoleh melalui metode berdasarkan waktu, cara, dan teknik
pengambilan data.
• Pelaksanaan evaluasi dapat berupa audit dan review.
Evaluasi berdasarkan
Waktu Pengambilan Data
a. Retrospektif
Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan
dilaksanakan.
Contoh: survei kepuasan pelanggan, laporan mutasi
barang.
b. Prospektif
Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan
pelaksanaan pelayanan.
Contoh: Waktu pelayanan kefarmasian disesuaikan
dengan waktu pelayanan kesehatan di puskesmas,
sesuai dengan kebutuhan.
Evaluasi berdasarkan
Cara Pengambilan Data
a. Langsung (data primer):
Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh
pengambil data.
Contoh: survei kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan
kefarmasian.

b. Tidak Langsung (data sekunder):


Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung.
Contoh: catatan penggunaan obat, rekapitulasi data
pengeluaran obat.
Evaluasi berdasarkan
Teknik Pengumpulan Data
a. Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.
Contoh: survei kepuasan pelanggan.

b. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses
dengan menggunakan cek list atau perekaman.
Contoh: pengamatan konseling pasien.
Contoh Survei
Audit
• Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas
pelayanan dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan
pelayanan dengan menentukan kinerja yang berkaitan dengan
standar yang dikehendaki dan dengan menyempurnakan
kinerja tersebut.
• Oleh karena itu, audit merupakan alat untuk menilai,
mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan kefarmasian
secara sistematis.
a. Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap pelayanan
kefarmasian, meliputi prosedur yang digunakan untuk
pelayanan, penggunaan sumber daya, hasil yang didapat dan
kualitas hidup pasien.
Audit klinis dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti.
b. Audit Profesional
Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan kefarmasian oleh
seluruh tenaga kefarmasian terkait dengan pencapaian
sasaran yang disepakati, penggunaan sumber daya dan hasil
yang diperoleh.
Contoh: audit pelaksanaan sistem manajemen mutu.
Review
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap
pelaksanaan pelayanan kefarmasian tanpa dibandingkan
dengan standar.
Contoh: kajian penggunaan antibiotik.
Daftar Pustaka
• Departemen Kesehatan R I, D. (2006). Pedoman Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. 1st ed. Jakarta, pp.16 - 18.
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 30 tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai