Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT MEDIK

KEJANG DEMAM PADA A


NAK
KELOMPOK 1:
1. Annisya Yusnia
2. Fatimah Nur Fadillah
3. Lisa Widiya Indrawati
4. Nila Nirmala Sari
5. Titis Trijayanti
Pengertian Kejang Demam Anak

Kejang demam merupakan bangkitan kejang pada bayi


dan anak
disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan
cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan
syaraf pusat
(Judha & Rahil, 2011)

Kejang demam adalah perubahan potensial listrik


cerebral yang berlebihan
akibat kenaikan suhu rectal diatas 38°C sehingga
mengakibatkan renjatan/
bangkitan kejang yang biasanya terjadi pada anak
dengan usia 3 bulan
sampai 5 tahun yang disebabkan oleh suatu proses
ETIOLOGI

1
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum
diketahui dengan pasti,
demam sering disebabkan ISPA, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, infeksi saluran kemih,
dll.

2
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang
mengalami hipoksemia
(penurunan oksigen dalam darah) berat,
hipoglikemia, asodemia,
alkalemia, dehidrasi, intoksikasi, atau demam
tinggi.
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed

Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed


PATOFISIOLOGI

Penyebaran Peningkatan suhu tubuh


dapat mengubah
infeksi/toksik ke seluruh
keseimbangan dari
tubuh akan direspon oleh
hipotalamus dengan membran sel neuron dan
dalam
menaikkan
pengaturan suhu di waktu singkat terjadi
difusi ion
hipotalamus sebagai
tanda tubuh mengalami kalium dan natrium
bahaya secara sistemik. melalui mem-
bran tersebut dengan
Naiknya pengaturan
akibat terjadinya lepas
suhu di hipotalamus
muatan listrik. Lepas
akan merangsang
muatan listrik ini
kenaikan suhu di bagian
tubuh yang lain seperti demikian besar- nya
sehingga dapat meluas
otot, kulit sehingga
keseluruh sel
WOC
Manifestasi Klinis
1. Suhu tubuh > 38⁰C
2. Serangan kejang biasanya berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
3. Sifat bangkitan dapat berbentuk :
a) Tonik : mata ke atas, kesadaran hilang dengan segera, bila berdiri jatuh
ke lantai atau tanah, kaku, lengan fleksi, kaki/kepala/leher ekstensi,
tangisan melengking, apneu, peningkatan saliva
b) Klonik : gerakan menyentak kasar pada saat tubuh dan ekstremitas
berada pada kontraksi dan relaksasi yang berirama, hipersalivasi, dapat
mengalami inkontinensia urin dan feses
c) Tonik Klonik : gabungan
d) Akinetik : tidak melakukan gerakan
4. Umumnya kejang berhenti sendiri, anak akan terbangun dan sadar kembali
tanpa adanya kelainan saraf.
Klasifikasi Kejang Demam
Menurut Ngastiyah (2005), klasifikasi kejang demam adalah :
Menurut Ngastiyah (2005), klasifikasi kejang demam adalah :
1. Kejang demam sederhana : yaitu kejang berlangsung <15
1. Kejang demam sederhana : yaitu kejang berlangsung <15
menit dan umum.
menit dan umum.
2. Kejang kompleks : Kejang kompleks adalah tidak memenuhi
2. Kejang kompleks : Kejang kompleks adalah tidak memenuhi
salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone ditandai
salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone ditandai
dengan kejang yg berlangsung lebih dari 15 menit, fokal
dengan kejang yg berlangsung lebih dari 15 menit, fokal
atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Sebelumnya
atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Sebelumnya
anak dapat
anak dapat
mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam
mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam
atau tanpa kejang dalam
atau tanpa kejang dalam
riwayat keluarga.
riwayat keluarga.
Karakteristik kejang demam menurut criteria Livingstone,
yaitu :
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu
normal tidak menunjukan kelainan.
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM
Menurut, Judha & Rahil (2011), menyatakan bahwa dalam penanggulangan kejang
Menurut, Judha & Rahil (2011), menyatakan bahwa dalam penanggulangan kejang
demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu :
demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu :
1. Cek ABC, segera berikan diazepam dan pengobatan penunjang
2. 1. Pengobatan
Cek ABC, segera berikan
penunjang saatdiazepam
serangandan pengobatan
kejang penunjang
adalah semua pakaian ketat dibuka,
2. posisi
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah semua pakaian ketat
kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, dibuka,
usahakan
posisi
agar kepala
jalan napassebaiknya miring
bebas untuk untuk mencegah
menjamin kebutuhanaspirasi isipengisapan
oksigen, lambung, usahakan
lendir
agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan
harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen. oksigen, pengisapan lendir
harus dilakukan
3. Pengobatan rumatsecara teratur dan
: Fenobarbital diberikan
dosis oksigen.
maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2
3. dosis
Pengobatan
per hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB:dibagi
rumat : Fenobarbital dosis maintenance 8-10 mg/kg BBpada
2 dosis dibagi
hari2
dosis per hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari
berikutnya
berikutnya
4. Mencari dan mengobati penyebab
4. Penyebab
Mencarikejang
dan mengobati penyebab
demam adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media
Penyebab
akut. Dapat kejang demam
diberikan adalahdan
antibiotik infeksi respiratorius
pemeriksaan lebihbagian atas
intensif dan otitis
(darah media
lengkap,
akut. lumbal,
pungsi Dapat diberikan
EEG). antibiotik dan pemeriksaan lebih intensif (darah lengkap,
pungsi lumbal, EEG).
PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM
Menurut, Riyadi, Sujono & Sukarmin (2009), menyatakan bahwa
Menurut, Riyadi,
penatalaksanaan Sujono
yang & Sukarmin
dilakukan saat pasien(2009), menyatakan
dirumah bahwa
sakit antara lain:
penatalaksanaan yang dilakukan saat pasien dirumah sakit
1. Saat timbul kejang maka penderita diberikan diazepam intravena antara lain:
2.1. Pembebasan
Saat timbuljalan
kejang maka
napas penderita
dengan caradiberikan
kepala dalamdiazepam
posisi intravena
hiperekstensi
2. miring,
Pembebasan jalan napas dengan cara kepala dalam posisi
pakaian dilonggarkan, dan pengisapan lendir. Bila tidak hiperekstensi
miring, pakaian
membaik dilonggarkan,
dapat dilakukan danendotrakeal
intubasi pengisapanataulendir. Bila tidak
trakeostomi.
membaik oksigen,
3. Pemberian dapat dilakukan intubasi endotrakeal
untuk membantu kecukupan atau trakeostomi.
perfusi jaringan.
3. Pemberian oksigen, untuk membantu kecukupan
4. Pemberian cairan intravena untuk mencukupi kebutuhan dan perfusi jaringan.
4.memudahkan
Pemberian cairan
dalamintravena untuk
pemberian mencukupi
terapi intravena.kebutuhan dan
memudahkan
5. Pemberian dalam
kompres pemberian
hangat untuk terapi intravena.
membantu suhu tubuh agar dlm batas
5. normal
Pemberian
dan dikombinasikan dengan pemberian suhu
kompres hangat untuk membantu tubuhseperti
antipiretik agar dlm batas
normal dan 4-
prometazon dikombinasikan
6 mg/kg BB/hari dengan pemberian
(terbagi dalam 3 antipiretik seperti
kali pemberian).
prometazon 4- 6 mg/kg BB/hari (terbagi dalam 3 kali pemberian).
PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM

6. Bila TIK meningkat beri dexamethason 0,5 – 1 ampul setiap jam. Posisi kepala
6. hiperekstensi
Bila TIK meningkat
±15˚ . beri dexamethason 0,5 – 1 ampul setiap jam. Posisi kepala
hiperekstensi
7. Untuk pengobatan±15˚rumatan
. setelah pasien terbebas dari kejang pasca pemberian
7. diazepam,
Untuk pengobatan rumatan
maka perlu diberikan setelah pasien terbebas
obat fenobarbital dari dosis
dengan kejangawal
pasca
30 pemberian
mg pada
diazepam, maka perlu diberikan obat fenobarbital dengan dosis awal
neonatus, 50 mg pada anak usia 1 bulan1tahun, 75 mg pada anak usia 1 tahun 30 mg pada
neonatus,
keatas dengan50tehnik
mg pada anak usiaintramuskuler.
pemberian 1 bulan1tahun,Setelah
75 mg pada anak usiaobat
itu diberikan 1 tahun
keatas dengan
rumatan tehnikdengan
fenobarbital pemberian
dosisintramuskuler. Setelah
pertama 8-10 mg/kg BBitu diberikan
/hari obat
(terbagi dalam 2
rumatan fenobarbital dengan dosis pertama 8-10 mg/kg BB /hari (terbagi
kali pemberian) hari berikutnya 4-5 mg/kg BB/hari yang terbagi dalam 2 kali dalam 2
kali pemberian) hari berikutnya 4-5 mg/kg BB/hari yang terbagi dalam 2 kali
pemberian.
pemberian.penyebab.
8. Pengobatan
8. Pengobatan penyebab.
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
- Glukosa darah:hipoglikemia
(N<200mq/dl)
- Peningkatan BUN
- Kalium (N 3,80-5,00 meq/dl)
- Natrium (N 135-144 meq/dl)
2. Cairan serebro spinal:
mendeteksi tekanan
abnormal dari CCS infeksi,
3. EEG: hasil biasanya normal. pendarahan akibat
4. CT Scan: untuk kejang.
mengidentifikasi lesi
cerebral infark hematoma
5. Pungsi Lumbal
Komplikasi

