Anda di halaman 1dari 28

SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

Studi Penggunaan Sefotaksim pada Pasien Sirosis Hati


dengan Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP)

Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Muhamad Andriyanto Firdaus


201510410311079

Pembimbing I : Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt


Pembimbing II : Dr. Lilik Yusetyani, Dra., Apt., Sp.FRS

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
Epidemiologi
• 5500 transplantasi hati setiap
Pendahuluan
tahun di Eropa
• (Center for Disease Control and Prevention)
angka kematian untuk penyakit hati kronis terapi
dan sirosis hati sejak tahun 2000 -2015 komplikasi
meningkat 31% (AASLD) : antibiotik
hipertensi portal, asites,
• rata-rata prevalensi sirosis hati menurut sefalosporin
spontaneous bacterial peritonitis
laporan (RSUP) adalah 3,5% dari (sefotaksim) sbg
(SBP), varises gastroesofagus,
seluruh pasien yang dirawat di bangsal first line terapi
splenomegali, hepatic ensefalopati
penyakit dalam dengan antibiotik
(HE) dan hepatorenal sindrom

Sirosis Terapi AB
etiologi SBP
kelainan pada hati Hamdy et al., 2015 bahwa efektifitas
yang ditandai • Konsumsi alkohol berlebih dan virus merupakan infeksi bakteri pada sefotaskim dalam mengobati SBP pada
dengan fibrosis & hepatitis ( B dan C) adalah cairan asites tanpa adanya pasien di Mesir telah menurun dan
akan terjadi penyebab paling umum di Amerika sumber infeksi lokal tingkat kegagalan mencapai (66%)
kerusakan pd Serikat
hepatosit dan • Asia ada variasi penyebab sirosis Sbp adalah Komplikasi yang Purahit et al., 2014 ddapatkan
pergantian jaringan hati yaitu HBV dan HCV paling umum dan serius dari haasil bahwa 71 pasien yang
normal menjadi • Asia Tenggara penyebab utama sirosis hati dan asites terdiagnosa SBP diberikan terapi
jaringan fibrosa pada sirosis hati adalah hepatitis B
sefotaksim (2 x 2 g) iv selama 5 hari
terlepas dari hasil kultur mereka. Dari
total 71 kasus , 66 (93%) kasus SBP
sembuh
Pendahuluan
Tujuan Umum
Mengetahui pola peggunaan sefotaskim pada
pasien SBP di RSUD Dr. Saiful Anwar
Bagaimana pola penggunaan sefotaksim
pada pasien SBP di RSUD Dr. Saiful
Tujuan Khusus
Anwar ?
Mengetahui pola penggunaan sefotaksim
pada pasien SBP meliputi dosis, rute,
frekuensi pemeberian dan lama terapi yang
dikaitkan dengan data klinik dan data
laboratorium.

Bagi Peneliti
• Mengetahui penatalaksanaan terapi Bagi Rumah Sakit
farmakologi pada pasien SBP sehingga • Sebagai bahan pertimbangan dalam
farmasis dapat memberikan asuhan menentukan kebijakan baik bagi klinisi
kefarmasian dan bekerjasama denga profesi
maupun farmasis
kesehatan lain.
• Memberikan informasi tentang pola
• Sebagai bahan masukan bagi komite medik
penggunaan sefotaksim sebagai terapi SBP farmaasi dan terapi dalam
sebagai upaya untuk meningkatkan mutu merekomendasikan penggunaan obat di
pelayanan dan outcome yang diperoleh pasien RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Jawa Timur.
SBP di RSUD Dr. Saiful Anwar.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Hati

• Hati terletak di kuadran kanan atas perut, tersembunyi dan


dilindungi oleh sangkar toraks dan diafragma.
• terbagi menjadi 4 lobus yaitu lobus kanan, kiri, kaudatus, dan
quadratus.
• di bagian anterior ligamen falciform memisahkan lobus kanan
dan kiri

• Kandung empedu terlihat secara anterior terletak di


bagian paling bawah lobus kanan

• Hati terdiri dari beberapa tipe sel yang berbeda, empat


jenis sel utama yaitu Hepatosit, Sel-sel endotel,Sel
Kupffer (makrofag yang terdapat di hati) dan Sel
Stellata (sel-sel penyimpanan lemak hati).
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sirkulasi & fungsi Hati

