Oleh:
Kepala Biro Perencanaan
Kementerian Perindustrian
FOKUS KEBIJAKAN
2
FOKUS KEBIJAKAN
1. Mendorong penyebaran industri manufaktur ke seluruh
wilayah Indonesia, terutama ke wilayah yang industrinya
belum tumbuh secara optimal, namun wilayah tersebut
memiliki sumber daya alam yang melimpah;
2. Meningkatkan kompetensi inti industri daerah dengan
mendorong dihasilkannya produk-produk yang bernilai
tambah tinggi;
3. Memperdalam struktur industri nasional, dengan
mendorong tumbuhnya industri pionir dalam rangka
melengkapi pohon industri;
4. Mendorong tumbuhnya industri komponen dan industri
pendukung; dan
5. Meningkatkan daya saing industri prioritas
3
I. Industri Padat Karya
Memberikan lapangan usaha dan penyerapan tenaga kerja
Total ekspor TPT pada tahun 2010 diperkirakan mencapai US$ 10 Milyar
Industri Alas Kaki
Total ekspor Alas Kaki pada tahun 2010 diperkirakan mencapai US$ 2 Milyar
Pernah menduduki negara ke-3 terbesar pengekspor Alas Kaki
Industri Furniture
5
II. Industri Kecil Menengah
IKM berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja yang banyak, membuka peluang
usaha secara luas yang sangat bervariasi dan beragam, dan mampu mengolah
sumber daya lokal untuk pasar global
Upaya Pemerintah dalam meningkatkan daya saing Industri Kecil Menengah
Peningkatan penguasaan teknologi pengolahan modern
Penyebaran ke seluruh wilayah Indonesia, terutam pengembangan IKM Tertentu,
seperti batu mulia dan perhiasan, gerabah dan keramik hias, serta minyak atsiri
Pengembangan industri kreatif, seperti industri fesyen, kerajinan dan barang seni
Pengembangan One Village One Products (OVOP) produk pangan, sandang,
kerajinan
Restrukturisasi permesinan IKM
Fasilitasi Kredit Usaha Rakyat
Pemunculan ikon-ikon produk unggulan IKM
6
III. Industri Padat Modal
Pada dasarnya telah tumbuh dan berkembang sesuai perkembangan
sektor ekonomi dalam negeri
Ketergantungan Indonesia terhadap impor barang modal masih
sangat tinggi
Ruang lingkup industri barang modal
Industri Permesinan : Mencakup industri konstruksi baja, alat
konstruksi, mesin pertanian, mesin proses, alat energi, alat
penunjang, alat kelistrikan, dan alat kesehatan
Industri Perkapalan : saat ini terdapat ± 250 galangan kapal
nasional dengan utilisasi produksi hanya mencapai 40%
7
III. Industri Padat Modal (Lanjutan)
8
IV. Industri Berbasis Sumber Daya Alam
Indonesia saat ini merupakan salah satu negara produsen CPO,
Kakao, dan Karet terbesar di dunia
Industri Hilir Kelapa Sawit (CPO)
Produksi CPO Indonesia pada tahun 2009 mencapai 20,91 juta ton
Lebih dari 45% (9,6 juta ton) masih diekspor dalam keadaan mentah
Industri Hilir Kakao
Produsen kakao no. 3 di dunia dengan total produksi sebesar 0,6 Juta
Ton
Tahun 2014 diharapkan dapat mencapai total produksi diatas 1 juta
ton/tahun atau nenjadi penghasil biji Kakao no. 2 di dunia setelah
Ghana
Industri Hilir Kelapa Sawit (CPO)
Total ekspor produk karet pada tahun 2009 mebncapai US$ 1,6
Milyar
9
IV. Industri Berbasis Sumber Daya Alam (Lanjutan)
10
V. Industri Pertumbuhan Tinggi
Industri pertumbuhan tinggi meliputi : industri alat kendaraan bermotor,
alat kesehatan, radar, alat kontrol berbasis IT/digital untuk rumah sakit,
navigasi dan pertahanan
Upaya Pemerintah dalam meningkatkan daya saing Industri Berbasis Sumber
Daya Alam
Memfasilitasi pengembangan kendaraan dan peralatan yang hemat energi,
ramah lingkungan, dengan harga terjangkau
Memfasilitasi pemberian insentif fiskal.
