Optic Neuritis
Optic Neuritis
Sumber: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.Hal 268, 274-287.
• Komponen yang paling utama dari retina adalah
sel-sel reseptor sensoris atau fotoreseptor dan
beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan
• Lapisan terdalam (neuron pertama) retina
mengandung fotoreseptor (sel batang dan sel
kerucut) dan dua lapisan yang lebih superfisial
mengandung neuron bipolar (lapisan neuron
kedua) serta sel- sel ganglion (lapisan neuron
ketiga).
• Sel batang berfungsi dalam proses penglihatan
redup dan gerakan. Sel batang memiliki
sensitivitas cahaya yang lebih tinggi daripada sel
kerucut dan berfungsi pada penglihatan perifer
• sel kerucut berperan dalam fungsi penglihatan
terang, penglihatan warna, dan
ketajamanpenglihatan , Sel kerucut mampu
membedakan warna dan memiliki fungsi
penglihatan sentral
• Nervus kranialis II merupakan indera untuk
penglihatan
• Cahaya dideteksi oleh sel-sel batang dan
kerucut di retina, yang dapat dianggap sebagai
end-organ sensorik khusus untuk penglihatan
• Badan sel dari reseptor-reseptor ini
mengeluarkan tonjolan (prosesus) yang
bersinaps dengan sel bipolar neuron kedua di
jaras penglihatan
• Sel- sel bipolar kemudian bersinaps dengan
sel-sel ganglion retina. Akson –akson sel
ganglion membentuk lapisan serat saraf pada
retina dan menyatu membentuk nervus
optikus
• Saraf keluar dari bagian belakang bola mata
dan berjalan ke posterior kemudian masuk
kedalam rongga tengkorak melalui kanalis
optikus
• Didalam tengkorak, dua nervus optikus
menyatu membentuk kiasma optikus. Di
kiasma, lebih dari serabut (yang berasal dari
separuh retina bagian nasal) mengalami
dekusasi dan menyatu dengan serabut-
serabut temporal yang tidak menyilang dari
nervus optikus kontralateral untuk
membentuk traktus optikus.
• Didalam tengkorak, dua nervus optikus
menyatu membentuk kiasma optikus. Di
kiasma, lebih dari serabut (yang berasal dari
separuh retina bagian nasal) mengalami
dekusasi dan menyatu dengan serabut-
serabut temporal yang tidak menyilang dari
nervus optikus kontralateral untuk
membentuk traktus optikus.
• Nervus optikus bermula dari optik disk dan
berlanjut sampai ke kiasma optikum, dimana ke
dua nervus tersebut menyatu. Serat ini juga
mengandung serat aferen untuk reflex pupil.
Secara morfologi dan embriologi, neuritis optikus
merupakan saraf sensorik. Tidak seperti saraf
perifer nervus optikus tidak dilapisi oleh
neurilema sehingga tidak dapat beregenerasi jika
terpotong. Serat nervus optikus mengandung 1,0-
1,2 juta serat saraf.
Bagian nervus optikus
Nervus optikus memiliki panjang sekitar 47-50
mm, dan dapat dibagi mejadi 4 bagian :
• Intraocular (1 mm) : menembus sklera (lamina
kribrosa), koroid dan masuk ke mata sebagai
papil disk.
• Intraorbital (30 mm) : memanjang dari
belakang mata sampai ke foramen optik
• Intrakanalikular (6-9 mm) : sangat dekat
dengan arteri oftalmika yang berjalan
inferolateral dan melintasi secara oblik, dan
ketika memasuki mata dari sebelah medial.
• Intrakranial (10 mm) : melintas di atas sinus
kavernosus kemudian menyatu membentuk
kiasma optikum
Sumber: American Academy of Opthalmology. Section 5 Neuro-Opthalmology. San Fransisco : LEO. 2008-2009. Page 25-26
Lesi saraf optik
• Penyebab umum dari lesi saraf optik adalah:
optik atrofi, trauma pada saraf optik,
neuropati optik, dan neuritis optikus akut.
Lesi melalui bagian proksimal saraf optik
• Gambaran penting dari lesi tersebut yaitu
hemianopsia ipsilateral dan kontralateral,
hilangnya refleks cahaya langsung pada sisi
yang terkena dan reflek cahaya tidak langsung
pada sisi kontralateral
Lesi kiasma sentral
• Dicirikan oleh hemianopsia bitemporal dan
kelumpuhan refleks pupil. Biasanya diahului oleh
atrofi optik pada sebagian akhir nervus optikus.
Penyebab umum lesi kiasma pusat adalah
suprasellar aneurisma, tumor kelenjar hipofise,
kraniofaringioma, meningioma suprasellar,
glioma ventrikel ketiga, hidrosefalus akibat
obstruktif ventrikel tiga, dan kiasma arachnoiditis
kronis
Lesi kiasma lateral
• Gambaran menonjol pada lesi ini yaitu
hemianopia binasal dengan kelumpuhan
refleks pupil. Penyebab umum dari lesi
tersebut diantaranya penggelembungan dari
ventrikel ketiga yang menyebabkan tekanan
pada setiap sisi kiasma dan ateroma dari
carotis atau arteri communican posterior.
Lesi saluran optik
• Ditandai dengan hemianopia homonim terkait
dengan reaksi pupil kontralateral (Reaksi
Wernicke). Lesi ini biasanya diahului oleh atrofi
optik pada sebagian akhir nervus optikus dan
mungkin berhubungan dengan kelumpuhan saraf
ketiga kontralateral serta hemiplegik ipsilateral.
Penyebab umum lesi ini diantaranya lesi sifilis,
tuberkulosis, dan aneurisma dari serebeli atas
atau arteri serebral posterior
Lesi radiasi optik
• Gambaran berbeda-beda tergantung pada lokasi lesi.
Keterlibatan radiasi optik total mengakibatkan
hemianopsia homonim total. Hemianopia kuadrantik
inferior (pie on the floor) terjadi pada lesi lobus
parietal (mengandung serat unggul radiasi optik).
Hemianopia kuadrantik superior (pie on the sky) dapat
terjadi setelah lesi dari lobus temporal (mengandung
serat radiasi optik inferior). Biasanya lesi dari radiasi
optic terjadi akibat oklusi pembuluh darah, tumor
primer dan sekunder, serta trauma
Lesi badan genikulatam lateral
• Lesi ini mengakibatkan hemianopia homonim
dengan refleks pupil minimal, dan mungkin
berakhir dengan atrofi optik parsial
Lesi korteks visual
• Kerusakan makula homonim pada lesi ujung
korteks oksipital yang dapat terjadi sebagai
akibat cedera kepala atau cedera ditembak
senapan. Refleks cahaya pupil normal dan
atrofi optik tidak diikuti lesi korteks visual
Lesi jalur visual
• Kerusakan makula homonim pada lesi ujung
korteks oksipital yang dapat terjadi sebagai
akibat cedera kepala atau cedera ditembak
senapan. Refleks cahaya pupil normal dan
atrofi optik tidak diikuti lesi korteks visual
DEFINISI
• Neuritis optik adalah radang nervus optikus,
Neuritis optik terjadi akibat saraf optik yang
membawa impuls penglihatan ke otak
mengalami peradangan serta sarung mielin
yang membungkus saraf tersebut mengalami
kerusakan (proses ini disebut juga
demielinisasi).
EPIDEMIOLOGI
• Studi epidemiologi menunjukan kejadian neuritis
optikus berkisar 4- 5 per 100.000 populasi
• umur dewasa muda 20-45 tahun, neuritis optikus
biasanya bersifat unilateral dan lebih banyak pada
wanita (3:1)
• neuritis optik pada anak lebih jarang terjadi, yaitu
hanya kurang lebih 5% kasus, biasanya bersifat
bilateral, timbul palpitis, dan mempunyai
kecenderungan menjadi sklerosis multipel lebih
rendah
• Sumber: A.K. Khurana. Comprehenship Opthalmology 4th Edition dalam Chapter 12-New Age International 2007. P 288-96.
• Erhan Ergene, MD. Adult Optic Neuritis. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1217083 tanggal 20 September 2014
KLASIFIKASI
Neuritis optik
Sumber : Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.Hal 268, 274-287.
ETIOLOGI
Idiopatik
Demielinatif Sklerosismultiple
Neuromielitis
optika
Diperantarai imun
Sumber : Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.Hal 268, 274-287.
Penyakit
peradangan
sekitar
Penyakit sinus,
Peradangan
termasuk Penyakit orbita
intraocular
mukormikosis
Infeksi Herpes zoster, sifilis, tuberkulosis, crytococcosis, cytomegalovirus
langsung
Neuropati
optik Sarkoidosis,
Idiopatik
granulomatosa
intracranial
PATOGENESIS
• penyebab neuritis optikus paling sering adalah
inflamasi demielinisasi dari saraf optik.
Patologi yang terjadi sama dengan yang terjadi
pada multipel sklerosis (MS) akut, yaitu
adanya plak di otak dengan perivascular
cuffing, edema pada selubung saraf yang
bermielin, dan pemecahan mielin
• Hingga saat ini reaksi autoimun merupakan
teori yang masih dipegang dalam patofisiologi
neuritis optik. Dalam reaksi ini myelin nervus
optikus mengalami destruksi sehingga akson
hanya dapat memberikan impuls listrik dalam
jumlah yang sangat kecil. Bila keadaan ini
terus menerus terjadi, maka sel ganglion
retina aka mengalami kerusakan ireversibel
• Setelah destruksi myelin berlangsung, axon
dari sel ganglion retina akan mulai
berdegenerasi. Monosit melokalisir daerah
tersebut diikuti oleh makrofag untuk
memfagosit myelin. Antrosit kemudian
berproliferasi dengan diikuti deposisi jaringan
sel glia. Daerah gliotik (sklerotik) dapat
berambah jumlahnya dan meluas ke otak dan
medulla spinalis (multipel sklerosis).
• Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina
dapat mendahului demielinisasi dan
terkadang terlihat sebagai retinal vein
sheathing. Kehilangan mielin dapat melebihi
hilangnya akson
• Nervus optikus mengandung serabut-serabut syaraf
yang mengantarkan informasi visual dari sel-sel
nervus retina ke dalam sel-sel nervus di otak.
• Retina mengandung sel fotoreseptor, merupakan
suatu sel yang diaktivasi oleh cahaya dan
menghubungkan ke sel-sel retina lain disebut sel
ganglion. Kemudian mengirimkan sinyal proyeksi
yang disebut akson ke dalam otak. Melalui rute ini,
nervus optikus mengirimkan impuls visual ke otak.
• Sehingga ketika nervus tersebut inflamasi, sinyal
visual yang dihantarkan ke otak menjadi terganggu
dan pandangan menjadi lemah
GEJALA dan TANDA
• Keluhan utama pada neutiris optikus adalah
sama, baik pada papilitis, dimana saraf yang
terkena terletak intraokular, maupun pada
neuritis retrobulbar yang mengenai saraf
ekstra okular
Gambaran akut