• Hati menerima suplai darah dari dua sumber, 80% dikirim dari
vena porta yang berasal dari limpa dan usus; 20% sisanya
darah beroksigen yang dikirimkan oleh arteri hati.
• Darah arteri akan masuk ke sinusoid, dan bergabung dengan
darah portal sesaat sebelum masuk ke sinusoid.
• Secara keseluruhan, sistem portal membawa ke hati dari
saluran gastro-intestinal, yang menyumbang sekitar 75% dari
suplai darah hati.

• .
Hati memiliki beberapa fungsi diantaranya :
• Sekresi empedu
• Metabolisme bilirubin
• Vaskular dan hematologi
• Metabolisme nutrisi
• Detoksifikasi metabolik
• Penyimpanan mineral dan vitamin
Epidemiologi Sirosis Hati & SBP
di Amerika Serikat meningkat 31%
terjadi pada usia diantara 45-64 tahun.
hepatitis B kronis adalah penyebab utama
pada sirosis di Cina, Korea dan bagian
Asia Tenggara
31%

Hepattis C
konsumsi alkohol berlebihan
Sirosis adalah kelainan pada hati dan virus hepatitis kronis
( B dan C) adalah penyebab
yang ditandai dengan fibrosis dan paling umum
perubahan jaringan hati yang normal
menjadi jaringan abnormal dengan
nodul-nodul. Pada akhirnya akan
terjadi penghancuran hepatosit dan 3,5%
penggantian jaringan normal menjadi
jaringan fibrosa Di Indonesia belum ada data resmi nasional
rata rata prevalensi sirosis hati
menurut laporan (RSUP) diIndonesia adalah 3,5%
dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam
Etiologi Sirosis Hati
Etiologi Sirosis Hati
Konsumsi alkohol kronik

Cronic viral hepatitis ( B , C)

Penyakit hati metabolik


Hemochromatosis, penyakit Wilson, defisiensi α-antitrypsin, steatohepatitis nonalkohol
(“fatty liver”), cystic fibrosis

Penyakit imunologi (Hepatitis autoimun, sirosis bilier primer)

Penyakit vaskular (Sindrom Budd-Chiari, gagal jantung)

Obat-obatan
Isoniazid, metildopa, amiodarone, dronedarone, methotrexate, tamoxifen, retinol (vitamin
A), propylthiouracil, dan didanosine
Patofisiologi
Sirosis Hati

Kerusakan
sel hati

Aktivasi
Sel stellata
hati

Produksi
kolagen

Matrix ekstraseluler
Jaringan fibrosa
Jarngan parut

Sirosis
hati
Tinjauan Pustaka
Manifestasi klinis

Gejala dan tanda kelelahan, kehilangan kekuatan, dan penurunan berat badan, mual,
muntah, ikterus, dan hepatomegali
dan gejala ekstrahepatik: eritema palmar, spider angioma, pengecilan otot, pembesaran
kelenjar parotis dan lakrimal, ginekomastia dan atrofi testis pada pria, ketidakteraturan
menstruasi pada wanita, dan koagulopati

Data laboratorium

• untuk mendeteksi kelainan pada hati (aminotransferase, alkaline phosphatase,


dan gamma-glutamyl transpeptidase),
• tes menilai metabolisme hati (serum bilirubin dan amonia),
• tes menilai fungsi biosintesis hati (albumin dan waktu prothrombin).
• Selain itu, besarnya kelainan dalam jumlah sel darah, biokimia serum, dan tes
lain mungkin menunjukkan keparahan sirosis hati.
Komplikasi Sirosis
Hipertensi Portal
Varises gastroesofagus
peningkatan tekanan vena portal
lebih besar dari 5 mm Hg yang pembesaran abnormal vena-vena di esofagus dan
terjadi karena peningkatan lambung membentuk varises yang dapat mengalami
resistensi pembuluh darah perdarahan sebagai akibat dari tekanan portal yang
intrahepatik. meningkat