Memfasilitasi pembebasan PPnBM dan pembebasan bea masuk barang
modal, bahan baku dan komponen yang dibutuhkan untuk produksi dalam
negeri.
Memfasilitasi penyempurnaan desain kendaraan bermotor buatan
Indonesia
Memfasilitasi pendirian pusat pengembangan teknologi kreatif digital.
11
I. Hasil-hasil yang telah dicapai
1. Pertumbuhan industri pengolahan non migas pada Triwulan I tahun 2010 mencapai 4,01%, didorong oleh pertumbuhan industri alat
angkut (KBM roda 2 dan 4). Target pertumbuhan industri pengolahan tahun 2010 sebesar 4,65% optimis dapat tercapai, mengingat
semakin membaiknya perkembangan perekonomian domestik dan perekonomian global, meskipun masih dihadapkan pada resiko
potensi krisis Eropa; (%)
2010 2011 Deskripsi 2010 *) Ket.
Deskripsi 1. Investasi Sektor Industri oleh PMDN ( Miliar
Target Realisasi*) Target 1.056 -
Rp)
A. Ekonomi 5,80 5,69 6,30 2. Investasi Sektor Industri oleh PMA ( Miliar Rp) 705,8 -
B. Industri Pengolahan 4.65 4,01 5,05 3. Ekspor Sektor Industri (Miliar US$) 28,68 Naik 36,66%
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 6,64 0,74 6,98 4. Impor Sektor Industri (Miliar US$) 32,45 Naik 51,92%
2. Tekstil, barang Kulit & Alas kaki 2,15 0,32 2,32
3. Barang Kayu & Hasil Hutan lainnya 1,75 -3,46 1,99 Keterangan: Data realisasi investasi s.d Triwulan I 2010; data realisasi
4. Kertas & barang Cetakan 4,20 -1,74 4,89 ekspor dan impor s.d April 2010
5. Pupuk, Kimia & barang dari Karet 5,00 3,85 5,35
6. Semen & Barang Galian bukan Logam 3,25 7,50 3,72 2. Ekspor Kelapa/Kelapa Sawit masih menjadi penyumbang paling tinggi
7. Logam Dasar, Besi & Baja 2,75 -1,01 2,99 dengan nilai US$ 2,87 milyar diikuti oleh Tekstil sebesar US$ 2,57
milyar, serta Besi Baja, Mesin dan Otomotif sebesar US$ 2,60 milyar;
8. Alat Angkut, Mesin & Peralatannya 4,00 10,12 4,51
3. Impor Besi baja, Mesin dan Otomotif menjadi penyumbang paling tinggi
9. Barang lainnya 5,25 -1,47 5,33 dengan nilai US$ 9,52 milyar, diikuti sektor Elektronika sebesar US$
Keterangan: *) Data realisasi s.d Triwulan I 2010 3,11 milyar, serta sektor Kimia Dasar sebesar US$ 2,58 milyar;
4. Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010
a. Revitalisasi Industri Pupuk. Target s.d bulan ke-6 telah selesai, yaitu:
Kunjungan ke sumber bahan baku NPK ke Yordania dan Tunisia (100%).
Paket kegiatan master plan pengembangan industri pupuk NPK telah dilelang dan terkontrak (90%).
Paket kegiatan pemetaan potensi bahan baku pupuk organik di 20 Kabupaten/Kota telah dilelang dan terkontrak (90%).
b. Revitalisasi Industri Gula. Target s.d bulan ke-6 telah selesai, yaitu:
Paket kegiatan business plan pendirian industri gula baru sudah dilelang dan terkontrak (90%).
Kegiatan penyiapan daftar komponen mesin dan peralatan yang dapat diproduksi dalam negeri untuk mendukung revitalisasi
PG di Indonesia sudah dilelang dan dikontrak (95%).
c. Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical. Target s.d bulan ke-6 telah selesai yaitu:
Paket kegiatan business plan Nasional industri hilir Kelapa Sawit sudah dilelang dan terkontrak (90%).
d. Pengembangan klaster industri berbasis migas kondensat. Target s.d bulan ke-6 telah selesai yaitu:
Paket kegiatan kajian pembangunan refinery di Jatim sudah dilelang dan terkontrak (95%).
Paket kegiatan kajian bahan baku alternatif sudah dilelang dan terkontrak (90%).
Paket kegiatan penyusunan business plan industri petrokimia Nasional sudah dilelang dan terkontrak (90%). 12
I. Hasil-hasil yang telah dicapai (lanjutan)
7. KPI Menteri Perindustrian lainnya yang batas waktunya s.d bulan Juni 2010.
a. Melaksanakan reformasi bidang pelayanan umum.
Mengkaji ulang dan mengusulkan perbaikan kebijakan, peraturan, dan proses pelaksanaan seluruh kegitan yang
berhubungan dengan pelayanan umum yang diberikan Kementerian Perindustrian secara tuntas sebelum Juni 2010.
Kementerian Perindustrian telah menyelesaikan kajian tersebut 100% dan telah selesai dibuat perencanaan
implementasinya.
b. Melakukan perbaikan peraturan yang mendukung investasi.
Mengkaji dan mengusulkan perbaikan peraturan-peraturan yang menghambat atau berpotensi menghambat investasi
sebelum Juni 2010. Kementerian Perindustrian telah menyelesaikan kajian tersebut 100% dan telah dikoordinasikan dengan
BKPM dan Kementerian Keuangan.
c. Melakukan penyempurnaan kebijakan dan peraturan susbsidi.
Mengkaji dan mengusulkan perbaikan peraturan-peraturan mengenai subsidi pupuk sebelum Juni 2010 . Kementerian
Perindustrian sebagai anggota Pokja Pupuk telah berperan dalam menyelesaikan kajian tersebut 100% yaitu dari subsidi
harga
8. Realisasi ke 2010
APBN subsidi langsung
sampai kepada
dengan Petani
bulan Juniyang sudah
sebesar Rp.diuji-cobakan
421,68 Miliardidari
Karawang, JawaAPBN
total pagu Barat.
2010 sebesar Rp. 1.665 Miliar atau
mencapai 25,32 %. Realisasi tersebut masih di bawah rata-rata realisasi nasional sebesar 35,10%.
13
II. Permasalahan
1. Permasalahan internal industri, meliputi:
a. Belum kokohnya struktur industri baik keterkaitan antar industri hulu, antara, dan hilir, maupun antara industri besar,
menengah dan kecil, maupun beberapa industri yang belum tumbuh,
b. Keterbatasan industri dasar yang menjadi pemasok bahan baku dan bahan penolong industri sehingga ketergantungan impor
tinggi,
c. Keterbatasan berproduksi barang setengah jadi dan komponen,
d. Keterbatasan populasi industri berteknologi tinggi,
e. Belum optimalnya kapasitas produksi,
f. Penurunan kinerja di beberapa cabang industri,
g. Keterbatasan penguasaan pasar domestik (khusus akibat penyelundupan),
h. Ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi dan beberapa negara tujuan,
i. Belum kuatnya peranan industri kecil dan menengah.
2. Permasalahan eksternal industri, meliputi:
a. Keterbatasan infrastruktur fisik pendukung (jaringan jalan, pelabuhan, kereta api, dan listrik kurang mendukung, serta kelangkaan
pasokan gas),
b. Birokrasi yang belum pro-bisnis,
c. Arus barang impor illegal (penyelundupan) yang tinggi,
d. Masalah perburuhan,
e. Masalah kepastian hukum,
f. Insentif fiskal yang tidak bersaing,
g. Suku bunga masih tinggi,
h. Dampak bencana alam (banjir, gempa bumi, dll).
3. Permasalahan rendahnya realisasi APBN, meliputi:
a. Sampai dengan akhir Juni 2010 banyak kegiatan-kegiatan masih dalam proses lelang sehingga belum banyak termin-termin
pembayaran yang dilakukan oleh rekanan.
b. Pelaksanaan program Restrukturisasi Permesinan Industri (Ditjen ILMTA dan Ditjen IKM) dengan anggaran Rp. 230 Milyar atau
13,81% dari total pagu anggaran masih dalam tahap proses seleksi calon penerima bantuan sehingga sebagian besar anggaran
belum tersalurkan.
c. Pelaksanaan lelang melalui ULP belum seuruhnya dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.
d. Pelaksanaan bantuan untuk daerah belum sepenuhnya mendapatkan dana pendamping dari daerah yang bersangkutan. 14
III. Upaya yang akan dilakukan
17