Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ETIKA BISNIS

PT MEGASARI MAKMUR
PEMBASMI NYAMUK HIT MENGANDUNG PESTISIDA BERBAHAYA

Nama Kelompok :
1. Eflianty Utami (2018124350056)
2. Jenifan Merdian Lase (2018122350001)
3. Kitti Siambaton (2017122350058)
4. Nadhifa Rahmania (2018122350027)
LANDASAN TEORI

Pengertian Etika

Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “Ethikos” yang
artinya timbul dari suatu kebiasaan.

Culture ( budaya )

Values (nilai-nilai), Norms


(norma), Behavior
(tingkah laku)

Voluntary Actions,
(tindakan
sukarela)Governance
(pemerrintahan),
Core Practices ((praktek
inti), Legal Compliance
(kepatuhan hukum)
Elemen Budaya Etis
BISNIS
Kata “bisnis” berasal dari bahasa Inggris, yaitu
“business” yang artinya kesibukan.

BADAN USAHA
SELURUH
SEKTOR PASAR AKTIVITAS
TERTENTU
Profession

PROFESI
Professus

Profesi adalah suatu pekerjaan yang


membutuhkan keahlian tertentu yang
didapat dari pendidikan tinggi, dimana
umumnya mencakup pekerjaan mental
yang didukung dengan kepribadian dan
sikap professional.
KASUS ETIKA PT MEGASARI MAKMUR

PT Megasari Makmur didirikan pada tahun 1996 di Bogor


1996 Line product : Stella, Fogo, Wetties, MITU, HIT, Cap Gajah

Surat edaran Nomor 166/Kompes/2004 tanggal 28 April 2004 melarang


2003 penggunaan zat kimia Propoxur dan Diklorvos pada obat nyamuk

Surat peneguran dari Deptan kepada PT Megasari Makmur


2004 untuk menarik produk, namun TIDAK dilakukan

Juni Inspeksi Deptan di pabrik PT Megasari Makmur diketahui bahwa


produk obat nyamuk HIT 2,1 Aerosol dan HIT 17 Liquid masih
2006
mengandung 2 macam zat kimia yang dilarang dan tidak menuliskan
petunjuk penggunaan

Agustus
Penarikan produk HIT dari pasar dan perusahaan mendapat kerugian
2006
September
2006 Pengujian produk aman dan pendaftaran ulang produk
KASUS PELANGGARAN ETIKA

Surat edaran Nomor 166/Kompes/2004 tanggal 28 April 2004


2003 melarang penggunaan zat kimia Propoxur dan Diklorvos pada
obat nyamuk

Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi Pestisida telah


melakukan inspeksi di pabrik HIT dan menemukan penggunaan
pestisida berupa zat kimia berbahaya yang menggangu bahkan
membahayakan kesehatan konsumennya, yaitu Propoxur dan
Diklorvos. Obat anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu
jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang).
Departemen Pertanian juga telah mengeluarkan larangan
penggunaan Diklorvos untuk pestisida dalam rumah tangga sejak
awal 2004 (sumber : Republika Online).

EFEK :

Dua (2) zat ini berakibat buruk bagi manusia, antara lain keracunan
terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan
terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.
PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH PT. MEGARSARI
MAKMUR MENURUT UUD

• Pasal 4, hak konsumen adalah : ayat (1) “hak atas


kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengkomsumsi / menggunakan barang dan jasa”, ayat (3)
“hak atas infomasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa”. PT. Megarsari
tidak pernah memberi peringatan kepada
konsumennya tentang adanya zat-zat berbahaya
didalam produk tersebut. Akibatnya kesehatan
konsumen dibahayakan dengan alasan mengurangi
biaya produksi HIT.
Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah: ayat (2) “memberikan
informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

PT. Megarsari tidak pernah memberi indikasi


penggunaan pada produk mereka dimana seharusnya
apabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida harus
dibiarkan selama setengah jam sebelum boleh dimasuki
lagi.
Pasal 8, ayat (1) “pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi
atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan”. Ayat (4) “pelaku
usaha yang melakukan pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut wajib
menariknya dari peredaran”.
PT. Megarsari tetap meluncurkan produk mereka
walaupun produk HIT tersebut tidak memenuhi
standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang
tersebut. seharusnya produk HIT tersebut sudah
ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan, tetapi mereka tetap menjualnya
walaupun sudah ada korban dari produknya.
Pasal 19, ayat (1) “pelaku usaha bertanggung jawab
memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,
dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang
dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Ayat (2)
“ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa pengembalian uang/penggantian barang dan/atau
jasa yang sejenis/setara nilainya, perawatan kesehatan
dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Ayat (3)
“pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu
7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi”.

Menurut pasal tersebut, PT. Megarsari harus


memberikan ganti rugi kepada konsumen karena
telah merugikan para konsumen.
ANALISA

Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan


pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran.
Perusahaan besarpun berani untuk mengambil tindakan
kecurangan untuk menekan biaya produksi produk. Hanya
untuk mendapatkan laba yang besar dan ongkos produksi
yang minimal. Mengenyampingkan aspek kesehatan
konsumen dan membiarkan penggunaan zat berbahaya
dalam produknya .
ANALISA
• TINDAKAN KOREKTIF PT MEGASARI MAKMUR

Penarikan produk obat nyamuk hit yang telah


beredar.

Mengajukan izin baru untuk memproduksi obat


nyamuk yang sesuai dengan standar dan
peraturan yang berlaku tanpa zat kimia
berbahaya.
KESIMPULAN

1. PT Megasari Makmur telah melakukan pelanggaran etika


yang merugikan konsumen (primary stakeholder).

2. Pelanggaran etika terhadap salah satu stakeholder akan


berdampak kepada stakeholder lainnya yang akan merugikan
perusahaan.
SARAN

1. PT Megasari Makmur seharusnya mematuhi peraturan


yang ada dan menjalankan bisnisnya sesuai etika agar
perusahaan dapat mempertahankan keberlangsungannya.
2. Pemerintah seharusnya mensosialisasikan jika terdapat
peraturan yang baru mengenai produk dan perlindungan
konsumen.
3. Konsumen harus lebih cermat dalam memilih produk.
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai