Anda di halaman 1dari 50

PENDAHULUAN

• Mata merupakan organ yang mengandung


reseptor penglihatan pada salah satu
bagiannnya yang disebut retina
• Retina merupakan reseptor permukaan untuk
informasi visual.
• Retina dan jaras-jaras penglihatan anterior
sering memberi petunjuk diagnostik penting
untuk berbagai gangguan sistem saraf pusat
• Pada pembahasan ini akan dijelaskan
kerusakan yang mengenai nervus optikus
karena peradangan

• Neuritis optik adalah peradangan atau


demielinisasi saraf optikus akibat berbagai
macam penyakit
Sumber:
• Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.Hal 268, 274-287.
• Ilyas Sidharta, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi ke tiga, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta, 2006. Hal 179-188.
RETINA
• Retina adalah lembar jaringan saraf berlapis yang
tipis dan semitransparan yang melapisi bagian
dalam dua pertiga posterior diding bola mata.
• Retina mempunyai tebal 0,1mm pada ora serata
dan 0,56 mm pada kutub posterior
• Ditengah-tengah retina posterior terdapat macula
berukuran 5,5-6mm
• Macula lutea memiliki diameter 3 mm dan
ditengahnya terdapat fovea yang berdiameter 1,5
mm
10 Lapisan Retina
• membran limitans interna • lapisan pleksiform luar
• lapisan serat saraf (mengandung sambungan
(mengandung akson-akson sel bipolar dan horizontal
sel ganglion yang berjalan dengan fotoreseptor)
menuju nervus opticus) • lapisan inti luar sel
• lapisan sel ganglion fotoreseptor
• lapisan pleksiform dalam • membrane limitans
(mengandung sambungan eksterna
sel ganglion dengan sel • lapisan fotoreseptor
bipolar) segmen dalam dan luar
• lapisan inti dalam badan- batang dan kerucut
badan sel bipolar • epitel pigmen retina.

Sumber: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.Hal 268, 274-287.
• Komponen yang paling utama dari retina adalah
sel-sel reseptor sensoris atau fotoreseptor dan
beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan
• Lapisan terdalam (neuron pertama) retina
mengandung fotoreseptor (sel batang dan sel
kerucut) dan dua lapisan yang lebih superfisial
mengandung neuron bipolar (lapisan neuron
kedua) serta sel- sel ganglion (lapisan neuron
ketiga).
• Sel batang berfungsi dalam proses penglihatan
redup dan gerakan. Sel batang memiliki
sensitivitas cahaya yang lebih tinggi daripada sel
kerucut dan berfungsi pada penglihatan perifer
• sel kerucut berperan dalam fungsi penglihatan
terang, penglihatan warna, dan
ketajamanpenglihatan , Sel kerucut mampu
membedakan warna dan memiliki fungsi
penglihatan sentral
• Nervus kranialis II merupakan indera untuk
penglihatan
• Cahaya dideteksi oleh sel-sel batang dan
kerucut di retina, yang dapat dianggap sebagai
end-organ sensorik khusus untuk penglihatan
• Badan sel dari reseptor-reseptor ini
mengeluarkan tonjolan (prosesus) yang
bersinaps dengan sel bipolar neuron kedua di
jaras penglihatan
• Sel- sel bipolar kemudian bersinaps dengan
sel-sel ganglion retina. Akson –akson sel
ganglion membentuk lapisan serat saraf pada
retina dan menyatu membentuk nervus
optikus
• Saraf keluar dari bagian belakang bola mata
dan berjalan ke posterior kemudian masuk
kedalam rongga tengkorak melalui kanalis
optikus
• Didalam tengkorak, dua nervus optikus
menyatu membentuk kiasma optikus. Di
kiasma, lebih dari serabut (yang berasal dari
separuh retina bagian nasal) mengalami
dekusasi dan menyatu dengan serabut-
serabut temporal yang tidak menyilang dari
nervus optikus kontralateral untuk
membentuk traktus optikus.
• Didalam tengkorak, dua nervus optikus
menyatu membentuk kiasma optikus. Di
kiasma, lebih dari serabut (yang berasal dari
separuh retina bagian nasal) mengalami
dekusasi dan menyatu dengan serabut-
serabut temporal yang tidak menyilang dari
nervus optikus kontralateral untuk
membentuk traktus optikus.
• Nervus optikus bermula dari optik disk dan
berlanjut sampai ke kiasma optikum, dimana ke
dua nervus tersebut menyatu. Serat ini juga
mengandung serat aferen untuk reflex pupil.
Secara morfologi dan embriologi, neuritis optikus
merupakan saraf sensorik. Tidak seperti saraf
perifer nervus optikus tidak dilapisi oleh
neurilema sehingga tidak dapat beregenerasi jika
terpotong. Serat nervus optikus mengandung 1,0-
1,2 juta serat saraf.
Bagian nervus optikus
Nervus optikus memiliki panjang sekitar 47-50
mm, dan dapat dibagi mejadi 4 bagian :
• Intraocular (1 mm) : menembus sklera (lamina
kribrosa), koroid dan masuk ke mata sebagai
papil disk.
• Intraorbital (30 mm) : memanjang dari
belakang mata sampai ke foramen optik
• Intrakanalikular (6-9 mm) : sangat dekat
dengan arteri oftalmika yang berjalan
inferolateral dan melintasi secara oblik, dan
ketika memasuki mata dari sebelah medial.
• Intrakranial (10 mm) : melintas di atas sinus
kavernosus kemudian menyatu membentuk
kiasma optikum

Sumber: American Academy of Opthalmology. Section 5 Neuro-Opthalmology. San Fransisco : LEO. 2008-2009. Page 25-26
Lesi saraf optik
• Penyebab umum dari lesi saraf optik adalah:
optik atrofi, trauma pada saraf optik,
neuropati optik, dan neuritis optikus akut.
Lesi melalui bagian proksimal saraf optik
• Gambaran penting dari lesi tersebut yaitu
hemianopsia ipsilateral dan kontralateral,
hilangnya refleks cahaya langsung pada sisi
yang terkena dan reflek cahaya tidak langsung
pada sisi kontralateral
Lesi kiasma sentral
• Dicirikan oleh hemianopsia bitemporal dan
kelumpuhan refleks pupil. Biasanya diahului oleh
atrofi optik pada sebagian akhir nervus optikus.
Penyebab umum lesi kiasma pusat adalah
suprasellar aneurisma, tumor kelenjar hipofise,
kraniofaringioma, meningioma suprasellar,
glioma ventrikel ketiga, hidrosefalus akibat
obstruktif ventrikel tiga, dan kiasma arachnoiditis
kronis
Lesi kiasma lateral
• Gambaran menonjol pada lesi ini yaitu
hemianopia binasal dengan kelumpuhan
refleks pupil. Penyebab umum dari lesi
tersebut diantaranya penggelembungan dari
ventrikel ketiga yang menyebabkan tekanan
pada setiap sisi kiasma dan ateroma dari
carotis atau arteri communican posterior.
Lesi saluran optik
• Ditandai dengan hemianopia homonim terkait
dengan reaksi pupil kontralateral (Reaksi
Wernicke). Lesi ini biasanya diahului oleh atrofi
optik pada sebagian akhir nervus optikus dan
mungkin berhubungan dengan kelumpuhan saraf
ketiga kontralateral serta hemiplegik ipsilateral.
Penyebab umum lesi ini diantaranya lesi sifilis,
tuberkulosis, dan aneurisma dari serebeli atas
atau arteri serebral posterior
Lesi radiasi optik
• Gambaran berbeda-beda tergantung pada lokasi lesi.
Keterlibatan radiasi optik total mengakibatkan
hemianopsia homonim total. Hemianopia kuadrantik
inferior (pie on the floor) terjadi pada lesi lobus
parietal (mengandung serat unggul radiasi optik).
Hemianopia kuadrantik superior (pie on the sky) dapat
terjadi setelah lesi dari lobus temporal (mengandung
serat radiasi optik inferior). Biasanya lesi dari radiasi
optic terjadi akibat oklusi pembuluh darah, tumor
primer dan sekunder, serta trauma
Lesi badan genikulatam lateral
• Lesi ini mengakibatkan hemianopia homonim
dengan refleks pupil minimal, dan mungkin
berakhir dengan atrofi optik parsial
Lesi korteks visual
• Kerusakan makula homonim pada lesi ujung
korteks oksipital yang dapat terjadi sebagai
akibat cedera kepala atau cedera ditembak
senapan. Refleks cahaya pupil normal dan
atrofi optik tidak diikuti lesi korteks visual
Lesi jalur visual
• Kerusakan makula homonim pada lesi ujung
korteks oksipital yang dapat terjadi sebagai
akibat cedera kepala atau cedera ditembak
senapan. Refleks cahaya pupil normal dan
atrofi optik tidak diikuti lesi korteks visual
DEFINISI
• Neuritis optik adalah radang nervus optikus,
Neuritis optik terjadi akibat saraf optik yang
membawa impuls penglihatan ke otak
mengalami peradangan serta sarung mielin
yang membungkus saraf tersebut mengalami
kerusakan (proses ini disebut juga
demielinisasi).
EPIDEMIOLOGI
• Studi epidemiologi menunjukan kejadian neuritis
optikus berkisar 4- 5 per 100.000 populasi
• umur dewasa muda 20-45 tahun, neuritis optikus
biasanya bersifat unilateral dan lebih banyak pada
wanita (3:1)
• neuritis optik pada anak lebih jarang terjadi, yaitu
hanya kurang lebih 5% kasus, biasanya bersifat
bilateral, timbul palpitis, dan mempunyai
kecenderungan menjadi sklerosis multipel lebih
rendah
• Sumber: A.K. Khurana. Comprehenship Opthalmology 4th Edition dalam Chapter 12-New Age International 2007. P 288-96.
• Erhan Ergene, MD. Adult Optic Neuritis. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1217083 tanggal 20 September 2014
KLASIFIKASI

Neuritis optik

- intraokular, yang mengenai Retrobulbar ( yang mengenai


bagian saraf bola mata bagian saraf di belakang bola
(papillitis) mata)

Sumber : Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.Hal 268, 274-287.
ETIOLOGI

Idiopatik

Demielinatif Sklerosismultiple

Neuromielitis
optika
Diperantarai imun

Neuritis Lupus Neuritis optik


optik pasca Ensefalomielitis Polineuropati eritematosus pasca
infeksi diseminata akut idiopatik akut sistemik imunisasi
virus

Sumber : Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.Hal 268, 274-287.
Penyakit
peradangan
sekitar

Penyakit sinus,
Peradangan
termasuk Penyakit orbita
intraocular
mukormikosis
Infeksi Herpes zoster, sifilis, tuberkulosis, crytococcosis, cytomegalovirus

langsung

Neuropati
optik Sarkoidosis,
Idiopatik

granulomatosa

Penyakit meningitis, ensefalitis

intracranial
PATOGENESIS
• penyebab neuritis optikus paling sering adalah
inflamasi demielinisasi dari saraf optik.
Patologi yang terjadi sama dengan yang terjadi
pada multipel sklerosis (MS) akut, yaitu
adanya plak di otak dengan perivascular
cuffing, edema pada selubung saraf yang
bermielin, dan pemecahan mielin
• Hingga saat ini reaksi autoimun merupakan
teori yang masih dipegang dalam patofisiologi
neuritis optik. Dalam reaksi ini myelin nervus
optikus mengalami destruksi sehingga akson
hanya dapat memberikan impuls listrik dalam
jumlah yang sangat kecil. Bila keadaan ini
terus menerus terjadi, maka sel ganglion
retina aka mengalami kerusakan ireversibel
• Setelah destruksi myelin berlangsung, axon
dari sel ganglion retina akan mulai
berdegenerasi. Monosit melokalisir daerah
tersebut diikuti oleh makrofag untuk
memfagosit myelin. Antrosit kemudian
berproliferasi dengan diikuti deposisi jaringan
sel glia. Daerah gliotik (sklerotik) dapat
berambah jumlahnya dan meluas ke otak dan
medulla spinalis (multipel sklerosis).
• Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina
dapat mendahului demielinisasi dan
terkadang terlihat sebagai retinal vein
sheathing. Kehilangan mielin dapat melebihi
hilangnya akson
• Nervus optikus mengandung serabut-serabut syaraf
yang mengantarkan informasi visual dari sel-sel
nervus retina ke dalam sel-sel nervus di otak.
• Retina mengandung sel fotoreseptor, merupakan
suatu sel yang diaktivasi oleh cahaya dan
menghubungkan ke sel-sel retina lain disebut sel
ganglion. Kemudian mengirimkan sinyal proyeksi
yang disebut akson ke dalam otak. Melalui rute ini,
nervus optikus mengirimkan impuls visual ke otak.
• Sehingga ketika nervus tersebut inflamasi, sinyal
visual yang dihantarkan ke otak menjadi terganggu
dan pandangan menjadi lemah
GEJALA dan TANDA
• Keluhan utama pada neutiris optikus adalah
sama, baik pada papilitis, dimana saraf yang
terkena terletak intraokular, maupun pada
neuritis retrobulbar yang mengenai saraf
ekstra okular
Gambaran akut

• Gejala neuritis optik biasanya monokular,


namun dapat mengenai kedua mata
terutama pada anak-anak.
• Hilangnya penglihatan tiba-tiba selama
beberapa jam sampai beberapa hari
• Nyeri pada mata
• Defek pupil aferen (afferent pupillary defect)
• Defek lapang pandang: Pada neuritis optik,
lapang penglihatan perifer menyempit secara
konsentris, terdapat skotoma sentral
• Buta warna pada mata yang terkena, terjadi
pada 88% pasien
Gambaran Kronik

• Kehilangan penglihatan secara persisten.


Kebanyakan pasien neuritis optik mengalami
perbaikan penglihatan dalam 1 tahun.
• Defek pupil aferen relatif tetap bertahan pada
25% pasien dua tahun setelah gejala awal.
• Desaturasi warna, terutama warna merah. Pasien
dengan desaturasi warna merah akan melihat
warna merah sebagai pink, atau orange bila
melihat dengan mata yang terkena
• Fenomena Uhthoff
• Diskus optik terlihat mengecil dan pucat,
terutama didaerah temporal. Pucatnya diskus
meluas sampai batas diskus ke serat retina
peripapil .
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Penglihatan yang kabur (visus turun) mendadak
• Adanya bintik buta
• Perbedaan subjektif pada terangnya cahaya
• Persepsi warna yang terganggu
• Kekaburan penglihatan ketika beraktivitas dan
meningkatnya suhu dan berkurang jika
beristirahat.
• Rasa sakit pada mata yang mengganggu dan lebih
sering pada tipe neuritis retrobulbar daripada
tipe papilitis.
• Gejala berlangsung sementara pada salah satu
mata (pada pasien dewasa). Sedangkan pada
pasien anak, biasanya mengenai kedua mata.
Terdapat riwayat demam atau imunisasi
sebelumnya pada anak akan mendukung
diagnosis.
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan visus. Hilangnya visus dapat ringan
(20/30), sedang (20/60), maupun berat (20/70).
• Pemeriksaan lapang pandang, biasanya berupa
skotoma sentral
• Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan
refleks cahaya langsung yang menurun atau
hilang.
• Penglihatan warna berkurang.
• Adaptasi gelap mungkin menurun.
Pemeriksaan penunjang
• Funduskopi : Pemeriksaan funduskopi pada
papilitis terlihat gambaran hiperemia dan
edema diskus optik sehingga membuat batas
diskus tidak jelas. Pada papil terlihat
perdarahan, eksudat star figure yang
menyebar dari papil ke makula, dengan
perubahan pada pembuluh darah retina dan
arteri menciut dengan vena yang melebar.
• MRI : diperlukan untuk melihat nervus optikus
dan korteks serebri
• Pungsi lumbal dan pemeriksaan
darah (Dilakukan untuk melihat adanya
proses infeksi atau inflamasi)
• Slit lamp (Adanya sel radang pada vitreous)
• Visually evoked response (VER) terganggu dan
menunjukan penurunan amplitude dan
perlambatan waktu transmisi
PENATALAKSANAAN
Dari hasil MRI bila terdapat minimum 1 lesi demielinasi
tipikal : Regimen selama 2 minggu :
• 3 hari pertama diberikan Methylprednisolone
1kg/kg/hari i.v
• 11 hari setelahnya dilanjutkan dengan Prednisolone
1mg/kg/hari oral
• Tapering off dengan cara 20 mg prednisone oral untuk
hari pertama (hari ke 15 sejak pemberian obat) dan 10
mg prednisone oral pada hari ke-2 sampai ke-4
• Dapat diberikan Ranitidine 150 mg oral untuk profilaksis
gastritis
Dari hasil MRI bila 2 atau lebih lesi demielinasi :
• Menggunakan regimen yang sama dengan yang di atas.
• Merujukan pasien ke spesialis neurologi untuk terapi
interferon -1 intramuskular seminggu sekali selama
28 hari.
• Metilprednisolon IV (1 g per hari, dosis tunggal atau
dosis terbagi selama 3 hari) diikuti dengan prednison
oral (1 mg/kg BB/hari selama 11 hari kemudian 4 hari
tappering off). Tidak menggunakan oral prednisolone
sebagai terapi primer karena dapat meningkatkan
resiko rekuren atau kekambuhan
Dengan tidak ada lesi demielinasi dari hasil MRI :
• Risiko terjadi MS rendah, kemungkinan terjadi
sekitar 22% setelah 10 tahun kemudian
• Intravena steroid dapat digunakan untuk
mempercepatkan pemulihan visual
• Biasanya tidak dianjurkan untuk terapi kecuali
muncul gangguan visual pada mata
kontralateral
• MRI lagi dalam 1 tahun kemudian6
KOMPLIKASI
• Kehilangan penglihatan pada neuritis optik dapat
terjadi permanen. Neuritis retrobulbar mungkin terjadi
walaupun merupakan suatu neuritis optik yang terjadi
cukup jauh di belakang diskus optikus.

• Neurits optik yang disebabkan oleh sklerosis multipel


memiliki ciri khas kekambuhan dan remisi. Disabilitas
yang menetap cenderung meningkat pada setiap
kekambuhan. Peningkatan suhu tubuh dapat
memperparah disabilitas (fenomena Uhthoff)
khususnya gangguan penglihatan
PROGNOSIS
• Penyembuhan pada neuritis optik berjalan
secara bertahap. Pada banyak pasien neuritis
optik, fungsi visual mulai membaik 1 minggu
sampai 3 minggu
• Rekurensi dapat terjadi pada mata yang lain,
kira-kira 30% dalam 5 tahun.
• Tiap kekambuhan akan menyebabkan
pemulihan yang tidak sempurna dan
memperburuk penglihatan

Anda mungkin juga menyukai