Retardasi Obstruksi
Epilepsi
mental jalan napas

Merusak sel Pneumoni


neuran secara
Asfiksia
a
irreversible aspirasi
10%

20%

70%
KONSEP DASAR ASKEP KEJANG
DEMAM
PENGKAJIAN
1. Pengkajian umum : Kondisi umum Klien nampak sakit berat
2. Penggolongan Triage : Kasus ini adalah emergensi karena dapat mengancam jiwa
dan akan meninggal tanpa tindakan dalam 0 menit. Untuk itu maka kejang
termasuk dalam P1 (Urgent)
3. Pengkajian kesadaran
Pada kasus kejang demam kesadaranya adalah antara Unrespon sebab klien
tidak sadar terhadap penyakitnya. Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU
meliputi :
 Alert (A) : Klien tidak berespon terhadap lingkungan sekelilingnya
 Respon Verbal (V) : Klien tidak berespon terhadap pertanyaan perawat
 Respon Nyeri (P) : Klien tidak berespon terhadap respon nyeri.
 Tidak berespon (U) : Klien tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri
ketika dicubit dan ditepuk wajahnya.
4. Pengkajian Primer
 Airway : Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d gerakan mulut dan lidah tidak
terkontrol
 Breathing : Pola nafas tidak efektif karena pada kejang yang berlangsung lama
misalnya lebih 15 menit biasanya disertai apnea, Na meningkat, kebutuhan O2
dan energi meningkat
 Circulation : Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan tidak efektif
pertukaran O2 dan C02 dalam darah.
5. Pengkajian sekunder
 S (sign and symptom) : Perubahan tonus otot, leher terasa kaku, sakit
kepala
 A (allergies) : Kaji apakah pasien mempunyai riwayat alergi
 M (Medication) : Kaji riwayat pengobatan pasien
 P (Pentinant past medical history) :Kaji riwayat dahulu pasien
 L (Last oral intake solid liquid) : Kaji kejadian sebelum kejang
 E (Event leading to injuri ilmes)
 Saat terjadinya demam : keluhan sakit kepala, sering menangis,
muntah atau diare, nyeri batuk, sulit mengeluarkan dahak, sulit
makan, tidak tidur nyenyak, suhu tubuh meningkat
 Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
 Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA,
pneumonia, gastroenteritis, Faringitis, dll
 Adanya riwayat trauma kepala
6. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
 Tingkat perkembangan anak terganggu
 Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun
panas
 Akibat hospitalisasi
 Penerimaan klien dan keluarga terhadap penyakit
 Hubungan dengan teman sebaya

7. Pengetahuan keluarga
 Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
 Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
 Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
 Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
20%

70%
20%

70%
20%

70%
20%

70%
Diagnosa Keperawatan :

1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b/d gerakan mulut dan


lidah tidak terkontrol (D.0001)
2. Pola napas tidak efektif b/d penyumbatan jalan nafas
(D.0005)
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d tidak efektif pertukaran O2
dan C02 dalam darah (D.0009)
4. Hipertermia b/d proses peradangan (D.0130)
5. Hipovolemia b/d output berlebihan (dehidrasi) (D.0023)
6. Risiko Infeksi b/d kejang (D.0142)
7. Defisit Pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,
penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
informasi
8. Risiko kejang berulang
Insert Your Image

Thank you

Anda mungkin juga menyukai