Presentasi Radar - FIX

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 35

PEMANFAATAN RADAR GEMATRONIK DAN EEC UNTUK KARAKTERISASI

FENOMENA QUASI LINEAR CONVECTIVE SYSTEM (QLCS)


(STUDI KASUS QLCS PALEMBANG, BENGKULU, LAMPUNG, DAN JAKARTA)

Desnaeni Hastuti (12.17.0054)


Eleazer Bangalino (12.17.0060)
Laras Kinanthi (12.17.0065)

SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


2019
Pendahuluan
Lambrado dan Colle (2012) melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai sistem cuaca konvetif linear yang
Squall line merupakan jenis sistem cuaca konvektif skala meso
kemudian disebut sebagai
yang termasuk dalam tipe linier , panjang 250 -2500 km, durasi Quasi-Linear Convective System (QLCS)
minimal 6 jam. (Maddox, 1980)

Seiring terus berkembangnya penelitian terkait squall line di


wilayah tropis, muncul pemikiran terkait ketidaksesuaian istilah • panjangnya lebih dari 50 km
squall line/tropical squall untuk diterapkan di wilayah benua • reflektivitas radar sebesar ≥50-dBZ
maritim Indonesia. • atau sebuah garis yang memiliki reflektifitas
radar ≥35-dBZ dan terdapat inti di dalamnya
yang memiliki reflektifitas radar sebesar ≥50-
Penelitian Ali dkk. (2016) menyebutkan bahwa tidak ada sistem
dBZ
linear yang dapat berlasung selama lebih dari 6 jam di Jakarta
dan Balikpapan. • perbandingan panjang dan lebarnya yaitu 5 : 1

QLCS dan squall line memiliki pola sistem konvektif yang serupa
yaitu linier, dengan demikian teori terkait QLCS dapat
dihubungkan dengan teori squall line (Akhirta, 2018).
Bluestain dan Jain (1985 dan 1987), 4 Tipe
pembentukan Quasi-Linear Convective Systemyan
Yang diidentikkan dengan squall line .

1 Broken Line

2 Back Building

3 Broken Areal

4 Embedded Areal

Sumber : Bluestein, H. B., dan Jain, M. H., 1985, Formation of Mesoscale Lines
of Precipitation: Severe Squall Lines in Oklahoma during the Spring, Monthly
Weather Review, vol. 42, no. 16. hal. 1711–1732.
Metode
Lokasi Penelitian

Wilayah yang dikaji dalam penelitian ini adalah wilayah Jakarta, Palembang, Lampung dan Bengkulu, dengan menggunakan radar cuaca yang
terdapat di empat kota tersebut. Adapun lokasi Radar cuaca Jakarta (6.16°LS 106.65°BT ), Palembang ( 2.91°LS 104.7°BT ), Lampung
( 5.21°LS 105.17°BT ), dan Bengkulu ( 3.80°LS 102.34°BT )
Data Penelitian

Data radar cuaca pada keempat tempat tersebut diperoleh melalui Pusat Citra Radar Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada kurun waktu sebagai berikut :

 Data radar EEC Jakarta menggunakan data pada tanggal 3 Desember 2016
 Data radar EEC Lampung menggunakan data pada tanggal 1 Februari 2018
 Data radar Gematronik Palembang menggunakan data pada tanggal 30 Maret 2018
 Data radar Gematronik Bengkulu menggunakan data pada tanggal 1 April 2018
Metode Penelitian
 Memasukkan rawdata radar ke dalam aplikasi Rainbow 5 melalui fitur RainDART perlokasi dan disesuaikan dengan
tanggal terpilih.
 Memilih produk radar yang akan ditampilkan untuk membantu analisis QLCS. Tinjauan terkait bentuk, tipe, fase hidup,
lokasi, dan durasi dari fenomena QLCS dibantu oleh produk MAX/CMAX (dBz), sedangkan untuk meninjau arah dan
kecepatan maksimum QLCS digunakan overlay produk CMAX, CM, dan HWIND.
 Citra radar produk MAX/CMAX dianalisis secara visual/kualitatif untuk melihat secara langsung awan melalui bentuk,
warna/reflektivitas yang ditampilkan.
 Arah propagasi QLCS serta kecepatan maksimum angin dianalisis menggunakan produk CM dan HWIND kemudian di-
overlay dengan data reflektivitas (Z) pada produk CMAX.
 Pembuatan analisis dengan metode deskriptif analitik untuk mengambil kesimpulan dari karakteristik kejadian QLCS
pada masing-masing lokasi wilayah penelitian
 QLCS dapat dikenali melalui produk MAX/CMAX dengan syarat reflektivitas minimal mencapai 35 dBz. Bentuk QLCS juga
memiliki ciri khas sebagai garis/linier yang memanjang dengan perbandingan 5:1 antara panjang dan lebarnya, serta
dapat berbentuk bow echo.
 Fase QLCS juga ditampilkan melalui reflektivitas dari produk MAX/CMAX. Fase inisiasi ditandai dengan ditampilkannaya
reflektivitas radar kurang dari 35 dBz, fase matang memiliki reflektivitas ≥35 dBz, dan fase disipasi diindikasikan dengan
reflektivitas yang menurun yaitu kurang dari 50 dBz (Lambrado dan Colle, 2012).
 Tipe pembentukan QLCS dianalisis melalui produk MAX/CMAX dengan mengacu pada penelitian Bluestain dan Jain
(1985). Tipe pembentukan tersebut meliputi tipe broken line, back building, broken areal, dan embedded areal. Semua
tipe pembentukan QLCS tersebut dikenali secara visual.
Hasil dan Pembahasan
Jakarta
1
Jakarta
Bentuk Visual QLCS

• Panjang : 61 kilometer

• Reflektivitas maksimum : 54,5


dBz
Jakarta
Fase Pembentukan QLCS

Fase Inisiasi Fase Matang Fase Disipasi


Pukul 06.24 UTC Pukul 06.48 UTC Pukul 07.28 UTC

Durasi hidup 1 jam 4 menit


Jakarta
Tipe Pembentukan QLCS

• Tipe pembentukan pada QLCS ini adalah


back buliding
• Saat terjadinya fase inisiasi, dilihat dari
gambar menunjukkan bahwa pada jam 06.24
UTC sudah mulai terbentuk awan-awan
konvektif di wilayah tersebut dengan nilai
reflektivitas ≥ 35 Dbz
• Pada jam 06.48 UTC terlihat awan konvektif
yang terlihat linier dan menunjukkan garis
yang tak terputus dengan nilai reflektivitas ≥
35
• Diamati pada jam 07.28 UTC menunjukkan
bahwa sel awan konvektif perlahan-lahan
mulai melemah.
Jakarta
Lokasi QLCS

• Cakupan wilayah Bengkulu yang dapat


terdeteksi oleh radar memiliki topografi yang
bermacam-macam yaitu Coastal Ocean (CO),
Coastal Plain (CP), Hight Terrain (HT)

• Fase inisiasi hingga disipasi QLCS berada


pada wilayah CP
Jakarta
Propagasi QLCS

• QLCS memiliki arah pergerakan ke Timur


Laut
• Kecepatan angin maksimum yaitu mencapai
24 knots
Lampung
2
Lampung
Bentuk Visual QLCS

• Panjang : 92,8 kilometer

• Reflektivitas maksimum : 55,5 dBz


Lampung
Fase Pembentukan QLCS

Fase Inisiasi Fase Matang Fase Disipasi


Pukul 08.50 UTC Pukul 09.40 UTC Pukul 10.20 UTC

Durasi hidup 1 jam 30 menit


Lampung
Tipe Pembentukan QLCS

• Tipe pembentukan pada QLCS ini adalah


broken line
• berdasarkan pada gambar menunjukkan
bahwa pada jam 08.50 UTC sudah mulai
terbentuknya awan-awan konvektif dengan
nilai reflektivitas ≥ 35 dBZ
• Pada jam 09.40 UTC terlihat sel-sel awan
konvektif tersebut membentuk garis linier
panjang dengan luasan yang berbeda dengan
nilai reflektivitas ≥ 35 dBz
• fase Disipasi yang terlihat pada jam 10.20,
terlihat sel-sel awan mulai meluruh
Lampung
Lokasi QLCS

• Cakupan wilayah Bengkulu yang dapat


terdeteksi oleh radar memiliki topografi yang
bermacam-macam yaitu Coastal Ocean (CO),
Coastal Plain (CP), Hight Terrain (HT)
• Fase inisiasi QLCS terdeteksi terbentuk di
sebelah Barat pusat radar berada pada wilayah
CO
• Pertumbuhan QLCS di sebelah barat pusat
radar dalam arah menjauhi HT ini dapat
disebabkan oleh adanya konvergensi angin,
karena waktu terjadinya QLCS adalah pada
malam hari
• Faktor lain yang mungkin mempengaruhi
terbentuknya QLCS adalah adanya angin lokal
berupa angin gunung yang turun dari
Pegunungan Bukit Barisan
Lampung
Propagasi QLCS

• QLCS memiliki arah pergerakan ke Timur –


Tenggara mendekati pusat radar
• Kecepatan angin maksimum yaitu mencapai
38 – 42 knots
Palembang
3
Palembang
Bentuk Visual QLCS

• Panjang : 171,65 kilometer

• Reflektivitas maksimum : 61 dBz


Palembang
Fase Pembentukan QLCS

Fase Inisiasi Fase Matang Fase Disipasi


Pukul 12.40 UTC Pukul 13.30 UTC Pukul 14.00 UTC

Durasi hidup 1 jam 10 menit


Palembang
Tipe Pembentukan QLCS

• Tipe pembentukan pada QLCS ini adalah


broken areal
• Diawali pola sel berintensitas menengah
menuju kuat yang posisinya berdekatan
namun tak beraturan dan terpisah-pisah
• Kemudian berangsur saling mendekat dan
mengalami perluasan
• Tahap selanjutnya ditunjukkan pada saat fase
matang yaitu dengan adanya pola yang solid
akibat penggabungan dari sel-sel yang terpisah
pada fase sebelumnya
Palembang
Lokasi QLCS

• Cakupan wilayah Bengkulu yang dapat


terdeteksi oleh radar memiliki topografi yang
bermacam-macam yaitu Coastal Ocean (CO),
Coastal Plain (CP), Hight Terrain (HT)
• Fase inisiasi QLCS terdeteksi terbentuk di
sebelah Barat pusat radar berada pada wilayah
CO
• Pertumbuhan QLCS di sebelah barat pusat
radar dalam arah menjauhi HT ini dapat
disebabkan oleh adanya konvergensi angin,
karena waktu terjadinya QLCS adalah pada
malam hari
• Faktor lain yang mungkin mempengaruhi
terbentuknya QLCS adalah adanya angin lokal
berupa angin gunung yang turun dari
Pegunungan Bukit Barisan
Palembang
Propagasi QLCS

• QLCS memiliki arah pergerakan ke Timur –


Tenggara mendekati pusat radar
• Kecepatan angin maksimum yaitu mencapai
38 – 42 knots
Bengkulu
4
Bengkulu
Bentuk Visual QLCS

• Panjang : 104,43 kilometer

• Reflektivitas maksimum : 55 dBz


Bengkulu
Fase Pembentukan QLCS

Fase Inisiasi Fase Matang Fase Disipasi


Pukul 14.40 UTC Pukul 15.30 UTC Pukul 15.40 UTC

Durasi hidup 1 jam


Bengkulu
Tipe Pembentukan QLCS

• Tipe pembentukan pada QLCS ini adalah


broken line
• diawali oleh adanya pola sel yang berbentuk
titik-titik konvektif dengan reflektivitas ≥ 35
dBz
• titik-titik konvektif tersebut saling sejajar
kemudian menyatu dan mengalami perluasan.
• titik-titik konvektif yang menyatu tersebut
selanjutnya menjadi garis linier konvektif yang
solid tidak terputus dimana pada saat ini fase
matang QLCS terjadi
Bengkulu
Lokasi QLCS

• Cakupan wilayah Bengkulu yang dapat


terdeteksi oleh radar memiliki topografi yang
bermacam-macam yaitu Coastal Ocean (CO),
Coastal Plain (CP), Hight Terrain (HT)
• Daratan tinggi (HT) yang terdapat dalam
wilayah Bengkulu yaitu Bukit Barisan
• Fase inisiasi, matang, dan disipasi terjadi pada
daerah CO dan CP
• Hal tersebut bisa terjadi akibat adannya efek
blocking oleh Bukit Barisan sehingga QLCS
tidak bisa memanjang melewati HT
Bengkulu
Propagasi QLCS

• QLCS memiliki arah pergerakan ke Tenggara


mendekati pusat radar
• Kecepatan angin maksimum yaitu mencapai
33– 37 knots
Kesimpulan
Dari hasil analisis citra radar dari keempat studi kasus QLCS di Jakarta, Lampung,
Palembang, dan Bengkulu, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

• Kejadian QLCS di keempat lokasi memiliki karakteristik pola linier/garis dengan


panjang bervariasi dan tidak lebih kecil dari 50 km.
• Durasi QLCS di keempat studi kasus menunjukkan ciri-ciri QLCS yaitu hanya dapat
bertahan kurang lebih 1 jam.
• Tipe pembentukan QLCS pada keempat citra radar dengan lokasi berbeda
menunjukkan pola broken line untuk QLCS Lampung dan Bengkulu, sedangkan untuk
willayah Palembang mengalami tipe pembentukan broken areal, dan Jakarta memiliki
tipe pembentukan Back building.
• Lokasi pembentukan QLCS pada keempat studi kasus mengalami perbedaan akibat
perbedaan wilayah topografi yang dimiliki masing-masing wilayah penelitian.
• Propagasi QLCS dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin pada ketinggian 1 km.
Kecepatan angin maksimum yang terekam hingga mencapai kisaran 38-42 Knot.

Anda mungkin juga menyukai