1 8 1 0 3 1 1 0 1 9
2 1 D
Highlight Materi Mata tenang visus turun perlahan
Kelainan refraksi: Miopia (4A), Hipermetropia (4A), Astigmatisme (4A), Presbiopia (4A),
Ambliopia (2) (include strabismus yang merupakan kelainan kedudukan bola mata)
Kelainan pada retina: retipoati diabetikum(2), retinopati hipertensi (2), ARMD (2), retinitis
pigmentosa
Mata Tenang Visus Turun Mendadak
Kelainan lensa
5. Katarak ( SKDI 2)
6. Strabismus
7. Ambliopia (SKDI 2)
• Komponen lensa :
• Lapisan retina ke anterior bola mata dan berakhir secara sirkumferensial 360 derajat di ora
serata
• Retina beserta PD retina dan diskus optic membentuk fundus okuli (bagian dalam bola mata
yang terluhat melalui pemeriksaan oftalmoskopi)
• Pada pemeriksaan oftalmoskopi/funduskopi retina akan terlihat cerah dan berwarna jingga,
karena dibalik retina yang transparan tdpt latar belakang pigmen melanin dari lapisan RPE dan
koroid
• Bagian sentral retina posterior dikenal sebagai macula lutea. Makula memiliki ketajaman
penglihatan terbaik yang bertanggung jawab untuk penglihatan sentral
• Pusat macula disebut fovea (daerah paling tipis dari retina, avascular, tdd dari sel kerucut tanpa
sel batang)
• Retina terdiri atas 10 lapisan dengan lapisan sebelah dalam yaitu retina neurosensorik dan lapisan sebelah luar yaitu lapisan epitel pigmen retina
• Lapisan paling dalam beraposisi dengan vitreus dan lapisan paling luar melekat kuat pada koroid
• Diantara retina neurosensorik dan epitel pigmen reina terdapat ruang postensial ( yang terdapat terisi caira jika terjadi ablasio retina)
- lapisan inti luar sel fotoreseptor (tdd sel batang dan sel kerucut)
• Serabut saraf retina akan memasuki diskus optic yang berbentuk oval. Pusat diskus optic terletak di sebelah nasal pusat retina. Pada diskus optic tidak terdapat
jaringn retina, dan tidak terdapat fotoreseptor sehingga struktur ini diproyeksi kan sebagai bintik buta
• NEUROSENSORIS RETINA
• Dibedakan 3 lapis :
• Eksternal : Fotoreseptor
• Penglihatan remang-remang
• Penglihatan perifer
• Cone
• Penglihatan sentral
• Penglihatan warna
• Tajam penglihatan
Fungsi :
Fagositosis
Metabolisme retinol
Absorbsi cahaya
Mikrovili EPR
• Vaskularisasi Retina
• A cilioretina (20 %)
• MAKULA
• Sentral retina
• Fotoreseptor Cone
• Diameter 6 mm
• Fovea
• daerah melingkari foveola
• Avaskular zone
• E chart
• Cincin landolt
• Mata hanya dapat membedakan 2 titik terpisah bila titik
tersebut membentuk sudut 1 menit ( minimum separable )
Misal :
30
• Frame
31
Lensa Minus
Okluder / Penutup
Lensa Plus
32
Pemeriksaan Refraksi Subjektif
33
3. Coba dengan lensa plus atau minus yang kira-kira sesuai dengan
kurangnya visus.
4. Perhalus dengan menambah atau mengurangi lagi dengan lensa +/- 0,5
D sampai visus terbaik.
5. Bila visus kurang dan tak ada kelainan mata lainnya mungkin astigmat.
34
II. Cara pengabutan ( fogging )
35
Pemeriksaan refraksi objektif
36
38
HIPERMETROPIA
R I N G A N : S K D I 4 A
MIOPIA
R I N G A N : S K D I 4 A
PRESBIOPIA
S K D I 4 A
ASTIGMATISME
R I N G A N : S K D I 4 A
DEFINISI
• Astigmatisme merupakan keadaan optic mata dimana sinar-sinar sejajar tidak dibiaskan
pada 1 titik focus tunggal kaerna kelengkungan (kurvatura) dan kekuatan refraksi
permukaan kornea dan atau kensa berbeda beda diantara berbagai meridian sehingga
terdapat lebih dari 1 fokus
• Pada mata normal, permukaan kornea yang melengkung teratur akan memfokuskan sinar
pada satu titik. Pada astigmatisma, pembiasan sinar tidak difokuskan pada satu titik.
• Sinar pada astigmatisma dibiaskan tidak sama pada semua arah sehingga pada retina tidak
didapatkan satu titik fokus pembiasan. Sebagian sinar dapat terfokus pada bagian depan
retina sedang sebagian sinar lain difokuskan di belakang retina
Epidemiologi
• Insiden kelainan ini masih sukar ditentukan di Indonesia.
• Perdami cabang DKI Jakarta pada tahun 1987- 1988 mengadakan survey kesehatan mata pada
murid-murid Sekolah Dasar da Madrasah .Ibtidaiyah, menemukan jumlah anak dengan tajam
penglihatan tidak normal sebanyak 68.590 murid (lebih 10%) dari 613.466 murid, tanpa merinci
bentuk kelainan tajam penglihatan.
• Higashiyama (1975), melaporkan jumlah astigmatisme pads anak-anak sekolah didaerah sekitar
Tokio, sebanyak 26% dari kelainan refraksi yang ditemukan pada anak-anak sekolah dasar
(Elementary School) dan 11,6% dari kelainan refraksi yang ditemukan pada murid sekolah lanjutan
pertama (Junior high school).
Klasifikasi
1. Astigmatisma miopi simpleks: satu garis focus pada retina, sedangkan garis focus
lain terletak di depan retina
2. Astigmatisma hipermetropi simpleks: satu garis focus pada retina, garis focus lain
terletak di belakang retina
5. Astigmatisma misktus: satu garis focus di depan retina dan garis focus lain di
belakang retina
KLASIFIKASI berdasarkan orientasi meridian utama:
1. Astigmatisma with the rule: kekuatan pembiasan terbesar terdapat pada meridian
vertical. Tipe ini dikoreksi dengan lensa silinder negatif pada axis 180 (banyak pada
anak-anak)
2. Astigmatisme against the rule: kekuatan pembiasan terbesar terletak pada meridian
horizontal, dikoreksi dengan lensa silinder negative dengan aksis 90
3. Astigmatisma oblik: kekuatan pembiasan terbesarnya pada meridian sekitar 45 dan 135
Pembagian derajat astigmat:
• Herediter dan ada sejak lahir, dapat berubah seiring pertambahan usia (bertambah atau berkurang)
• Keratokonus penyakit degenerasi kolagen kornea dimana kornea semakin menipis progresif
dan terbentuk konus astigmatisme tinggi yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata
• Pada yang tidak dikoreksi akan terjadi nyeri kepala atau kelelahan mata dan mengaburkan mata pada segala
arah
• Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan refraksi subjektif menggunakan juring astigmat (astigmatism dial
technique) atau menggunakan alat Jackson cross cylinder
• Keratometer pengukuran kelengkungan (jari-jari) kornea untuk mengkonfirmasi dan kuantifikasi perbedaan
kelengkungan kornea pada meridian utama
• Cakram placido peralatan sederhana untuk memeriksa permukaan kornea dan memperkirakan kelengkungan
kornea
Pemeriksaan astigmatisma Cara pengaburan (fogging technique)
· Setelah penderita dikoreksi untuk hipermetropia atau myopia yang ada, maka
tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan
berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa sferis positif
3. penderita diminta melihat kisi-kisi juring astigmatisme
· Penderita ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring
pada 90° yang jelas, maka tegak lurus padanya ditaruh sumbu lensa silinder atau
lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180°.
· Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder ini dinaikkan sampai garis juring kisi-
kisi astigmatisme vertical sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau
semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder yang ditambahkan.
· Kemudian penderita diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan
ditaruh lensa negatif sampai penderita melihat jelas pada kartu Snellen. (Vaughan,
1995)
Tatalaksana
• Kacamata: pilihan pertama lensa silinder mempunyai tambahan kekuatan pembiasan
pada meridian tertentu. Penggunaan lensa silinder dapat digabungkan dengan kelainan
refraksi lain (myopia, hypermetropia, presbiopi). Untuk mengurangi distorsi bayangan
lensa silinder negative
• Lensa kontak: pada kasus astigmatisme tinggi atau irregular. Dapat memberikan
penglihatan lebih tajam dan lapangan pandang lebih luas
• Bedah refraktif LASIK (laser insitu keraomileusis) atau PRK (photo refractive
keratectomy)
Kesimpulan
Astigmatisme
KATARAK
S K D I 2
Definisi
• Kekeruhan lensa yang dapat menimbulkan gejala penurunan kualitas fungsi penglihatan
berupa penurunan sensitivitas kontras serta tajam penglihatan
• Penurunan kemampuan tajam penglihatan karna lensa merupakan organ transparan yang
memiliki fungsi optik untuk memfokuskan sinar masuk kedalam mata agar jatuh tepat
retina, baik jarak jauh atau dekat
Etiologi
• Penyebab multifaktorial, tetapi degeneratif yang utama
Penyakit sistemik seperti DM
Steroid
Bertambahnya lapisan serat lensa yang lama kelamaan membuat lensa mengeras, padat, berpigmen,
dan mengeruh
Faktor lingkungan berkorelasi signifikan dengan prevalensi katarak adalah kebiasaan merokk serta
pajanan UV
• Katarak dapat terjadi karna trauma
Trauma tumpul, kekeruhan terjadi karna memar (kontusio) pada jaringan lensa
64
MORFOLOGI KATARAK
KONGENITAL
▪ 1. Nuclear: berkaitan dengan microphthalmos.
▪ 2. Lamellar: dapat bersifat Autosomal Dominan, pada penyakit sistemik atau infeksi intrauterin.
▪ 5. Sutural
▪ 9. Membranous cataract
▪ 10. Total congenital cataract : berkaitan dengan herediter atau infeksi intrauterin
65
KATARAK KONGENITAL
▪ Klinis : Lensa keruh (leukokoria)
. Parsial – total (Red Reflex -)
. Unilateral – bilateral
▪ Th/ .Indikasi operasi : . Diameter opacity > 3 mm (Red Reflex -)
. Sentral . Padat/keruh
. Katarak bilateral (operasi sebelum usia 10 minggu)
. Katarak unilateral (operasi sebelum usia 6 minggu)
> Mencegah ambliopia deprivasi (nystagmus), supresi (strabismus)
Penyulit : . Uveitis fakoanafilaktik
. Glaukoma sekunder
. Katarak sekunder
66
REHABILITASI VISUAL PADA KATARAK
KONGENITAL PASKAOPERASI
▪ Kacamata pada kasus afakia bilateral
67
Katarak senilis (Age Related Cataract)
▪ Penyebab kebutaan utama di Indonesia
▪ Morfologi katarak senilis:
▪ K.Nuklear, visus jauh kurang
Nukleus makin besar,sklerotik peningkatan
indek refraksi nucleus miopisasi
putih kekuninganan > coklat > k’hitam’
/K.Nigra, ‘Brunescent nuclear cataract’
▪ K.Kortikal, visus jauh kurang
Hidrasi korteks lensa membengkak intumesen miopisasi
Bentuk : cuneiform (wedge shaped) or radial spoke-like opacities
▪ K.Subkapsular post’or/cupuliform, visus dekat kurang
Gambaran vacuolated, granular,atau plaque-like
68
Stadium Katarak Senilis
▪ Katarak Insipien
Keruh tdk teratur,kortek ant,post
Poliopia,’Shadow test’/Iris shadow (+)
▪ K.Imatur
Partially opaque, masih terdapat korteks yang jernih
Intumesen:Air >,lensa bengkak,kapsul tegang,
’Artificial Myopia’
KOA(BMD) dangkal → Glaukoma phakomorfik
Iris shadow (+)
69
Stadium Katarak Senilis
▪ K.Matur
Keruh difus,ukuran lensa N’, KOA N’
Deposit Ca > perkapuran > lensa sangat putih
Iris shadow (-)
▪ K.Hipermatur , K.Morgagni
Korteks m’cair,kapsul lensa m’kerut,
lensa warna kuning, KOA dalam
‘Shadow test’ pseudo iris shadow (+)
Penyulit : uveitis fakotoksik, glaukoma fakolitik
70
Katarak Komplikata
▪ Penyakit intraokuler
. Iridosiklitis,khoroiditis(uveitis ant’or,post’or),
. Glaukoma Akut (Glaukomflecken)
. Ablasio retina,retinitis pigmentosa,miopia tinggi
.Tumor intraokular,iskemia okular
. Paska bedah mata (vitrektomi, trabekulektomi)
71
Katarak Komplikata
▪ Penyakit sistemik
. Diabetes Melitus (K.Diabetes), Galaktosemia
. Hipoparatiroid,tetani infantil ( Ca<), nutrisi
. Miotonia distrofi
. Dermatitis atopik
Th/ operasi , visus < , penyulit
72
Katarak Traumatika
▪ Lensa keruh k/ trauma tumpul(‘vossius ring’)
, electric shock
▪ ‘ Monocular cataract’
▪ Penyulit : Glaukoma,uveitis
73
Katarak Sekunder
▪ ‘After cataract’
. Kapsulektomi posterior
74
Manifestasi klinis
• Datang dengan keluhan buram seperti terhalang kabut yang tidak dapat diperbaiki dengan
pemberian kacamata
• Sebelum lensa keruh, proses penuaan menyebabkan lensa bertambah tebal sehingga terjadi
miopisasi akibat titik fokus tertarik ke depan retina -> disebut juga second sight
• second sight -> orangtua atau penderita presbiopia tidak perlu kacamata untuk melihat dekat,
tetapi semakin buram untuk melihat jauh
• Katarak senilis -> kekeruhan pada nukleus lensa sehingga dapat memberi gejala berupa kesan
melihat lebih jelas pada malam hari dibanding siang -> karna pupil terbuka lebih lebar
sehingga memungkinkan cahaya masuk ke perifer lensa
• Perubahan indeks refraksi akibat kekeruhan lensa tidak merata dibagian2 lensa
menimbulkan gejala melihat ganda/diplopia
• Diplopia yg dapat terjadi > diplopia monokular, OK jika satu mata ditutup, bayangan
ganda tidak hilang.
• Kekeruhan tidak merata juga mengakibatkan cahaya masuk difouskan terpencar pada
retina sehingga menimbulkan keluhan pendar/silau (glare)
Diagnosis
• Katarak pada pemeriksaan oftalmologis berupa kekeruhan lensa
• Katarak matur dapat dikenali melalui pemeriksaan pupil, cukup dengan menggunakan
senter, dimana pupil terlihat berwarna putih akibat lensa sudah mengalami kekeruhan total
• Jika kekeruhan lensa sebagian dikenal sebagai katarak imatur,kondisi ini relatif lebih sulit
dikenali dengan senter
• Biomikroskop lampu celah atau slitlamp lebih membantu menemukan kekeruhan kecil
pada lensa
PEMERIKSAAN KELAINAN LENSA
▪ 1.Uji tajam penglihatan(visus)
▪ 2.Pemeriksaan lensa
. Lup
. Lampu senter
78
Slit lamp biomicroscopy
• Pemeriksaan lain, shadow test -> pemeriksaan kekeruhan lensa menggunakan senter yang
disorotkan oblique ke arah pupil
Katarak nuklear yang cukup tebal, sebagian lensa keruh akan menjadi alas yang memantulkan
kembali sinar senter yang jatuh melalui pupil sehingga membentuk bayangan iris berbentuk bulan
sabit
Pemeriksaan ini kurang dapat diterapkan pada jenis katarak kortikal dan subkapsular serta katarak
dini yang kekeruhan masih relatif tipis
Shadow
test
• Pemeriksaan lebih akurat dengan oftalmoskop direk
Dimulai dengan melebarkan pupil dan pemeriksa melihat ke arah pupil mengunakan oftalmoskop
dari jarak 50 cm dari pasien
Lensa jernih tanpa kekeruhan memberikan gambaran refleks fundus berupa warna oranye yang
homogen
Lensa dengan kekeruhan akan memperlihatkan bayangan gelap menutupi refleks fundus
Tatalaksana
• Antioksidan (vit C &E) dapat mengurangi angka kejadian katarak
• Pemberian kacamata dapat dilakukan pada katarak dini, tetapi ini hanya meningkatkan
tajam penglihata, memperbaiki sensitivitas kontras dan keluhan lain seperti silau
• Pengobatan definitif untuk memperbaiki fungsi penglihatan pada katarak -> operasi katarak
Prinsip adalah mengeluarkan lensa yang keruh dan menggantinya dengan implan disebut lensa tanam
intraokular untuk mencapai tajam penglihatan maksimal
Teknik -> extracapsular cataract extraction dengan implantasi lensa intraokular (IOL)
Tekniknya adalah mengeluarkan lensa keruh setelah membuka dan meninggalkan kapsul lensa
posterior yang akan menjadi tempat implantasi IOL
Teknik fakoemulsifikasi menggunakan mesin yang bekerja berdasarkan getaran ultrasound untuk
memecah lensa menjadi fragmen berukuran lebih kecil dan kemudian diaspirasi
Indikasi & Tujuan Operasi Katarak
▪ Perbaikan visus, perkembangan visus
▪ Glaukoma fakomorfik
▪ Glaukoma fakolitik
▪ Uveitis fakoantigenik
88
Operasi Katarak
▪ Anestesi: . Lokal , GA (anak, takut,neurosis)
▪ Tehnik : . ICCE (Intracapsular Cataract Extraction)
. ECCE (Extracapsular Cataract Extraction)
. Manual SICS (Small Incision Cataract Surgery)
. Fakoemulsifikasi
▪ Persiapan : Visus, Red reflex (-), anel test (+), infeksi (-),
TIO Normal, Keadaan umum baik
89
Katarak Merupakan suatu
keadaan kekeruhan pada
lensa
Katarak kongenital
capsular subcapsular
Katarak yang didapat
• Senilis
Kortikal nuclear
• Traumatika
• Sekunder
Klasifikasi katarak
berdasarkan
morfologi
Katarak senilis
• Merupakan katarak terbanyak
• Tatalaksana:
• Operasi katarak dilakukan
bila stadium katarak sudah
matur, terdapat 2 jenis
operasi: ECCE, dan ICCE
Strabismus incomitant adalah strabismus dengan sudut deviasi berbeda pada berbagai posisi lirikan
disertai pergerakan otot ekstraokular yang terbatas. Pola deviasi “A” dan “V” termasuk dalam
strabismus incomitant
Strabismus konkomitan
Strabismus incomitant
SUMBU DAN PERGERAKAN
BOLA MATA
Axes of Fick
X : transversal
Y : sagital
Z : vertikal
Jenis gerakan bola mata:
Duksi (pergerakan satu mata)
Pergerakan dua mata:
Gambaran klinik :
- Usia timbulnya deviasi : < 6 bulan
- Besarnya sudut deviasi : besar > 50 prisma
- Amblyopia: jarang ( cross fixation)
- Faktor heriditer: (+)
- Kelainan refraksi : kecil / (-)
- Deviasi jauh dan dekat : sama
- Pola fiksasi : bergantian
Gambaran klinik
- Usia timbul deviasi: 6 bulan stlh timbul kel.sensoris
- Besarnya sudut deviasi: kecil
- Ambliopia: tergantung usia timbul kel. sensoris
- Faktor heriditer: (-)
- Kelainan refraksi : kecil / (- )
- Deviasi jauh dan dekat : sama
- Pola fiksasi : satu mata
2. Eksotropia konstan
- Timbul sejak lahir
- Eksotropia intermitten yang berkembang
jadi konstan.
Gambaran klinik
A Pattern
:
Bila deviasi waktu melihat kebawah
lebih besar dari melihat keatas
(minimal 10 PD)
PADA EKSOTROPIA
V Pattern
:
Bila deviasi waktu melihat keatas
lebih besar dari pada melihat ke
bawah
(minimal 15 PD )
PADA ESOTROPIA
A Pattern :
Bila deviasi waktu melihat
keatas lebih besar dari
melihat kebawah
(minimal 10 PD)
PADA ESOTROPIA
V Pattern :
Bila deviasi waktu melihat
ke bawah lebih besar dari
melihat keatas
(minimal 15 PD )
Penyebab : Disfungsi M.Obliq, disfungsi M.Rectus Horizontal
Pengobatan: - Tenotomi
- Recess
- Supra/ infraplacement
Epidemiologi
• Berdasarkan data epidemiologi, strabismus sering terjadi pada anak berusia di bawah 6
tahun, dengan puncak awitan usia 3 tahun.
• Strabismus juga dapat terjadi pada orang dewasa, dengan rerata usia 40-50 tahun.
• Selain itu, sebanyak 50-73% dari seluruh kejadian kebutaan terjadi pada strabismus.
Etiologi
• Primer
Idiopatik
Kongenital
• Sekunder
kelumpuhan saraf kranial,
gangguan refraksi.
Penuaan
Penyakit endokrin dan neurologis, seperti Graves disease, stroke, dan kelumpuhan saraf kranial
Faktor risiko
• Pada bayi dan anak
Riwayat kehamilan, seperti penyulit dan riwayat merokok saat hamil
Kelahiran prematur
Faktor predisposisi untuk penyakit kardiovaskular, stroke, dan kelumpuhan saraf kranial, misalnya
gaya hidup, stress, kurangnya aktivitas fisik, dan penyakit kronis seperti hipertensi
Penyakit autoimun
Tumor intrakranial
Diagnosis
• Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik strabismus, perlu diperhatikan tanda bahaya, yaitu:
Red reflex yang abnormal
Diplopia
Nyeri kepala
Nystagmus
• Melihat pergerakan bola mata, apakah terjadi paralisis atau retriksi yang mengindikasi
trauma okuli, inflamasi orbital, atau tumor orbita.
Hasil yang normal adalah warna jingga-kemerahan dengan ukuran dan bentuk yang sama pada
kedua mata.
Prism cover test
Tatalaksana
• Tujuan utama penatalaksanaan strabismus adalah memperbaiki posisi kedua mata,
sehingga memperbaiki penglihatan binokular, stereopsis, dan mengembalikan postur
tubuh.
• Strabismus dengan ambliopia juga dapat diterapi dengan eye patch pada mata yang sehat.
Terapi non farmakologis
Eksotropia dapat dibantu dengan pemberian lensa dengan kekuatan dioptri negatif sehingga menginduksi mata
agar melakukan akomodasi konvergen
Lensa prisma juga dapat digunakan untuk mengoreksi deviasi strabismus ke berbagai arah deviasi.
Kacamata prisma digunakan untuk mengubah sudut bias cahaya yang datang ke retina agar bayangan jatuh
tepat di titik yang sama pada kedua mata.
• Terapi oklusi -> dilakukan dengan “menutup” (oklusi) mata yang sehat.
dievaluasi setelah 4 bulan dilakukan oklusi , jika berhasil maka dilanjutkan dan evaluasi 4 bulan
berikutnya jika tidak maka dihentikan
• Pembedahan
• Risiko komplikasi yang sering timbul setelah dilakukan pembedahan adalah kemerahan dan nyeri pada
mata
Ringan: komplikasi yang bersifat self-limiting dan tidak menyebabkan perubahan outcome operasi, seperti abrasi
kornea
Sedang: komplikasi yang memerlukan terapi tambahan yang tidak berhubungan dengan strabismus, namun tidak
mengganggu outcome operasi, seperti skleritis anterior dan reaksi alergi terhadap polyglactin 910 sutures
Berat: komplikasi yang berpotensi untuk menyebabkan gangguan visual outcome, seperti perforasi orbita dengan
atau tanpa vitreous loss
Komplikasi
• Ambliopia
Ambliopia adalah penurunan ketajaman visual pada salah satu atau kedua mata karena adanya
gangguan perkembangan penglihatan.
Strabismus dengan deviasi ≥8 derajat prisma dioptri dari posisi primer berisiko untuk mengalami
ambliopia.
• Amblyopia adalah kondisi berkurangnya tajam penglihatan walau dengan koreksi terbaik yang biasanya terjadi
unilateral, yang tidak berhubungan dengan kelainan structural anatomi mata maupun jalur visual posterior
• Lebih sering berhubungan dengan keadaan anisohiperporia dibandingkan myopia atau anisometropia
• Kondisi bilateral kadang terjadi pada hyperopia berat, myopia, astigmatisme yang terjadi pada kedua mata
• Merupakan penyebab umum penurunan tajam penglihatan unilateral pada masa anak-anak. Namun, Sebagian besarnya
dapat dicegah dan reversible jika dideteksi secara dini dan mendapat intervensi yang tepat. Skrinning berperan
penting untuk deteksi yang bisa dilakukan di layanan Kesehatan primer dan penting dilakukan secara berkala
• Ambliopia biasanya melibatkan tajam penglihatan sentral, yang bagian perifer biasanya tidak terganggu
Epidemiologi
• Prevalensi kejadian ambliopia di dunia diperkirakan mencapai 1,75% dari seluruh penduduk.
• Kejadian ambliopia pada murid sekolah dasar di DKI Jakarta yang berusia lebih atau sama dengan 6
tahun mencapai 2,7%.
• Sedangkan di Manado, kejadian ambliopia pada murid sekolah dasar menunjukkan angka 2%.
• Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara angka kejadian ambliopia pada laki-laki dan
perempuan, namun penelitian yang dilakukan oleh Ganekal, dkk. menunjukkan adanya sedikit
perbedaan distribusi terjadinya ambliopia berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan.
Etiologi
Amblyopia terjadi akibat adanya gangguan perkembangan penglihatan pada usia dini yang
disebabkan oleh keadaan-keadaan tertentu seperti:
• Strabismus
• Deprivasi stimulus (akibat kekeruhan pada jalur penglihatan, misalnya ptosis, katarak,
tumor palpebra)
Patofisiologi
MEKANISME DASAR TERJADINYA AMBLYOPIA:
• Pemeriksaan tajam penglihatan fenomea crowding (sulit mendeteksi huruf jika ditampilkan dalam satu
barisan linear bersama huruf lain di Snellen chart dibandingkan jika huruf ditampilkan secara individual
• Mengoreksi setiap kelainan refraksi dengan sikloplegik (kacamata sekitar sebulan, lalu control dan nilai kiri dan kanannya) jika
tidak ad perbaikan oklusi
• Mendayagunakan/merangsang pemakaian mata yang bermasalah dengan cara membatasi penggunaan mata yang
normal/dominan (cara oklusi)
• Penalisasi (atropin tetes,kaca mata, kombinasi atropin dan kaca mata) yang ditetesi pada mata yang sehat sehingga dia kabur
dan mata sakit bisa dipakai kerja (tapi hanya bisa pada kasus ringan –sedang)
• Terapi obat
L-Dopa (Levodopa/Carbidopa)
• Operasi dilurusin matanya
DETEKSI MASSAL
AMBLYOPIA
PADA ANAK USIA < 7 TAHUN
• Terlepasnya lapisan
neurosensoris dan
lapisanpigmen pada retina
Rhegmatogen
Traksional
Eksudatif
Ablatio rhegmatogen
• Ablasio paling umum ditemukan
• Lepsnya retina didahului proses kompleks dengan predisposisi defek seluruh ketebalan
retina, pencairan viterus. Defek ini disebabkan oleh 2 factor: degenerasi perifer berupa
penipisan retina dan robekan retina karena tarikan jaringan vitreus pada retina. Defek
memperoleh akses ke ruang subretina sehingga terjadi pemisahan lapisan sensorik
retina dari RPE
• Gejala awal: fotopsia dan floaters, diikuti ggn lapangan pandang sampai penurunan
tajam penglihatan. Fotopsia sensasi melihat kilatan cahaya akibat tarikan vitreus
thdp retina apabila tarikan cukup kuat robek retina. Terkadang bisa terjadi
perdarahan vitreus kalau PD juga robek.
• retina robek pigmen RPE terlepas dan masuk ke rongga vtreus gejala floaters
(sensasi melihat objek berwarna coklat kehitaman dg bg ukuran)
Ablatio traksional
• Merupakan kondisi sekunder dari kelainan retina yang berkaitan dengan proliferasi
membrane neovaskuler sbg respon kondisi iskemik retina
• Dapat ditemukan pada kasus retinopati diabetic, oklusi vena retina sentral atau cabang,
uveitis posterior
• Keluhan: tajam penglihatan menurun mendadak, floaters karena rupture neovascular atau
perdarahan vitreus
Ablatio eksudatif
Manifestasi Klinis
• Penglihatan tertutup Sebagian atau tirai
• Bila ablasio haanya di retina perifer tajam penglihatan biasanya normal (visus 6/6), tetapi dengan lapangan pandang yang
terganggu seperti tertutup tirai di sisi bersesuaian
• Bila ablasio sudah sampai macula penurunan tajam penglihatan drastic sampai 1/~
• Pada funduskopi terlihat hilangnya refleks fundus akibat hilangnya transparansi lapisan retina yang terlepas. Retina terlihat
berwarna keabuan, terangkat berbentuk bulosa dengan PD yang tampak bergelombang
• Pemeriksaan USG sangat berguna unutk melihat morfologi retina yang lepas
Tatalaksana
• Harus segera dirujuk ke dokter spesialis mata
• Penanganan inisial mengurangi mobilisasi (bedrest), berbaring ke sisi tirai (jika tirai di
nasal mata kanan, berusaha baring k kiri)
• Bedah satu satunya tatalaksana khususnya untuk regmatogen dan traksional. Bisa
dengan scleral buckle dan vitrektomi atau keduanya. Tindakannnya kompleks bisa dengan
laser dan krioterapi, endotamponade dengan gas atau silicon pol
Okulasi vena retina sentral (CRVO) atau okulasi vena retina cabang (BRVO) iskemik
Robekan retina
Tumor khoroid
Makroaneurisma retina
DM
Hipertensi
Miopia gravis
• Pemeriksaan klinis dengan biomikroskop atau funduskopi akan terlihat darah merah di
vitreous posterior dari lensa atau kekeruhan kemerahan difus, hiangnya refleks merah
fundus, terhalangnya struktur di segmen posterior
• Perlu ditentukan etiologi perdarahan, kadang sulit karna kekeruhan media yang sangat
terbal -> lakukan USG mata terutama untuk enentukan ada atau tidaknya tanda ablasio
retina
Tatalaksana
• Perdarahan vitreous disebebkan oleh robekan retina dengan atau tanpa ablasio retina -> rujuk
• Bila tidak maka pasien dapat diobservasi selagi mencari etiologi atau faktor seperti DM, hipertensi,
dll
• Saat observasi pasien disarankan untuk menjaga dan menempatkan posisi kepala tetap lebih tinggi
(semi-fowler), harapan pendarahan mengendap ke sisi inferior karna gravitasi
• Bila berhasil visualisasi retina terutama superior lebih jelas sehingga dapat membantu funduskopi
untuk diagnosis maupun terapi seperti fotokoagulasi laser
• Observasi 4-8 minggu dan bila tidak ada perubahan dapat dilakukan virektomi
NEUROPATI OPTIK
S K D I 2
Definisi
• Neuropati optic istilah umum untuk semua kelainan yang mengenai saraf optic
(n.optic)
• Dapat memberikan gambaran papil nervus optikus yang normal bila mengenai bagian
posterior atau retro bulbar, memberikan gambaran edema papil n.optikus bila mengenai
anterior saraf optik
Klasifikasi
Berdasarkan penyebab
• Kompresif/infiltrative: neoplastic/non
• Herediter
• Toksik
• Trauma
• Glaukomatosa
• Onset hilang tajam penglihatan: akut (iskemik dan inflamasi) dan progresif (neuropati optic toksik)
• Gambaran funduskopi
• Apabila inflamasi mengenai papil n. opticus disebut papillitis yang ditandai edema pada papil
• Apabila inflamasi mengenai n. optikus bagian belakang bola mata neuritis retrobulbar
• Dapat dibagi atas tipe tipikal dn atipikal. Tipe tipikal tidak ditemukan penyebab, sering pada
wanita muda dengan penyakit yang “self limiting” sering dihubungkan dengan multiple
sclerosis. Tipe atipikal disebabkan oleh TB, sarcoidosis,dll
• Tipe tipikal dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Injeksi steroid iV bermanfaat dalam
menurunkan kekambuhan
• Tipe atipikal obati penyebab dengan tetap memberikan steroid (oral atau IV)
• Kortikosteroid pengobatan utama. Ada 2 tipe dosis: 1. prednisone oral dosis 1 mg/kgBB/hari
selama 14 hari kemudian penurunan dosis tiap minggu. 2. injeksi prednisolone 4x250 mg selama 3
hari, diikuti oral 1 mg/kgbb/hari dan penurunan dosis tiap minggu
• Bila terjadi pada bagian . Optikus di blkg bola mata posterior ischemic optic
neuropathy
Neuropati optic kompresif/ infiltratif
• Berbagai lesi di orbita maupun intracranial kompresi/infiltrasi pada n.opticus
• Lesi ini dapat mmberikan gambaran papil optic yang normal atau edem
• Klinis: penurunan visus progresif tanpa nyeri, dapat 1 atau 2 mata, dapat disertai sakit
kepala bila ada peningkatan TIK
• Tipe tidak langsung efek daya desakan mengenai daerah kepala khususnya dahi
efek mekanis ggn vaskularisasi n opticus
Neuropati optic glaukomatosa
• Bilateral
Umumnya bilateral
Unilateral:
Sindroma Foster Kennedy: sebelah edema & satu lagi
atropi
Etiologi : tumor belakang bola mata
Papiledema
• Visus masih lumayan, kecuali sdh kronis atau mengenai jalur visuil
Atropi Nervus Optikus
NPDR
• Terdapat kelainanseperti mikroaneurisma atau
cotton wool spot
PPDR
• NPDR+ Soft exudates/hard exudates
PDR
• PPDR+ Neovaskularisasi
RETINOPATI DIABETIKA
• Suatu disfungsi progresif dari pembuluh darah retina yang disebabkan oleh hiperglikemia
kronik
• Mikroangiopati progresif ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh darah halus
yang meliputi arteriol prekapiler retina, kapiler-kapiler, vena-vena
• Kelainan patologik yang paling dini adalah penebalan membran basal endotel kapiler dan
penurunan jumlah perisit.
RETINOPATI DIABETIKA
• Patogenesis
• Belum diketahui
4. Diabetic Maculopathy
RETINOPATI
• NPDR
DIABETIKA
Ringan:
• Mikroaneurisma minimal 1
• Eksudat keras
Sedang :
• Cotton wool spot
Sangat berat
• Adanya 2 atau lebih dari 3 karakter diatas
RETINOPATI DIABETIKA
• Pre PDR
• Pelebaran vena retina, venous turtuosity- venous beading
• IRMA
• Arteriolar abnormality
Risiko tinggi
• NVD ¼ - 1/3 DD + perdarahan
vitreous
• NVD sedang-berat dengan/tanpa
perdarahan
• NVE ½ DD _ perdarahan vireous
Lanjut
• Perdarahan vitreous ekstensif
• Ablatio retina yang mengenai makula
• Diabetic Maculopathy (CSME)
Edema makula ≤ 500 µm dari makula
• Fotokoagulasi laser
• Fokal/Grid
• PRP
Perubahan yangterjadi :
• Berkurangnya ketebalan dan distribusi
fotoreseptor
• RPE : hilangnya melanin, lipofuchsin dan
penumpukan residual bodies
• Deposit lamina basal
ARMD
• Insiden
Umur :
• 43 - 54 tahun : 3.9%
• >75 tahun : 22.8 %
Kelamin
• Tidak ada perbedaan
• Tipe exudative : > 75 tahun wanita >>
• Klasifikasi
Dry : nonneovascular/noneexudative
Wet : neovasculer/exudative
ARMD
• Tipe Dry
Klinis :
Terapi :
• Terapi
• Roborantia
• Kacamata pelindung
• Anti VEGF
• PDT
Kelainan pembuluh darah retina
• Penatalaksanaan
Penyakit dasar
Okuler
• Massase okuler
• Deteksi komplikasi
• Fotokoagulasi laser