Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RAJOKI PURBA

NIM : 23115017
HIDROGRAFI I

PENENETUAN POSISI MEKANIK, AKUSTIK RADIO, ELEKTRONIK, OPTIC, SERTA SATELIT

1. METODE AKUSTIK

Sistem penentuan posisi akustik bawah air merupakan sebuah sistem untuk penentuan posisi dan navigasi
menggunakan instrumen akustik bawah laut melalui pengukuran jarak atau sudut. Sistem ini digunakan
untuk membantu navigasi jalur pelayaran kapal di perairan, navigasi instrumen bawah laut (ROV) hingga
penentuan posisi peralatan oseanografi. Sistem penentuan posisi akustik bawah laut umumnya digunakan
secara luas untuk pekerjaanpekerjaan bawah laut, termasuk eksplorasi minyak dan gas, ilmu kelautan,
operasi penyelamatan, arkeologi kelautan, penegakan hukum dan aktifitas militer. Sistem penentuan
posisi bawah air dasar menggunakan hydrophone dan beacon.Hydropone terpasang di perahu, di bawah
air dan bekerja seperti antenna. Sedangkan beacon berada di suatu tempat di bawah air yang mengirimkan
sinyal yang ditangkap oleh hydrophone tersebut. Sistem ini mengukur jarak dan sudut horizontal/azimuth
lalu posisi beacon ditentukan relatif terhadap perahu. Jika lokasi dari perahu diketahui secara tepat, maka
lokasi dari beacon dapat dihitung secara tepat.

Sistem penentuan posisi akustik bawah air secara umum dikategorikan kedalam tiga tipe, yaitu :

a. Long Baseline Positioning (LBL)

Sistem dasar panjang di dasar laut menggunakan jaringan transponder. Transponder biasanya dipasang
pada sudut-sudut dasar laut. Sistem LBL mengahasilkan akurasi yang tinggi yang umumnya lebih dari 1m
bahkan sampai 0.01 m. jarak hasil dalam geometri ideal untuk perhitungan posisi. Selain itu sistem LBL
beroperasi tanpa jalur akustik ke permukaan laut. LBL digunakan sebagai penentuan titik acuan awal
untuk navigasi.

b. Ultra Short Baseline Positioning (USBL)

Sistem ini terkait dengan super (SSBL) yang bergantung pada array hydrophone yang tersusun secara
coplanar dengan jarak 5 – 20 m. transduser yang terintegrasi biasanya dipasang pada bagian bawah tiang
atau di bagian bawah kapal. susunan USBL transduser digunakan untuk mengukur jarak target dari tiang
transduser dengan menggunakan waktu perjalanan sinyal dan arah target dengan mengukur pergeseran
fase dari sinyal yang diteruskan yang terlihat oleh elemen susunan transduser. Tambahan sensor seperti
GPS, kompas giro digunakan untuk mengimbangi perubahan posisi dan orientasi dari permukaan kapal
dan tiang transdusernya. Untuk menghitung posisi bawah laut, USBL menghitung rentang dan sudut dari
transceiver ke mercusuar bawah laut. Sudut yang diukur berisi array tranducer. Sebuah metode yang
disebut “fase-diferencing” dalam array transduser digunakan unutk menghitung sudut transponder bawah
laut.

c. Short Baseline Positioning (SBL)

Pada sistem ini menggunakan acuan dasar yang terdiri dari tiga atau lebih transduser sonar yang
dihubungkan dengan kawat ke pusat kotak kontrol. Akurasi tergantung pada jarak transduser dan metode
pemasanganya. Ketika jarak yang digunakan lebih luas, proses kerjanya mirip seperti sistem LBL.
Apabila jaraknya dekat, maka akurasi berkurang. Sistem SBL sering dipasang pada perahu/kapal. Tingkat
akurasinya sebesar 9 cm. Sistem SBL tidak memerlukan transponder yang dipasang di dasar laut. Sistem
ini digunakan unutk pelacakan target di bawah air dari perahu atau kapal. Sistem ini cocok unutk
pekerjaan survey karena memliki tingkat akurasi yang tinggi. Namun ketika baseline dengan jarak
pendek, sistem SBL akan menunjukkan tingkat presisi yang berkurang.

2. METODE MEKANIK

Disebut juga dengan metode pengukuran kedalaman secara langsung. Metode ini efektif digunakan untuk
perairan yang sangat dangkal atau rawa. Instrumen yang digunakan adalah tongkat ukur atau rantai ukur
yang dilakukan dengan bantuan wahana apung. Bentuk tongkat ukur mirip dengan rambu ukur yang
dipakai untuk pengukuran sipat datar. Sedangkan rantai ukur, karena fleksibilitas bentuknya, biasanya
dipakai untuk pengukuran kedalaman yang rata-rata lebih dalam dibanding dengan tongkat ukur. Pada
ujung rantai ukur digantungkan pemberat untuk menghindari sapuan arus perairan dan menjaga agar
rantai senantiasa relatif tegak. Pengukuran kedalaman dengan metode mekanik efektif digunakan untuk
pemetaan pada batas daerah survei yang relatif tidak luas dengan skala yang cukup besar.

3. METODE OPTIC

Memanfaatkan transmisi sinar laser dari pesawat terbang dan prinsip-prinsip optik untuk mengukur
kedalaman perairan. Dikenal dengan Laser Ariborne Bathymetry (LAB), Kanada : LIDAR (Light
Detecting and Ranging), Australia : LADS (Laser Airborne Depth Sounder), AS : AOL (Airborne
Oceanographic LIDAR) dan HALS (Hydrographi Airborne Laser Sounder). Prinsip kerja LADS
adalah transmisi sinar laser dari pesawat terbang dengan sudut tertentu terhadap sumbu vertikal ke
permukaan air. Sebagian gelombang sinar laser dipantulkan dan dibiaskan ke segala arah dan salah
satu berkasnya akan menembus ke dalam air. Berkas sinar laser yang menembus ke dalam air adalah
98% dari energi awalnya dan akan dibiaskan dengan arah mendekati garis normal akibat perubahan
dari densitas medium yang lebih renggang ke densitas medium yang lebih rapat. Berkas gelombang
sinar laser akan meneruskan perjalanan perambatannya di dalam air hingga menyentuh dasar perairan
dan dipantulkan ke segala arah dan salah satu berkasnya dipantulkan kembali ke arah sudut
datangnya. Berkas sinar yang memantul ke arah sudut datangnya kemudian meneruskan perjalanan
perambatannya dan menembus batas air dan udara. Karena perubahan densitas medium yang lebih
rapat ke medium yang lebih renggang, berkas sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal dan
merambat pada garis lintasan yang searah dengan saat pertama kali ditransmisikan dan diterima
kembali di pesawat terbang oleh unit penerima gelombang. Teknologi LADS dioperasikan
menggunakan pesawat terbang sekelas Fokker-27 Seri 500 dengan kecepatan terbang sekitar 145 knot
pada ketinggian sekitar 500 m di atas permukaan laut menggunakan sistem penentuan posisi
kinematic differential GPS. Gelombang yang digunakan adalah sinar laser infra merah dengan
panjang gelombang 532 nm dan periode 5 ns dengan pembangkit daya sebesar 1 MW. Sistem ini
hanya untuk kedalaman 2 – 50 m dengan kondisi air jernih dan terbuka, cakupan daerah survei yang
luas dan untuk pemetaan skala kecil. Teknik pengukuran kedalaman dengan metode optik efektif
digunakan pada perairan dangkal yang jernih dengan kedalaman sekitar 50 m.

4. METODE SATELIT
Sebelum ditemukanya penetuan posisi berdasarkan satelit pada saat ini, dahu;u telah adasebuah
sistem yang berdasarkan pengamatan langit yaitu sistem astronomi geodesi. Sistemgeodesi satelit
tertua adalah sistem astronomi geodesi yang berbasiskan pada pengamatanbintang, dan sampai
saat ini masih digunakan meskipun terbatas pada aplikasi-aplikasitertentu saja. Sebagai contoh
metode ini telah digunakan sejak 1884 untuk penentuan lintangsecara teliti di Potsdam.
Disamping itu metode astronomi geodesi ini juga sudah berkontribusidalam pengamatan
pergerakan kutub (polar motion) sejak tahun 1890. Pengukuran lintangdan bujur astronomi dapat
dilakukan secara simultan, yaitu dengan menggunakan metodesummer atau intercept. Dalam
pengukuran penentuan posisi dngan sistem astronomi geodesimembutuhkan primer ansiorekta
dan deklinasi bintang yang dapat diperoleh lewat katalogbintang.Dalam hal penggunaan alat
untuk menentukan posisi dengan sistem satelit geodesiastronomi tidak memerlukan alat yang
canggih dan modern.

Anda mungkin juga menyukai