Anda di halaman 1dari 62

PENGUPAHAN DAN

TUNJANGAN BAHAYA
RADIASI BAGI
RADIOGRAFER
Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah

Workshop PARI PENGDA Provinsi Jawa Tengah, 25 Maret 2018


KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
NASIONAL / PROGRAM PRIORITAS NASIONAL
TERTUANG
DALAM

RENSTRA KEMENKES 2015-2019


SASARAN:
1. Meningkatnya status
kesehatan dan gizi ibu dan
anak;
2. Meningkatnya pengendalian MELALUI 3 PILAR :
penyakit 1. Paradigma sehat
3. Meningkatnya akses dan 2. Penguatan pelayanan
mutu pelayanan kesehatan kesehatan
dasar dan rujukan 3. Jaminan kesehatan
4. Meningkatnya cakupan nasional
pelayanan kesehatan
5. Terpenuhinya kebutuhan
tenaga kesehatan, obat dan
vaksin
6. Meningkatkan responsivitas
sistem kesehatan. PROGRAM : INDONESIA SEHAT
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN JAWA
TENGAH / PROGRAM PRIORITAS JAWA
TENGAH
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJMD)
PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013-2018
(URUSAN KESEHATAN)

VISI : MENUJU JAWA TENGAH SEJAHTERA DAN BERDIKARI


“ mboten korupsi, mboten ngapusi ”

MISI 6 : MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK UNTUK


MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR MASYARAKAT

TUJUAN
TUJUAN :: MENINGKATKAN
MENINGKATKAN DERAJAT
DERAJAT KESEHATAN
KESEHATAN MASYARAKAT
MASYARAKAT

PROGRAM
PROGRAM UNGGULAN
UNGGULAN :: RAKYAT
RAKYAT SEHAT
SEHAT
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN JAWA
TENGAH / PROGRAM PRIORITAS JAWA
TENGAH
RPJMD PROV
JATENG 2013-
2018

RENSTRA DINKESPROV JATENG 2013-2018

VISI DINKES PROV JATENG : Institusi yang Profesional dalam


Mewujudkan Kesehatan Paripurna di Jawa Tengah

MISI :
Misi I : Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu dan
Berkeadilan
Misi II : Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berdaya Saing
Misi III : Mewujudkan Peran Serta Masyarakat dan Pemangku Kepentingan
dalam Pembangunan Kesehatan
PROGRAM PRIORITAS KESEHATAN JAWA
TENGAH
RENSTRA DINKESPROV JATENG 2013-2018

SASARAN:
1. Meningkatnya kesehatan ibu dan anak
2. Terkendalinya penyakit menular dan tidak
menular
3. Meningkatnya fasilitas pelayanan
kesehatan yang memenuhi standar
4. Meningkatnya penerbitan ijin dan
registrasi sumber daya kesehatan

RAKYAT SEHAT
PROGRAM
PRIORITAS 2018 STRATEGI KEBIJAKAN
1. Menurunkan
1. Peningkatan
1. Kematian Ibu dan kematian ibu dan
kesehatan ibu, bayi
bayi bayi 2. Mengendalikan
2. Penyakit menular 2. Pencegahan dan faktor-faktor resiko
dan tidak menular pengendalian penyakit menular
3. Stunting penyakit dan tidak menular
1. BAB sembarangan 3. Penggerakkan
menular dan 1. Peningkatan proporsi
2. Kurangnya akses Germas
tidak menular desa STBM
sanitasi 2. Peningkatan proporsi
3. Peningkatan
1. Pengembangan
status gizi balita
desa ODF
1. Standar mutu desa STBM
bagi Fasyankes Peningkatan
2. Peningkatan
dasar dan rujukan desa ODF proporsi
2. Aksesibilitas fasyankes dasar
fasyankes dasar Pelayanan dan rujukan
1. Mendorong
dan rujukan kesehatan terstandar
kepesertaan mandiri
1. JKN dasar dan 2. Mengalokasikan PBI
Peningkatan non kuota
1. SPM kab/kota
rujukan
kepesertaan yang
JKN
terstandar
1. Fasilitasi SPM 1. Peningkatan dukungan
2. Jejaring mitra
kab/kota kepala daerah untuk
kesehatan SPM
3. Sistem Kesehatan 2. Penguatan jejaring
kemitraan 2. Penguatan jejaring
ISU – ISU PROGRAM
STRATEGIS JAWA PRIORITAS 2018
TENGAH 1. Kematian Ibu dan
ANGKA bayi
KESAKITAN 2. Penyakit menular
DAN dan tidak menular
KEMATIAN 3. Stunting
1. BAB sembarangan
SANITASI 2. Kurangnya akses
DASAR sanitasi
1. Standar mutu bagi
AKSES DAN Fasyankes dasar
MUTU dan rujukan
FASYANKES 2. Aksesibilitas
PEMBIAYAA fasyankes dasar
N MELALUI dan rujukan
JKN 1. JKN
SISTEM 1. SPM kab/kota
2. Jejaring mitra
KESEHATA kesehatan
8 N 3. Sistem Kesehatan
Provinsi
PROGRAM YANG PERLU
DITUNTASKAN
Kasus Kematian Ibu < 300,
1
AKI/AKABA
Penurunan Angka Kejadian dan
2
Kematian DBD
Gerakan Masyarakat Sehat
3
“GERMAS”
4 Menuju Bebas Kusta 2019
Bebas BAB Sembarangan
5
Tahun 2021
6
Sanitasi Terpadu Berbasis
Masyarakat Tahun 2020
Belkaga Menuju Bebas Filaria
7
Tahun 2020
Bebas Malaria pada Tahun 2021
8
(Gebrak Malaria)

9
KETERPADUAN PERAN
DALAM PENANGANAN MASALAH KESEHATAN
1. DINAS
LINSEK : KESEHATA
1. LINSEK N
(BAPERM MASALAH KES : 2. RS PUSAT/
ASDES, P2M : DBD PRUMAH
BP3APK, HIV/AIDS SAKITOV/K
DIKNAS
PTM : AB-KOTA /
2. PKK
3. FATAYAT
HYPERTENSI SWASTA
4. AISIYAH DM, CA 3. PUSKESMA
AKI
5. NGO AKB/AKAB
S
PT KESHT:
MITRA : GIZI 1. FK
1. OP BURUK/STUNTIN 2. FKM
KESHT G 3. AKBID
2. KNCV ODF/BBAS 4. AKPER
GERMAS
3. EMAS PIS-PK 5. KESLIN
4. GF JEJARING/KEMITRAAN G
5. PPTI 6. GIZI
10 6. DLL…. 7. DLL
MANAJEMEN PROGRAM PPSDMK

PERENCANAAN
BINWAS MUTU

PENGADAAN
Juml
Jenis
ah

Distr
Mutu i-
busi

PENDAYAGUNAAN
A A N Permenkes Nomor 33/2015 :
C AN
REN Pedoman Penyusunan
P E
Perencanaan Kebutuhan SDM
Kesehatan
Perencanaan kebutuhan SDMK : proses
sistematis dalam upaya menetapkan jumlah
dan kualifikasi SDMK yang dibutuhkan sesuai
dengan kondisi suatu wilayah
disusun secara berjenjang (dimulai dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, pemda kab/kota,
pemda provinsi, sampai dengan Pemerintah
secara nasional) berdasarkan ketersediaan
Tenaga Kesehatan dan kebutuhan (pasal 14
ayat 2 UU Nakes)
Pusat – Provinsi – Kab/Kota menyusun
Pengadaan Tenaga Kesehatan PENG
dilakukan melalui pendidikan ADA
AN
tinggi bidang kesehatan, sesuai
Standar nasional Pendidikan
Tinggi

INSTITUSI PENDIDIKAN
KESEHATAN
N A AN
DAYAGU
EN
P PEMENUHAN TENAGA
KESEHATAN

TETAP/PERMANEN SEMENTARA/TEMPORARY

Kontrak/Hon
PTT
or
Pusat Swasta/PMA

PTT Kontra
PNS PPPK k/Hono
Daera
h r BLUD

Nusantara Wajib
Sehat Nusantar Kerja
Berbasis a Sehat Dokter
Tim (Team Individual Spesialis
Based)

* PTT Pusat Moratorium

Pemenuhan Tenaga dibantu Pusat untuk


daerah DTPK
PEMENUHAN TENAGA KESEHATAN OLEH PUSAT
Nusantara Sehat
Penugasan Khusus Individual
PENUGASAN KHUSUS RESIDEN
WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS
TU
BIN-WAS MUTU meliputi U
 Registrasi nakes S M
A
 peningkatan kualifikasi, W

kompetensi melalui pendidikan IN
B
dan pelatihan
 Pengembangan jenjang karir
jabatan fungsional
 Pemberian beasiswa
 Program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (P2KB) : seminar, on the
job training/magang
 Pemberian dan pengawasan ijin praktek
PENGEMBANGAN SDMK DI
PROVINSI JAWA TENGAH
PROGRAM TUBEL-PPDS-
PPDGS
PROGRAM RPL
PROGRAM PIDI
PROGRAM UKOM JABFUNG
PROGRAM INPASSING
PROGRAM WKDS
PELATIHAN
DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
DALAM PENGEMBANGAN SDM KESEHATAN

NO DUKUNGAN
1 Pemenuhan APBD Kesehatan minimal 10 % dari Total
APBD, tidak termasuk gaji (UU No 36/2009)
2 Pejabat struktural bidang kesehatan diisi oleh tenaga
kesehatan sesuai kompetensi (Permenkes No 971/2009
dan UU No 23 Tahun 2014)
3 Kewenangan provinsi /kab/kota dalam penempatan
dan pemerataan tenaga kesehatan , pembinaan,
pengawasan mutu
4 Mendorong daerah yang belum memberikan insentif
tenaga kesehatan agar mengalokasikan anggaran
5 Menyusun rencana kebutuhan SDM Kesehatan secara
berjenjang termasuk didalamnya melakukan updating
data SDM Kesehatan
6 Pemenuhan Tenaga, Pemda di minta untuK menyusun
kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS dan PPPK
berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja
UU NO 23 TAHUN 2014 :
PEMERINTAHAN DAERAH
URUSAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

KABUPATEN/KOT
PUSAT PROVINSI
A
a) Penetapan
standardisasi dan
Penerbitan
registrasi tenaga izin praktik
kesehatan
Indonesia, TK-WNA dan izin
serta penerbitan kerja tenaga
rekomendasi
pengesahan kesehatan.
rencana
penggunaaN
tenaga kerja asing
(RPTKA) dan izin
mempekerjakan
PUSAT PROVINSI KABUPATEN/KOTA
b)Penetapan
penempatan dr
spesialis dan drg
spesialis bagi
Daerah yang tidak
mampu dan tidak
diminati.
c)Penetapan standar
kompetensi teknis
dan sertifikasi
pelaksana Urusan
Pemerintahan
bidang kesehatan
d) Penetapan standar
pengembangan
kapasitas SDM
kesehatan.
e)Perencanaan dan Perencanaan Perencanaan
pengembangan dan dan
SDM kesehatan
PEMBAGIAN PERAN DAN
TANGGUNGJAWAB
PUSAT PROVINSI KABUPATEN/KOTA
a)Penerbitan STR Memberikan Menerbitkan SIP
 Memberikan dukungan dg Membina mutu
dukungan dg berfungsinya & kompetensi
berfungsinya MTKI MTKP Mengawasi
 Membina org Membina org Membina org
profesi profesi profesi
 Alokasi anggaran Alokasi anggaran Alokasi
anggaran
b)Penerbitan Memberikan Menerbitkan SIP
rekomendasi dukungan kerja TKWNA
pengesahan RPTKA sama lintas Mengawasi
dan IMTA sektor dan Alokasi
 Memberikan pengawasan anggaran
dukungan kerja Alokasi anggaran
sama lintas sektor
dan pengawasan
PUSAT PROVINSI KABUPATEN/KOTA
c) Penetapan  Menyusun  Menyusun
penempatan dr rencana rencana
spesialis dan drg kebutuhan kebutuhan
spesialis bagi nakes di nakes di
Daerah yang tidak fasyankes fasyankes
mampu dan tidak provinsi dan kab/kota
diminati. lintas kab/kota  Membuat
 Membuat regulasi
regulasi  Alokasi
 Alokasi anggaran
anggaran  Membina dan
 Membina dan mengawasi
mengawasi
d) Penetapan standar  Menggunakan Menggunakan
kompetensi teknis standar standar
dan sertifikasi kompetensi kompetensi
pelaksana Urusan Kadinkes, Kadinkes,
Pemerintahan Kabid/Kabag Kabid/Kabag dan
PUSAT PROVINSI KABUPATEN/KOTA
e) Penetapan  Menerapkan NSPK  Menerapkan NSPK
standar yang disusun yang disusun
pengembangan  Pelatihan jabatan  Pelatihan jabatan
kapasitas SDM fungsional fungsional
kesehatan.  Penggunaan  Penggunaan jenjang
 Menyusun jenjang karir karir
regulasi jabatan
fungsional,
jenjang karir
f) Perencanaan dan Perenc dan Perencanaan dan
pengembangan pengemb. SDM pengembangan
SDM kesehatan
untuk UKM dan
kes utk UKM SDM kesehatan
UKP Nasional. danUKP Daerah untuk UKM dan
provinsi. UKP Daerah
 Menyusun kabupaten/kota.
renbut nakes di Menyusun
fasyankes renebutuhan
prov,lintas nakes di
kab/kota fasyankes
MAHASISWA

LULUS INSTITUSI PENDIDIKAN


SERKO
M
TENAGA
KESEHATAN
FASYANKES

STR SIP
KUALIFIKASI TENAGA
KESEHATAN ( UU No 36 th
1. Tenaga medis; 2014, ps 11)
10. Tenaga Keteknisian Medis
2. Tenaga psikologi klinis; 11. Tenaga Teknis Biomedis ;
3. Tenaga Keperawatan; Radiografer,
4. Tenaga kebidanan; elektromedis, ahli
5. Tenaga kefarmasian; teknologi laboratorium
medik, fisikawan medik,
6. Tenaga kesehatan
radioterapis, dan ortotik
masyarakat;
prostetik
7. Tenaga kesehatan
12. Tenaga kesehatan
lingkungan;
tradisional; dan
8. Tenaga gizi;
13. Tenaga kesehatan lain
9. Tenaga keterapian fisik;

32
Kategori Nakes
Radiogra Dlm Uu No 36
fer Tahun 2014

PARI (Perhimpunan Radiografer


DASAR :
Indonesia)
Permenkes No. 81/2013, pasal 17,
1. UU 36 Tahun 2014 ttg Radiografer mempunyai Hak :
Tenaga Kesehatan 1. Menerima imbalan jasa profesi
2. Permenkes No 81 tahun 2013 dan tunjangan lain sesuai
peraturan perundang-
Radiografer adalah setiap orang undangan
yang telah lulus pendidikan 2. Memperoleh jaminan
teknik radiodiagnostik dan perlindungan terhdp risiko kerja
radioterapi sesuai dengan yang berkaitan dengan
ketentuan peraturan perundang- pelaksanaan tugasnya sesuai
undangan perundang-undangan
TENAGA TEKNIS BIOMEDIS
DI JAWA TENGAH

3500

3000 2859

2500

2000

1500

1055
1000

500
261
8 32 31
0
Radiografer Elektromedis ATLM Fisika Medis Radioterapi Ortotik Prostetik
Radiografer di Jawa Tengah
300
281

250

200

150
121

100 93

64
52
50 46
36 35 40
33 30 29 31 32 30 31 30 30 31
27 27
20 19 17 17 19 15 18 13 18 18 18 19
8 11
0
a a r n l n s g ti n g s a o g g n o l g i o g g a a g n a a l i s p k n
ga r pa r nya me nda l ate udu l a n Pa nga l a n ma ngg rej ba n ra n age arj Tega gun ogi r s ob ta n l an ka rt atig ra n nga ga l l or ol a ebe a ca ma oga
ne Je nga ebu Ke K K a ge l o a yu l i wo m a Sr koh g n o Ba ge ra a l ma l o Te B oy Br Ci l De ob
a n Wo on
j ar ra K M ka Pem Ba n rba Pur Re Sem u a S
M Su a Se ka ot
a B Gr
a n Ka Pe
P u S
Tem W ta ota Kot ta a Pe K
B Ko K Ko Kot
REGISTRASI TENAGA KESEHATAN
1. Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik
wajib memiliki STR.
2. STR diberikan oleh konsil, masih MTKI
3. Persyaratan memperoleh STR meliputi:
a. Memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan;
b. Memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. Memiliki surat pernyataan telah sumpah/janji profesi;
e. Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
4. STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat
diregistrasi ulang setelah memenuhi persyaratan.
UU no 36 th 2014
PERIJINAN
Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik
di bidang pelayanan kesehatan wajib memiliki izin
SIP diberikan oleh pemerintah daerah kab/kota
SIP berlaku 1 tempat praktik
Syarat SIP :
1. STR yang masih berlaku;
2. Rekomendasi dari Organisasi Profesi;
3. Rekomendasi dari tempat praktik

UU no 36 th 2014
PRAKTIK TENAGA RADIOGRAFER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013
TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN
RADIOGRAFER
SIKR ( Surat Ijin Kerja Radiografer)

1. Radiografer yang menjalankan praktik keprofesiannya


wajib memiliki SIKR.
2. SIKR diberikan kepada Radiografer yang telah memiliki
STRR.
3. SIKR dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabu/kota.
4. SIKR berlaku untuk 1 (satu) tempat.
5. Radiografer hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua)
tempat bekerja.
6. Permohonan SIKR kedua dapat dilakukan dengan
menunjukkan bahwa Radiografer telah memiliki SIKR
pertama.
PENGUPAHAN RADIOGRAFER
Upah Minimum Provinsi (UMP) Jawa Tengah Tahun 2018

Provinsi 2017 2018 Persentase Keterangan


Kenaikan (%)
Jawa Tengah Rp. 1.367.000,- Rp. 1.486.065,- 9% PP No 78 Th
2015
KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT PARI
NO. 090/ PP/IV/2017 tanggal 8 April 2017 :
Upah minimum Radiografer :
Besaran gaji pokok ditambah tunjangan tetap di luar
tunjangan bahaya radiasi dan tunjangan lainnya

Upah minimum radiografer dibayarkan sesuai dg


pendidikan dan upah minimum wilayah bekerja :
 D3 : 1,6 X upah minimum wilayah kerja
 DIV/S1 : 1,7 X upah minimum wilayah kerja
 S2 : 1,9 X upah minimum wilayah kerja
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018
Pergub Jateng No 560/94 Tahun 2017
N Kabupaten/Kota UMK Keputusan Pengurus Pusat PARI
o No 090/PP PARI/IV/2017 (Pendidikan D-3,D-4,S-2)
D-3 (1,6X) D-4 (1,7X) S-2(1,9X)

1 Banjarnegara Rp 1.490.000 Rp 2.384.000 Rp 2.533.000 Rp 2.831.000


2 Jepara Rp 1.738.360 Rp 2.781.376 Rp 2.955.212 Rp 3.302.884
3 Karanganyar Rp 1.696.000 Rp 2.713.600 Rp 2.883.200 Rp 3.222.400
4 Kebumen Rp 1.560.000 Rp 2.496.000 Rp 2.652.000 Rp 2.964.000
5 Kendal Rp 1.929.458 Rp 3.087.133 Rp 3.280.079 Rp 3.665.970
6 Klaten Rp 1.661.632 Rp 2.658.611 Rp 2.824.774 Rp 3.157.101
7 Kudus Rp 1.892.500 Rp 3.028.000 Rp 3.217.250 Rp 3.595.750
8 Magelang Rp 1.742.000 Rp 2.787.200 Rp 2.961.400 Rp 3.309.800
9 Pati Rp 1.585.000 Rp 2.536.000 Rp 2.694.500 Rp 3.011.500
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018
Pergub Jateng No 560/94 Tahun 2017

N Kabupaten/Kota UMK Keputusan Pengurus Pusat PARI


o No 090/PP PARI/IV/2017 (Pendidikan D-3,D-4,S-2)
D-3 (1,6X) D-4 (1,7X) S-2(1,9X)

10 Pekalongan Rp 1.721.637 Rp 2.754.619 Rp 2.926.783 Rp 3.271.110


11 Pemalang Rp 1.588.000 Rp 2.540.800 Rp 2.699.600 Rp 3.017.200
12 Banyumas Rp 1.589.000 Rp 2.542.400 Rp 2.701.300 Rp 3.019.100
13 Purbalingga Rp 1.655.200 Rp 2.648.320 Rp 2.813.840 Rp 3.144.880
14 Purworejo Rp 1.573.000 Rp 2.516.800 Rp 2.674.100 Rp 2.988.700
15 Rembang Rp 1.535.000 Rp 2.456.000 Rp 2.609.500 Rp 2.916.500
16 Semarang Rp 1.900.000 Rp 3.040.000 Rp 3.230.000 Rp 3.610.000
17 Sragen Rp 1.546.492 Rp 2.474.387 Rp 2.629.036 Rp 2.938.335
18 Sukoharjo Rp 1.648.000 Rp 2.636.800 Rp 2.801.600 Rp 3.131.200
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018
Pergub Jateng No 560/94 Tahun 2017

N Kabupaten/Kota UMK Keputusan Pengurus Pusat PARI


o No 090/PP PARI/IV/2017 (Pendidikan D-3,D-4,S-2)
D-3 (1,6X) D-4 (1,7X) S-2(1,9X)

19 Tegal Rp 1.617.000 Rp 2.587.200 Rp 2.748.900 Rp 3.072.300


20 Temanggung Rp 1.557.000 Rp 2.491.200 Rp 2.646.900 Rp 2.958.300
21 Wonogiri Rp 1.524.000 Rp 2.438.400 Rp 2.590.800 Rp 2.895.600
22 Wonosobo Rp 1.585.000 Rp 2.536.000 Rp 2.694.500 Rp 3.011.500
23 Batang Rp 1.749.900 Rp 2.799.840 Rp 2.974.830 Rp 3.324.810
24 Kota Magelang Rp 1.580.000 Rp 2.528.000 Rp 2.686.000 Rp 3.002.000
25 Kota Surakarta Rp 1.668.700 Rp 2.669.920 Rp 2.836.790 Rp 3.170.530
26 Kota Salatiga Rp 1.735.930 Rp 2.777.488 Rp 2.951.081 Rp 3.298.267
27 Kota Semarang Rp 2.310.087 Rp 3.696.139 Rp 3.927.148 Rp 4.389.165
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018
Pergub Jateng No 560/94 Tahun 2017

N Kabupaten/Kota UMK Keputusan Pengurus Pusat PARI


o No 090/PP PARI/IV/2017 (Pendidikan D-3,D-4,S-2)
D-3 (1,6X) D-4 (1,7X) S-2(1,9X)

28 Kota Pekalongan Rp 1.765.178 Rp 2.824.285 Rp 3.000.803 Rp 3.353.838


29 Kota Tegala Rp 1.630.500 Rp 2.608.800 Rp 2.771.850 Rp 3.097.950
30 Blora Rp 1.564.000 Rp 2.502.400 Rp 2.658.800 Rp 2.971.600
31 Boyolali Rp 1.651.650 Rp 2.642.640 Rp 2.807.805 Rp 3.138.135
32 Brebes Rp 1.542.000 Rp 2.467.200 Rp 2.621.400 Rp 2.929.800
33 Cilacap Rp 1.841.209 Rp 2.945.934 Rp 3.130.055 Rp 3.498.297
34 Demak Rp 2.065.490 Rp 3.304.784 Rp 3.511.333 Rp 3.924.431
35 Grobogan Rp 1.560.000 Rp 2.496.000 Rp 2.652.000 Rp 2.964.000
TUNJANGAN BAHAYA RADIASI
Melindungi
Meningkatkan prestasi kerja,
Meningkatkan pengabdian
Meningkatkan semangat kerja

TUNJANGAN BAHAYA RADIASI


TUNJANGAN BAHAYA RADIASI (TBR) BAGI
RADIOGRAFER
Dasar Hukum :
1. Perpres No. 138 tahun 2014 tentang Tunjangan
bahaya radiasi bagi pegawai negeri yang bekerja
sebagai pekerja radiasi di bidang kesehatan

2. Permekes 56 tahun 2015 tentang Penetapan nilai


tingkat tunjangan bahaya radiasi bagi pegawai
negeri sipil yang bekerja sebagai pekerja radiasi di
bidang kesehatan
PEKERJA RADIASI
Perpres No. 138/ 2014 : Permenkes No. 56/ 2015 :
Setiap orang yang Setiap Pegawai Negeri
bekerja di instalasi Sipil yang bekerja di
nuklir atau instalasi instalasi nuklir atau
radiasi pengion yang instalasi radiasi pengion
diperkirakan yang diperkirakan
menerima dosis menerima dosis tahunan
tahunan melebihi melebihi dosis untuk
dosis untuk masyarakat umum
masyarakat umum.
a. dokter spesialis radiologi, dokter spesialis onkologi radiasi, dokter spesialis
kedokteran nuklir, dokter gigi spesialis radiologi, dan dokter spesialis kardiologi
yang bekerja pada pelayanan radiologi diagnostik, radioterapi, kedokteran nuklir,
radiologi gigi, dan kardiologi intervensional;
b. radiografer yang bekerja pada pelayanan radiologi
diagnostik, radioterapi, kedokteran nuklir, radiologi
gigi, dan kardiologi intervensional;
c. fisikawan medis yang bekerja pada pelayanan radiologi diagnostik, radioterapi,
kedokteran nuklir, radiologi gigi, dan kardiologi intervensional;
d. perawat yang bekerja pada pelayanan radiologi diagnostik, radioterapi,
kedokteran nuklir, radiologi gigi, dan kardiologi intervensional;
e. tenaga teknisi elektromedis yang bekerja pada pelayanan radiologi diagnostik,
radioterapi, kedokteran nuklir, radiologi gigi, dan kardiologi intervensional;
f. tenaga radiofarmasi yang bekerja pada pelayanan kedokteran nuklir;
g. tenaga teknisi kardiovaskuler yang bekerja pada pelayanan kardiologi
intervensional;
h. tenaga kamar gelap radiologi yang bekerja pada pelayanan radiologi diagnostik,
radioterapi, kedokteran nuklir, radiologi gigi, dan kardiologi intervensional;
i. tenaga administrasi radiologi yang bekerja pada pelayanan radiologi diagnostik,
radioterapi, kedokteran nuklir, radiologi gigi, dan kardiologi intervensional.
Permenkes No. 56/ 2015,Pasal 2:
Pekerja Radiasi yang berhak menerima
tunjangan bahaya radiasi merupakan pegawai
negeri sipil yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang sebagai Pekerja Radiasi, dan
diberi tugas serta tanggung jawab untuk
melakukan pekerjaan yang berhubungan
langsung dan/atau tidak langsung dengan
sumber radiasi serta berada dalam medan
radiasi pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Permenkes No. 56/ 2015,Pasal 3 :
Fasilitas Pelayanan Kesehatan terdiri atas:
a. rumah sakit;
b. puskesmas;
C. klinik/bagian radiologi;
d. balai kesehatan paru masyarakat;
e. balai laboratorium kesehatan;
f. laboratorium pengujian pesawat sinar x, laboratorium
dosimetri radiasi perorangan, laboratorium kalibrasi alat
ukur radiasi di balai/loka pengamanan fasilitas kesehatan;
g. laboratorium radiografi/radioaktif pada institusi
pendidikan radiografer dan fisikawan medik.
Tunjangan bahaya radiasi bagi Pegawai Negeri
yang bekerja sebagai pekerja radiasi di bidang
kesehatan, yang selanjutnya disebut
tunjangan bahaya radiasi adalah tunjangan
khusus yang diberikan kepada Pegawai Negeri
yang bekerja sebagai pekerja radiasi di bidang
kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku atas
potensi risiko bahaya radiasi yang dihadapi
oleh pekerja radiasi bidang kesehatan yang
bersangkutan dalam melaksanakan tugasnya.
JENIS RISIKO DAN TBR (PERMENKES NO
56 TH 2015 :
a. Risiko bahaya radiasi tingkat I adalah risiko bagi pekerja radiasi yang
berhubungan langsung dengan sumber radiasi secara terus menerus,
sebesar Rp 1.150.000,00 (satu juta seratus lima puluh ribu rupiah) setiap
bulan.
b. Risiko bahaya radiasi tingkat II adalah risiko bagi pekerja radiasi yang
berhubungan langsung dengan sumber radiasi sewaktu-waktu, sebesar Rp
950.000,00 (sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulan.
c. Risiko bahaya radiasi tingkat III adalah risiko bagi pekerja radiasi yang
berhubungan dengan sumber radiasi tidak langsung dan berada dalam
medan radiasi terus menerus, sebesar Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima
puluh ribu rupiah) setiap bulan.
d. Risiko bahaya radiasi tingkat IV adalah risiko bagi pekerja radiasi yang
berhubungan dengan sumber radiasi tidak langsung dan berada dalam
medan radiasi sewaktu-waktu, sebesar Rp 425.000,00 (empat ratus dua
puluh lima ribu rupiah) setiap bulan.
SE Menkes No. HK.03.03/MENKES/604/2015 Tentang
Tunjangan Bahaya Radiasi bagi Pekerja Radiasi di bidang
kesehatan :

Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan swasta dan


BUMN untuk dapat memberikan tunjangan bahaya
radiasi bagi pekerja radiasi dengan berpedoman pada
ketentuan yang diatur pada Peraturan Presiden dan
Peraturan Menteri Kesehatan
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
1. Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang
mempekerjakan Radiografer yang tidak memiliki
SIKR.
2. Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib
melaporkan Radiografer yang bekerja dan berhenti
di fasilitas pelayanan kesehatannya kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
kepada Organisasi Profesi.
Tunjangan bahaya radiasi dihentikan apabila Pekerja Radiasi
yang bersangkutan:
a. meninggal dunia;
b. diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil;
c. pindah ke instansi lain atau pindah ke unit lain yang tidak
berada dalam medan radiasi;
d. pindah ke jabatan lain di luar jabatan pekerja radiasi;
e. tidak dapat bekerja sebagai pekerja radiasi;
f. menjalani cuti di luar tanggungan negara;
g. Pekerja Radiasi yang dijatuhi hukuman disiplin berat berupa
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat karena
dijatuhi hukuman disiplin berat karena alasan lain.
PENUTUP
Pengupahan dan Tunjangan Bahaya Radiasi Radiografer

1. Pengupahan seharusnya didasarkan Upah Minimum Kab/Kota


di Jawa Tengah dengan mempertimbangkan tingkat
pendidikan.
2. Tunjangan bahaya radiasi (TBR) bagi PNS didasarkan pada
Permenkes No 56 TH 2015 yang telah ditentukan nominalnya.
3. Tunjangan bahaya radiasi (TBR) bagi Pegawai Swasta didasarkan
pada Surat Edaran Menkes No. HK.03.03/Menkes/604/2015,
nominalnya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing
Rumah Sakit.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai