Anda di halaman 1dari 49

 Dapat menjelaskan peran dan

fungsi perawat dalam gawat


darurat.
 Dapat menjelaskan etik
keperawatan gawat darurat.
 Dapat menjelaskan aspek legal
keperawatan gawat darurat.
1. Mencegah terjadinya kematian,
kecacadan dan atau memburuk
keadaannya.
2. Melaksanakan referal sistem
3. Penangan korban masal dan atau
bencana
 UU NO 36 TAHUN 2009: KESEHATAN
 UU NO 36 TAHUN 2014 : TENAGA KESEHATAN
 UU NO 44 TAHUN 2014 : TENTANG RUMAH SAKIT
 UU NO 38 TAHUN 2014 : TENTANGT KEPERAWATAN
 UU NO. 8/1999 Tentang Perlindungan Konsumen
 UU No. 29/2004 tentang PRAKDOK
 PP No.32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
 Permenkes 290/2008 ttg Persetujuan Tindakan Kedokteran
 Permenkes No. 269/2008 tentang Rekam Medik.
 PermenKes N0 512 /2007 Penyelenggraan Praktek Kedokteran
 PermenKes no. 900/2001 tentang Registrasi dan Praktik bidan.
 Permenkes no. 187/1991 tentang masa bakti dan izin kerja apoteker
 PermenKes perizinan lainnya.
GAWAT DARURAT
Gawat
( mengancam
Nyawa)
Suatu kondisi dimana
korban harus segera
ditolong apabila tidak
segera di tolong akan
mengalami kecacatan
atau
kematian/memperburuk
keadaannya.

Darurat (perlu
tindakan segera)
UU Kesehatan NO 23 TAHUN 1992
Pasal 1
 Dalam Undang-Undang ini yang
dimaksud dengan:
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
2. Gawat Darurat adalah keadaan klinis
pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan
nyawa dan pencegahan kecacatan
lebih lanjut.
KEWENANGAN KEPERAWATAN UU 38 TH 2014 KEPERAWATAN
Pasal 30
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di
bidang upaya kesehatan perorangan,
Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. merencanakan tindakan Keperawatan;
d. melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan
dokter;
i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien
sesuaidengan resep tenaga medis atau
Pasal 35
(1) Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan
pertama, Perawat dapat melakukan tindakan medis dan
pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.
(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan
mencegah kecacatan lebih lanjut.
(3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau
kecacatan Klien.
(4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi
berdasarkan keilmuannya.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasien
Insiden ? Insiden ?

Rawat Inap Insiden ?

Insiden ? Pemeriksaan
Tindakan

Penunjang

Insiden ?

PROSES PELAYANAN
 Tingkat kegawatan dan jumlah pasien sulit
diprediksi
 Ketebatasan waktu,data & sarana: pengkajian,
diagnosis, dan tindakan
 Keperawatan diberikan untuk seluruh usia,
 Tindakan memerlukan kecepatan dan ketepatan
yang tinggi
 Saling ketergantungan yang tinggi antara profesi
kesehatan

10
MASALAH ETIK
 PASAL 29
f. melaksanakan fungsi sosial antara lain
dengan memberikan fasilitas pelayanan
pasien tidak mampu/miskin, pelayanan
gawat darurat tanpa uang muka,
ambulan gratis, pelayanan korban
bencana dan kejadian luar biasa, atau
bakti sosial bagi misi kemanusiaan;
KODE ETIK KEPERAWATAN

1. Perawat dan Klien

A. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat


dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh
oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jenis kelamin,
aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

B. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa


memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat istiadat dan kelangsungan beragama dan klien.

C. Tanggung jawab adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan


keperawatan.

D. Perawatan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui


sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika
diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
2. Perawat dan Praktek

A. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang


keperawatan melalui belajar terus menerus.

B. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang


tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan
serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

C. Perawat dalam membuat keputuasan didasarkan pada informasi yang


akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang
bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan
delegasi kepada orang lain.

D. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan


dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.
3. Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggungjawab bersama
.
masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung
berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan
dan kesehatan masyarakat

 4. Perawat dan Teman Sejawat

A. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama


perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
B. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten,
tidak etis dan ilegal.
5. Perawat dan Profesi

A. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar


pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan
dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.

B. Perawat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan profesi


keperawatan.

C. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk


membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi
terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
1. Kewajiban Terhadap Klien dan Masyarakat

A. Senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah


jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.

B. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi


harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra
bidan.

C. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman


pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.

D. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan


klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat.
D. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat
dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

E. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi


dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong
partisipasi masyarakat unntuk meningkatkan derajat kesehatan
secara optimal.
2. Kewajiban Terhadap Tugasnya

A. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien,


keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang
dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

B. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai


kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk
keputusan mengadakan konsultasi dan/ atau rujukan.

C. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat


dan/ atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan
atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.
3. Kewajiban Bidan Terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan
Lainnya

A. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk


menciptakan suasana kerja yang serasi.

B. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati


baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
4. Kewajiban Terhadap Profesinya

A. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.

B. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan


kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

C. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan


kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya.
5. Kewajiban Bidan Terhadap Diri Sendiri

Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas


profesinya dengan baik. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan
pengetahuan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

6. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa dan Tanah


Air

Bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-


ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/
KB dan kesehatan keluarga.

Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya


kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan KIA/ KB dan kesehatan keluarga.
ASPEK LEGAL KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
UU 36/ 2009 TENTANG KESEHATAN
Pasal 13
SURAT IZIN PRAKTEK

(1) Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di Rumah


Sakit wajib memiliki Surat Izin Praktik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.

(2) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit


wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus


bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan
Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika
profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan
keselamatan pasien.
 Pasal 44
 (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik
wajib memiliki STR.
 (2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh konsil masing-masing Tenaga Kesehatan setelah
memenuhi persyaratan.
 (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
 a. memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan;
 b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
 c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
 d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan
sumpah/janji profesi; dan
 e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
 Pasal 85
 (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang dengan sengaja menjalankan praktik
tanpa memiliki STR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1)
dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
 (2) Setiap Tenaga Kesehatan warga negara asing yang dengan sengaja
memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki STR Sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dipidana dengan
pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
 Pasal 86
 (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik tanpa memiliki
izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dipidana dengan
pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
 (2) Setiap Tenaga Kesehatan warga negara asing yang dengan sengaja
memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki SIP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
 Pasal 29
 (1) Dalam menyelenggarakan Praktik
Keperawatan, Perawat bertugas sebagai:
 a. pemberi Asuhan Keperawatan;
 b. penyuluh dan konselor bagi Klien;
 c. pengelola Pelayanan Keperawatan;
 d. peneliti Keperawatan;
 e. pelaksana tugas berdasarkan
pelimpahan wewenang; dan/atau
 f. pelaksana tugas dalam keadaan
keterbatasan tertentu.
 Ayat. 1Perawat dalam melaksanakan tugas
keperawatan berhak Memperoleh
perlindungan hukum sepanjanng
melaksanakan tugas sesuai dengan standar
pelayanan, standar profes, standar prosedur
operasional, dan ketentuan perundang
undangan yang berlaku
UNDANG-UNDANG NO 44 TAHUN 2009
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK
Bagian Kesatu

Pasal 29
(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan
Rumah Sakit kepada masyarakat;
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang
aman,bermutu,antidiskriminasi,dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayanan Rumah Sakit;
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien
sesuai kemampuan pelayanannya;
d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada bencana, sesuai dengan kemampuan
pelayanannya;
(2) Pelangaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat dikenakan sanksi administratif berupa:
a. Teguran;
b. teguran tertulis; atau
c. denda dan pencabutan izin Rumah Sakit.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Rumah Sakit


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
UU 36/ 2009 TENTANG KESEHATAN
Pasal 58 ganti rugi

(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap


seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan
yang diterimanya.

(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1


tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan
tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan
kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
Diatur sebagai hak pasien dalam UU
No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53
ayat 2 dan Peraturan Menteri Kesehatan
No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan
Medis.
 Dalam keadaan gawat darurat di mana
harus segera dilakukan tindakan medis
pada pasien yang tidak sadar dan tidak
didampingi keluarga pasien, tidak perLu
persetujuan dari siapapun (pasal 11
Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989).
BAB XX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 190

1. Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga


kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak
memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang
dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2(dua) tahun dan denda
paling banyak Rp 200.000.000,00 ( dua ratus juta rupiah

2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian,
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
UU 49 KESEHATAN 2009
Pasal 190
(1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dan/atau tenaga kesehatan yang
melakukan praktik atau pekerjaan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang
dengan sengaja tidak memberikan
pertolongan pertama terhadap pasien
yang dalam keadaan gawat darurat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun dan denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah
UU 49 KESEHATAN 2009
Pasal 190
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana
dimaksud padaayat (1)
mengakibatkan terjadinya kecacatan
atau kematian, pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan dan/atau
tenaga kesehatan tersebut dipidana
dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
SANKSI PIDANA
Pasal 531 KUHP :
Barangsiapa ketika menyaksikan bahwa ada orang dalam
keadaan bahaya maut tidak memberi pertolongan yang dapat
diberikan padanya tanpa selayaknya menimbulkan bahaya bagi
dirinya atau orang lain, diancam, jika kemudian orang itu me-
ninggal, dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan atau denda
paling banyak ..………………….
Di Amerika berlaku Good Samaritan Law, yaitu UU
yang memberikan immunitas dari tuntutan hukum kepada dokter jika melakukan
kesalahan yang tidak seberapa besar (bukan gross negligent) ketika melakukan
emergency care.
1. Jika pasien masih bisa diajak komunikasi, informed
consent tetap penting, tetapi bukan prioritas sebab prio-
ritas pertama adalah menyelamatkan jiwa.
Jadi pelaksanaan informed consent tidak boleh menjadi
penghambat / penghalang dilakukannya emergency care.
2. UU Praktik Kedokteran menyatakan bahwa dalam
keadaan emergensi tidak diperlukan informed consent.
3. Yurisprudensi di berbagai negara maju menunjukkan
kesamaan prinsip, bahwa tindakan emergency care da-
pat dilakukan tanpa informed consent.
4. Dalam kasus Mohidin (Sukabumi), hakim membenarkan
tindakan dokter mencopot bola mata yang sakit tanpa
informed consent guna kepentingan menyelamatkan
mata yang sehat berdasarkan teori “sympatico optalmia”.
KORBAN ANAK-ANAK
Jika korban anak-anak maka tindakan medik tanpa informed
consent dapat dilakukan jika:
1. Tindakan medik tersebut merupakan tindakan medik terapetik
(bukan eksperimental).
2. Tanpa tindakan medik tersebut anak akan mati.
3. Tindakan medik tersebut memberikan harapan atau peluang
pada anak untuk hidup normal, sehat dan bermanfaat.
(Goldstein, Freud dan Solnit)
Jadi kepentingan anak harus lebih diutamakan dari pada
kepentingan siapapun, termasuk kepentingan (keberatan) orang-
tuanya !!!
1. Skilled in clients assessment (Terampil
dalam penilaian klien )
2. Priority setting & critical thinking
(Prioritas pengaturan & berpikir kritis)
3. Multitasking (knowledge emergency
care & technical skills) (pengetahuan
darurat perawatan & keterampilan
teknis)
4. Communication
 Pertama dan utama hrs trampil dlm
pengkajian
 Tidak hanya mampu membedakan dg
cepat dan tepat antara “normal” dengan
“tdk normal”, tetapi juga harus mampu
mengkategorikan temuan dari pengkajian
menurut usia dan hal relevan lainnya.

41
 Keadaan/kondisi penyakit yang ada
sebelumnya, atau comorbiditas, harus dikaitkan
dengan temuan hasil pengkajian, apakah
kondisi tersebut berpengaruh buruk atau
menjadi komPlikasi
Contoh:
Klien trauma mengalami fraktur costae,
punya riwayat PPOK/COPD dapat
mengalami ketidakmampuan memelihara
oksigensai yg adekuat jika tidak dilakukan
intubasi endotracheal dan dukungan
ventilator
42
Contoh:
Klien tiba di UGD tidak sadarkan diri akibat
terjatuh. Mempunyai riwayat DM Tipe 1.
Apakah perubahan tingkat kesadaran tsb
akibat dari hipoglikemia atau cedera
intrakranial ?

Harus segera dikaji kadar gula darah, juga


melakukan protokol trauma cedera kepala
43
 Terampil dlm memprioritaskan masalah
 Keterampilan ini akan bertambah melalui
pengalaman klinik di UGD

44
 Dasar pengetahuan harus luas
 Tidak hanya penyakit medikal-bedah
 Pengetahuan lain dibutuhkan:
› Keracunan (ular/serangga)
› Hipotermia
› Kontaminasi material berbahaya, dll
 Implikasi masalah sosial:
› Child abuse
› Sexual assault, dll

45
 Harus cakap melalukan berbagai keterampilan
teknikal (multitasking)
 Prosedur umum di UGD:
› Jahit luka simpel/kompleks
› Membuang benda asing
› Central line insertion
› Endotracheal intubation
› Lumbar functure
› Pelvic examination
› Chest tube insertion
› Peritoneal lavage
› Fracture management, dll
46
 Di UGD banyak hambatan utk berkomunikasi efektif
 Dlm keadaan ramai dan jumlah staf keperawatan yang
kurang, akan mengalami kesulitan komunikasi dg klien
dan melakukan dokumentasi tertulis yang baik
 Perlu menggunakan standar komunikasi profesional
terbaik yang dimiliki ketika hambatan yg ada tidak
dapat diatasi
 Kadang diperlukan modifikasi praktik, dengan tetap
menjaga keamanan/keselamatan dan harkat/martabat
pasien.
 Libatkan resources tambahan untuk mengelola
permasalahan jika memungkinkan
47
Safety Consideration Interventions to Minimize Risk
Identifikasi pasien • Berikan gelang/tanda pengenal tiap pasien
• Gunakan 2 identitas: nama, tgl lahir
Pencegahan cedera • Pasang penghalang tempat tidur
pasien • Tempat tidur direndahkan
• Ingatkan pasien utk menggunakan bel/lampu panggil utk
meminta bantuan
• Reorientasikan pasien bingung scr sering
• Jika pasien bingung, minta keluarga utk mengawasi pasien
• Lakukan tindakan pencegahan pd kulit utk pasien yang berisiko
mengalami kerusakan kulit
Risiko kesalahan dan • Gali riwayat melalui pasien dan keluarga
kejadian yg tdk • Cek pasien melalui gelang/tanda pengenal
diharapkan
Pencegahan bahaya • Gunakan kewaspadaan standar tiap saat
staf • Antisipasi kemarahan, serangan pasien, dan perilaku keluarga
• Rencanakan pilihan-pilihan jika kekerasan terjadi, termasuk
meminta bantuan pihak keamanan.
(Ignatavicius & Workman, 2006, p 159) 48

Anda mungkin juga menyukai