Asites
Hepatorenal sindrom
akumulasi patologis cairan di
dalam rongga peritoneum. Sirosis gangguan fungsi ginjal pada
Merupakan hasil dari hipertensi pasien sirosis hepatis tahap
portal dan hipoalbumin
Hati
lanjut

Ensefalo Hepatik
SBP
Ensefalo hepatik dapat
didefinisikan sebagai kelainan
neurologis dan kejiwaan mulai infeksi bakteri pada cairan asites
dari perubahan subklinis sampai tanpa adanya sumber infeksi
koma lokal
Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP)
Etiologi
SBP disebabkan paling Spontaneous Bakterial Peritonitis (SBP) adalah infeksi cairan
umum oleh bakteri asites tanpa adanya peristiwa intra abdomen (seperti perforasi
usus atau sumber lain yang dapat ditangani secara operasi).
• Escherichia coli
• Klebsiella dan
• Streptococcus Epidemiologi
Faktor Resiko
pneumoniae
• Pendarahan pada Semua pasien dengan sirosis dan
gastrointestinal (GI.) asites berisiko SBP
• Konsentrasi protein • prevalensi SBP pada pasien
total pada cairan rawat jalan adalah 1,5 - 3,5% dan
asites rendah (<1–1,5 sekitar 10% - 30% pada pasien
g / dL) rawat inap.
• Disfungsi berat di hati • Mortalitas di rumah sakit untuk
• Riwayat SBP episode pertama SBP berkisar
sebelumnya. antara 10% hingga 50%,
tergantung pada berbagai faktor
risiko.
Patofisiologi
SBP
(Spontaneous
Bacterial Peritonitis)

• Pada pasien sirosis hati terjadi penundaan motilitas usus


sehingga mengubah mikroekologi asli dari usus dan
mendorong pertumbuhan bakteri intraluminal dan
endotoksin
• Kerusakan oksidatif mukosa usus dan endotoksemia,
peningkatan kadar NO dan sitokin inflamasi dapat
berperan dalam meningkatkan permeabilitas usus pada
sirosis
• Translokasi bakteri adalah migrasi bakteri asli yang aktif
dari lumen usus melalui sirkulasi sistemik, kelenjar
getah bening mesenterika (MLN) dan vena portal.
• terjadi disfungsi kekebalan tubuh, secara paralel dengan
keadaan aktivasi berlebihan sitokin pro-inflamasi, yang
disebut sindrom disfungsi imun pada sirosis, yang
merupakan predisposisi pasien untuk infeksi
Diagnosa
klinis • Jumlah PMN lebih dari 250 sel per mm3
memberikan diagnosis awal SBP

• , tes biokimia yang berbeda seperti serum


protein, albumin, serum ascites albumin
gradient (SAAG), protein cairan asites dan
kadar glukosa cairan asites juga ditunjukkan
Gejala untuk memprediksi atau menyarankan adanya
SBP pada sirosis hepatik

analisis
Gejala dan tanda umum yang terjadi cairan asites
pada pasiendengan SBP adalah
demam , diare, perdarahan
gastrointestinal, sakit perut / nyeri
tekan, muntah, diare, dan lain-lain
Pertimbangan Khusus Terapi antibiotik umum Alternative

Terapi Standar Sefotaksim 3x2 gram (iv) selama 5 hari seftriakson 2x1 gram (iv) atau
1x2 gram selama 5 hari, Rejimen
amoksisilin-klavulanat (1-0,2) g /
8 jam po antimikroba yang
Nosokomial SBP antibiotik spektrum luas
(piperasilin-tazobactam)
Menyesuaikan pola resistensi
lokal
direkomendasikan
Pasien SBP menerima profilaksis Sefotaksim 3x2 gram (iv) selama 5 hari seftriakson 2x1 gram atau 1x 2 dan umum
fluorokuinolon atau trimetoprim gram (iv) selama 5 hari
sulfamethoxazole digunakan untuk
Hipersensitivitas Beta Lactam siprofloksasin 2x400 mg (iv) Levofloksasin 1x 750 mg (iv)
mengobati SBP
Gagal hati atau ginjal lanjut. Sefotaksim 3x2 gram (iv) selama 5 hari
(Dever and Sheikh, 2015;
kreatinin serum lebih besar dari 1 plus albumin (iv) 1,5 g/kg diberikan pada hari 1
mg / dL, nitrogen urea darah lebih dan 1,0 g/kg diberikan pada hari 3
Jalan et al., 2014).
besar dari 30 mg / dL, atau bilirubin
total lebih dari 4 mg / dL.
sefalosporin penisilin Fluorokuinolon
sefotaksim seftriakson Amosiklav Piperasilin- levoflokasasin siprofloksasin
tazobaktam
Mekanisme Menghambat sintesis dinding sel Menghambat sintesis dinding sel bakteri Menghambat Menghambat
bakteri topoisomerase atau topoisomerase atau
DNA girase 2 dan 4 DNA girase 2

Spektrum aktivitas Stapylococcus aureys, Streptococcus E. coli, P. mirabilis, Spyogenes, S. E. Coli, Klebsiella, E. Coli, Klebsiella,
pyrogenes, streptococcus pneumoniae, H. H. Influenza Agalactiae, E. Coli, Enterobacter, Enterobacter,
Influenzae, E. Coli, klebsiella spp, Dan kuman Klebsiella, E. Proteus, H. Influezae, Proteus, H. Influezae,
enterobacter spp, serratia marcescens meningokokus, aerogenes, H. providencia, serratia, providencia, serratia,
pneumokokus, influenzae, Salmonella, N. Salmonella, N.
gonokokus, dan L. Bacteriosides sp Meningitidis,N. Meningitidis,N.
monocytobactogenes Gonorrhoeae dan Gonorrhoeae dan
gram positif dgn daya gram positif dgn daya
antibakteri baik antibakteri kurang
baik

Dosis (3x2g) iv (1x2g) iv (1-0,2g) g / (8 jam) (1 x 750 mg) iv (2x200 mg) iv


po
T½ 1 jam 8 jam 1 jam 0,6-1,3 jam 6-8 jam 3-5 jam

Protein binding 25-40 % 83-96% 17-20% 16-22 % 30% 20-40%

eksresi 90% urin 67% urin dan lainya 20% 50-60% urin 85-90% urin 30-50 % urin
8% fases empedu & fases Sisanya melalui
empedu
Tinjauan sefotaksim

Sefotaksim adalah sefalosporin generasi ketiga


bersifat bakterisida, memiliki aktivitas broad
spectrum terhadap mikroorganisme gram positif
dan aktivitas lebih besar terhadap sebagian
• waktu paruh plasma sefotaksim adalah sekitar besar mikroorganisme gram negatif
1 jam dan bila diberikan intramuskular, kira-kira
1,5 jam.
• 25-40% dari sefotaksim berikatan dengan MK menghambat transpeptidasi akhir dengan
protein plasma membentuk ikatan kovalen dengan penicillin-
• 90% dari dosis yang diberikan diekskresikan binding proteins yang memiliki aktivitas
oleh ginjal, 50% dalam bentuk tidak berubah transpeptidase dan karboksipeptidase sehingga
dan 20% sebagai desacetylcefotaxime mencegah pembentukan ikatan silang. Tindakan
(metabolit utama sefotaksim) dan 8% bakterisida terakhir adalah inaktivasi inhibitor enzim
diekskresikan dalam feses, autolitik di dinding sel, yang mengarah ke lisis
• sefatoksim tergolong antibiotik time dependent bakteri
Tinjauan sefotaksim EFEK SAMPING

aritmia yang langka (setelah injeksi


cepat), dosis tinggi dapat
DOSIS
menyebabkan efek samping yang
• Efikasi pengobatan dan resolusi klinis dengan sefotaksim 4 g / hari parah seperti sindrom
berkisar antara 77% hingga 98%. hipersensitivitas dan demam obat.
• Dosis yang lebih tinggi, yaitu 8 g / hari belum memberikan keuntungan efek lainnya yang dapat terjadi
terapeutik. adalah mual, diare, kejang,
• sefotaksim 2 g setiap 8 jam (6 g / hari) dianggap sebagai rejimen sakit kepala
standar dan rekomendasi pedoman saat ini yang diajukan oleh (EASL).

Sediaan Obat di Indonesia


Biocef (1g), Cefotaxime (500 mg, 1g), Clacef (500 mg, 1g),
Clafexim (1g), Claforan (0,5g, 1,0g), Clatax (1g), Efotax (500
mg, 1g), Fobet (1g), Futacef (1g), Lancef (1g), Litaxim (0,5g,
1g), Metxime (1g), Procefa(1g), Siclaxim (1g), Starclaf (1g),
Taxef (1g), Taxegram (0,5g , 1g), Taxfor (1g), Tirdicef (1g),
Yaforan (1g), Zenotaxim.(1g)
BAB 3
Metode Penelitian

Rancangan Penelitian
Observasional, Deskriptif, Retrokpektif

Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosis sirosis hepatik dengan SBP (spontaneous
bacteri peritoneum) dan melakukan pengobatan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Jawa Timur pada periode
waktu 1 Januari 2017 – 31 Desember 2017

Sampel
pasien yang didiagnosis sirosis hepatik dengan SBP (spontaneous bacteri peritoneum) di RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang Jawa Timur yang mendapatkan terapi antibiotik sefotaksim dan memenuhi kriteria inklusi
pada periode waktu 1 Januari 2017- 31 Desember 2017
Metode Penelitian

Kriteria Inklusi
Pasien dengan diagnosa sirosis hepatik dengan SBP yang mendapatkan terapi
antibiotik sefotaksim di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Jawa Timur dan disertai rekam
medik kesehatan yang lengkap

Kriteria Eksklusi

Kriteria data eksluis meliputi :


Pasien yang mendapatkan terapi antibiotik sefotaksim kurang dari 3 hari.
Pasien yang pulang paksa kurang dari 3 hari pengobatan di rumah sakit
Pasien yang meninggal kurang dari 3 hari pengobatan.
Pasien yang mendapatkan terapi sefotaksim namun bukan pada kasus sirosis hati dengan SBP
Metode Penelitian

Bahan Penelitian
rekam medik kesehatan (RMK) dan lembar observasi harian untuk pasien dengan
diagnosa sirosis hepatik dengan SBP di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Jawa Timur
pada periode waktu 1 Januari 2017- 31 Desember 2017.

Instrumen Penelitian
Lembar pengumpulan data, tabel data induk, lembar data klinik dan data laboratorium

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat : di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Jawa Timur
Waktu : Januari 2019 – Maret 2019
Metode Penelitian

Matode pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut

• Dilakukan identifikasi pada data pasien sirosis hati dengan Spontaneous Bacterial
Peritoitis (SBP) di intalasi rawat inap RSUD Dr Sidoarjo Jawa Timur
• Dari rekam medik kesehatan (RMK) pasien dilakukan pemindahan data dan
dimasukkan dalam lembar pengumpulan data (LPD)
• Direkapitulasi pada tabel induk yang memuat :
- Data demografi pasien
- Riwayat penyakit pasien
- Diagnosis, data klinis dan data laboratorium
- Terapi sefotaksim dan obat lain yang diterima pasien
Metode Penelitian

Analisa Data

Mengolah data yang didapatkan untuk mengetahui :


• Keterkaitan data laboratorium, data klinik, dan tujuan terapi sefotaksim pada pasien
SBP.
• Identifikasi dosis pemakaian, interval pemberian, dan lama pemberian terapi SBP
• Data mengenai pola penggunaan obat cefotaksim yang disajikan dalam bentuk
tabel, presentase dan diagram.
Lembar Pengumpulan Data
Lembar Pengumpulan Data Pasien Penyakit Sirosis Hati dengan Spontaneous Bacterial Peritonitis
Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Profil Pengobatan

No.DMK : Tanggal MRS : Status Penjamin


Inisial Pasien : Tanggal KRS : o Umum
Usia/BB : Pemeriksaan Khusus : o BPJS
Alamat : o BPJS PBI
Keluhan Utama : Pemeriksaan Laboratorium: o Asuransi (Swasta).........

Riwayat Penyakit : Kondisi Klinik KRS:


Diagnosa MRS :
Riwayat Pengobatan :
Kondisi KRS :
Diagnosa KRS :

No Nama Obat Rute Dosis Frekuen Tanggal


si Tgl/Bulan Tgl/Bulan Tgl/Bulan Tgl/Bulan Tgl/Bulan Tgl/Bula
n
1
2
3
4
5
6
7
TABEL DATA INDUK PASIEN IMA DI RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari - Desember 2017
Data Demografi Pasien
Tanggal Lama Perawatan Kondisi KRS Faktor Resiko Diagnosa Penyerta
Sampel Jenis Kelamin Usia Status Penjamin
L P A B C D A B C D MRS KRS A B C A B C D A B C D E A B C D E
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Jumlah
% Jumlah
Total
% Total

Jenis Kelamin Usia Status Penjaminan Tanggal Lama Perawatan Kondisi KRS Faktor Resiko Diagnosa Penyerta
Keterangan L : Laki-laki A: ≤ 20 tahun A : Umum MRS : Masuk Rumah Sakit A: ≤ 3 hari A: Sembuh A : Pendarahan pada GI Hipertensi Portal
P : Perempuan B: 21 - 40 tahun B : BPJS KRS : Keluar Rumah Sakit B: 4-10 hari B: Perbaikan B : Konsentrasi protein total cairan asites rendah Asites
C: 41 - 60 tahun C : BPJS PBI C: 11-17 hari C: Tetap C : Disfungsi berat di hati Ensefalo Hepatik
D: ≥ 61 tahun D : Asuransi Lain D: Meninggal D : Riwayat SBP sebelumnya Varises gastroesofagus
E : Penggunaan PPI Splenomegali
TABEL DATA INDUK PASIEN SIROSIS HATI DENGAN SBP DI RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2017
POLA PENGGUNAAN TERAPI SEFOTAKSIM

Pola Penggunaan Sefotaksim


Pola Terapi Pola Terapi Tunggal Pola Terapi Switch Lama Penggunaan Sefotaksim
Sampel A B A B C A B C D A B C
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Jumlah
% Jumlah
Total
% Total

Pola Terapi Pola Terapi Tunggal Pola Terapi Switch Lama Terapi
Keterangan
A : Terapi Tunggal A : Sefotaksim (3x2g) IV A : Sefotaksim (3x2g) IV-> Seftriakson (1x2g) IV A : 1 - 2 hari
B : Terapi Kombinasi B : Sefotaksim (2x2g) IV B : Sefotaksim (3x2) IV -> Amoksisilin klavulanat (3x2g) IV B : 3-5 hari
C : Sefotaksim (4x2g) IV C : Sefotaksim (3x2) IV -> Piperasilin tazobaktam (3x2 g/0,25 g) IV C : > 5 hari
D : Sefotaksim (3x2g) IV -> levofloksasin (1 x 750 mg) po
E : Sefotaksim (3x2 g) IV -> siprofloksasin (2 x 200mg) iv
TABEL DATA INDUK PASIEN SIROSIS HATI DENGAN SBP DI RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2017
POLA PENGGUNAAN TERAPI LAIN

Diuretik Anti bleeding tranfusi beta bloker laksatif


No Sampel Tanggal Total terapi lain
A B C D E F G H I A B A A A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
JUMLAH
TOTAL
%
TOTAL %

KETERANGAN
DIURETIK ANTI BLEEDING TRANFUSI BETA BLOKER LAKSATIF
A : Furosemid (1X10 mg /IV) A : Asam traneksamat (3x500 mg/IV)
A : Albumin 20% ( 20g/100 ml) A: Propranolol (2x10mg/PO) A: Laktulosa (2x15 ml/PO)
B : Furosemid (2X20 mg/IV) B : Vit K (3X10 mg/IV)
C : Furosemid (3X20 mg/V)
D : Furosemid (1X40 mg/PO)
E : Furosemid (2X40 mg/IV)
F : Spironolakton (1X10 mg/PO)
G : Spironolakton (1X25 mg/PO)
H : Spironolakton (1X100 mg/PO)
I : Spironolakton (2x100 mg/PO)
:)
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai