Anda di halaman 1dari 13

Psikostudia

Jurnal Psikologi p-ISSN: 2302-2582


Volume 11 No. 4 | Desember 2022: 702-714 e-ISSN: 2657-0963
DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikostudia.v11i4

Penganiayaan Masa Kecil dan Gangguan Stress Pasca Trauma Pada


Perempuan Dewasa
Rizikita Imanina 1 Endang R. Surjaningrum 2
1 Program Studi Magister Psikologi Profesi, 2 ProgramStudi Magister Psikologi Profesi,
Universitas Airlangga, Indonesia Universitas Airlangga, Indonesia
Email: rizikita.imanina-2019@psikologi.unair.ac.id Email: endang.surjaningrum@psikologi.unair.ac.id

Correspondence:

Rizikita Imanina
Program Studi Magister Psikologi Profesi, Universitas Airlangga, Indonesia
Email: rizikita.imanina-2019@psikologi.unair.ac.id

Abstract Abstrak
Post-traumatic stress disorder (PTSD) is a chronic disorder Gangguan stres pasca trauma (PTSD) merupakan
that harms individuals psychologically and physically. 38% gangguan kerusakan kronik yang membahayakan
of PTSD onset in girls occurs in childhood before the age of individu secara psikologis dan fisik. 38% onset PTSD pada
12 years, most of them develop PTSD symptoms after perempuan terjadi pada masa kanak-kanak sebelum usia
experiencing domestic violence and/or sexual violence. 12 tahun, sebagian besar mengembangkan simtom PTSD
This article aims to describe PTSD’s case in TR, adult, setelah mengalami kekerasan domestik dan atau
women, aged 21 years, by interviews, observations, and kekerasan seksual. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan
psychological tests i.e graphic test (DAP, BAUM & HTP), kasus PTSD pada TR, dewasa, perempuan, usia 21 tahun,
The Thematic Apperception Test (TAT), Sacks Sentence mulai dari wawancara, observasi dan tes psikologi yang
Completion Test (SSCT), and informal test. The result terdiri dari tes grafis (DAP, BAUM & HTP), The Thematic
showed that PTSD criteria on TR met the criteria based on Apperception Test (TAT), Sacks Sentence Completion Test
the DSM-5. Childhood maltreatment occurs during (SSCT), dan tes informal. Hasil menunjukkan bahwa TR
parenting from the mother, as well as the experience of memenuhi kriteria PTSD berdasarkan DSM-5. Kekerasan
sexual violence by her brother, develop negative self- yang terjadi selama pengasuhan dari ibu, serta
worth and insecurity that impact self-appreciation. TR’s pengalaman pelecehan seksual yang dilakukan oleh
condition develops the discrepancy between ideal self and kakak kandung, mengembangkan rasa
real self, that impact on TR’s daily functions. ketidakberhargaan diri serta rasa aman yang
memengaruhi penghayatan kehidupan diri pada TR di
usia dewasa. Kondisi ini kemudian memengaruhi
pembentukan konsep diri yang negatif, kesenjangan
antara diri yang ideal dengan diri yang sesungguhnya,
yang berdampak pada keberfungsian TR sehari-hari.

Keyword : Adult, Childhood Maltreatment, Post- Kata Kunci : Dewasa, Gangguan Stress-Pasca Trauma,
traumatic stress disorder, Women. Penganiayaan Masa Kecil, Perempuan.
Copyright (c) Psikostudia: Jurnal Psikologi

Received 2022-12-15 Revised 2022-12-20 Accepted 2022-12-22

702

Psikostudia : Jurnal Psikologi by http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/PSIKO is licensed under a Creative


Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Penganiayaan Masa Kecil dan Gangguan Stress Pasca Trauma Pada Perempuan Dewasa
(Rizikita Imanina, Endang R. Surjaningrum)

LATAR BELAKANG terjadinya paparan trauma yang bervariasi.


Kondisi psikologis yang negatif pada
Gangguan stress pasca-trauma
perempuan dapat berbeda-beda satu dengan
merupakan gangguan kronik yang
lainnya, yang muncul biasanya cenderung
membahayakan individu secara psikologis dan
merefleksikan kompleksitas trauma dan
fisik (Miao et al., 2018) yang fokus utamanya
ketergantungan (Briere & Jordan, 2009).
terletak pada stress terhadap pengalaman
Dari penjabaran tersebut dapat
traumatis (Hooley et al., 2017). PTSD
ditemukan bahwa salah satu peristiwa yang
dikarateristikan dengan pengalaman kembali,
menyebabkan munculnya simtom PTSD adalah
penghindaran, keyakinan negatif dan simtom
penganiayaan pada masa kanak-kanak.
hyperarousal, pada individu yang mengalami
Perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi
kejadian ekstrim (Sadock et al., 2017). Simtom
pada kekerasan seksual pada masa kanak-
yang muncul harus dapat diasosiasikan dengan
kanak, yang dapat meningkatkan resiko
peristiwa traumatis yang memicu, baik sesaat
kekerasan di masa dewasa, buruknya
setelah peristiwa terjadi atau pikiran
kesehatan mental dan bahkan meningkatkan
mengganggu dan usaha untuk menghindari
kemungkinan simtom PTSD, depresi dan
pikiran atas peristiwa. Peristiwa traumatis
gangguan tidur (Peltzer & Pengpid, 2016). WHO
meliputi peperangan, pemerkosaan,
mencatat setidaknya 3 dari 4 anak dari 300 juta
dipenjarakan, kecelakaan dan mengalami
anak di dunia, mengalami penganiayaan di
bencana alam (Nevid et al., 2018). Ada
masa kanak-kanak pada usia 2-4 tahun, dan 1
kemungkinan bagi penyintas dapat beradaptasi
dari 5 perempuan mengalami pelecehan
dengan pengalaman tersebut, tetapi jika
seksual ketika anak-anak pada usia 0-17 tahun
penyintas memiliki ingatan yang menyebabkan
(WHO, 2020). Dilihat dari prevalensi yang ada,
simtom stress berlebih maka kondisi tersebut
menjadikan penganiayaan pada masa kanak-
dipertimbangkan sebagai gangguan mental
kanak menjadi masalah global yang memiliki
(Hooley et al., 2017).
konsekuensi jangka panjang yang serius,
Berbagai kemungkinan tingginya resiko
terutama pada negara-negara dengan
PTSD dapat terjadi, yaitu karena gender wanita,
pendapatan menengah ke bawah.
usia ketika trauma terjadi, ras, tingkat
Penganiayaan pada masa kanak-kanak terdiri
pendidikan yang rendah, kekerasan masa
dari peristiwa pelecehan dan penelantaran
kanak-kanak, keparahan trauma, kurangnya
yang terjadi pada anak usia 18 tahun, yang
dukungan dan pengalaman kehidupan lainnya
terdiri dari perlakuan buruk secara fisik dan
(Sadock et al., 2017). Pada studi yang dilakukan
atau emosi, pelecehan seksual, penelantaran,
oleh McCutcheon et al (2010) di Missouri, 38%
kelalaian dan eksploitasi komersial atau
onset PTSD pada perempuan terjadi pada masa
eksploitasi, yang membahayakan kesehatan,
kanak-kanak sebelum usia 12 tahun, 39% pada
keselematan, perkembangan dan martabat
masa remaja dan 23% terjadi selepas usia 18
anak (WHO, 2020).
tahun. 1 dari 3 perempuan pada studi ini
Pelecehan fisik terdiri dari perilaku agresi
melaporkan pengalaman traumatis terjadi
fisik yang ditujukan kepada anak-anak oleh
pada masa kanak-kanak, yang sebagian besar
orang dewasa; pelecehan seksual merupakan
adalah kekerasan fisik & pengabaian pada masa
bentuk pelecehan yang bertujuan untuk
kanak-kanak. Pada usia 21-25 tahun pada
memaksa anak melakukan aktivitas seksual;
perempuan menjadi usia yang cukup rentan
pelecehan psikologis atau emosi adalah bentuk
mengalami simtom PTSD dari pengalaman
pelecehan yang cacat secara psikologis dan
trauma yang diperoleh dibanding rentang usia
sosial pada pertumbuhan anak sebagai hasil
lainnya (Ditlevsen & Elklit, 2010). Penyebab
dari perilaku kasar seperti berteriak,
terjadinya keadaan ini disebabkan adanya
menyumpah dan sikap yang kasar, kurang
perubahan momen pada kehidupan serta
DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikostudia.v11i4.9564 703
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi | Volume 11 No. 4 | Desember 2022: 702-714

perhatian, kritik kasar dan merendahkan yang perlu menjadi tulang punggung keluarga,
kepribadian anak (Abbasi et al., 2015). bekerja untuk menghidupi 4 anaknya seringkali
Penganiayaan yang terjadi pada masa kanak- menyalahkan keberadaan TR yang menjadi
kanak ini, dapat mengganggu kelekatan antara penyebab ayahnya meninggal, membuat
anak dan orang tua, yang mana dampaknya kehidupan ibunya menjadi sulit dan sehingga
tidak hanya memunculkan simtom gangguan harus bekerja keras.
mental tetapi juga mampu mempertajam Walaupun TR sering membantu
dampak dari penganiayaan itu sendiri (Briere & perekonomian ibu, kondisi ini tidak menjadikan
Jordan, 2009). Sedangkan pada individu- ibu TR memperlakukan TR dengan hangat
individu yang mengembangkan simtom PTSD, seperti yang diharapkannya. Ibu TR sering
dukungan sosial memiliki peranan yang mengesampingkan perasaan dan usaha TR,
penting. Keberadaan dukungan sosial baik dari memarahi dan merendahkan TR ketika tidak
keluarga dan lingkungan, dapat menurunkan bisa memberikan apa yang diinginkan ibu saat
level simtom dari PTSD itu sendiri, sehingga jika itu juga, seperti uang atau barang. Seperti
dukungan sosial tidak dapat diberikan kepada ketika saat TR mengalami perundungan ketika
penyintas, besar kemungkinan adanya SMK, ibu TR justru menyuruh TR untuk
peningkatan pada level simtom PTSD (Hooley melawan dan jika TR tidak bisa melawan lebih
et al., 2017). baik TR tidak usah pulang lagi ke rumah.
Bahkan sejak TR kecil, ibu sering memarahi TR
Riwayat Kasus ketika sakit, karena dianggap menyusahkan.
Permasalahan TR disampaikan langsung Selain kekerasan-kekerasan fisik sering
oleh TR yang mengeluhkan beberapa kali dilakukan oleh ibu kepada TR seperti memukul,
mengalami serangan panik dan dapat secara dan hampir ingin membakar TR.
tiba-tiba merasa gelisah serta ketakutan hingga Perlakuan ibu tidak menahan TR untuk
membuat TR kesulitan bernapas dan menangis. tetap berusaha mencari perhatian dari ibu
Selama tiga bulan terakhir TR juga kesulitan walaupun terkadang ketika berada di dekat ibu,
untuk tidur karena ketika tidur TR akan melihat TR merasa takut, canggung dan ingin menangis
bayangan-bayangan mimpi buruk yang sehingga berusaha untuk menghindari
menjadikannya takut untuk menutup mata. pertemuan dengan ibu. TR memiliki keinginan
Mimpi tersebut seringkali tentang teman tidak untuk dapat melawan ibu seperti yang
ingin ditolong ketika tenggelam, TR dilakukan oleh kakak-kakaknya kepada ibu,
memimpikan dirinya ditinggal oleh orang lain, tetapi tidak pernah dilakukan, karena TR
tentang kematian dan mimpi meminta merasa kasihan dan takut jika menyakiti hati
pertolongan tetapi tidak ada yang mampu ibu. Teman dekat TR melihatnya seringkali
menolong TR. Hal ini menjadikan TR ingin menangis karena merasa serba salah karena
mengetahui lebih dalam terkait kondisi yang kesulitan untuk bisa memenuhi keinginan yang
sedang dialaminya dan cara mengatasi diharapkan ibunya, sedangkan TR juga masih
kesulitan yang dihadapi. kesulitan untuk bisa memenuhi kebutuhannya
TR merupakan seorang perempuan sendiri, yang menjadikannya seringkali
dewasa muda berusia 21 tahun dan belum mengesampingkan perasaan untuk
menikah. Sejak duduk dibangku SMK, TR sudah mendahulukan perasaan ibu.
tinggal terpisah dengan keluarga dan bekerja Sebelum pindah dan hidup sendiri, TR
secara mandiri untuk membiayai diri dan tinggal bersama kakak perempuan dan kedua
membantu perekonomian ibu. Ayah TR kakak laki-lakinya karena ibu pindah bekerja ke
meninggal ketika TR masih bayi sehingga sejak Manukan. Walaupun TR tinggal bersama
usia belum genap 5 tahun TR sudah membantu dengan kakak- kakaknya, TR merasa tidak
ibunya untuk berjualan hingga TR SMP. Ibu TR terlalu dekat dan jarang berkomunikasi. Pada

704 PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi


Penganiayaan Masa Kecil dan Gangguan Stress Pasca Trauma Pada Perempuan Dewasa
(Rizikita Imanina, Endang R. Surjaningrum)

masa ini, TR mengalami pelecehan seksual yang menahan diri untuk bisa nyaman ketika ada
dilakukan oleh salah satu kakak laki-laki, yang rekan kerja yang kurang menyenangkan atau
terjadi selama tiga bulan dan tidak diketahui bersikap keras kepadanya. Sehingga walaupun
oleh anggota keluarga lainnya. Setiap pulang TR membutuhkan uang, ketika TR merasa tidak
sekolah kakak akan menarik TR dan akan nyaman karena rekan kerja yang keras, TR akan
menyentuh payudara, kemaluan dan langsung mengundurkan diri.
pergelangan kaki TR, bahkan ketika TR sedang Secara relasi sosial, TR kurang memiliki
tidur bersama kakak perempuannya. Perlakuan banyak teman dekat karena seringkali
kakak laki-lakinya ini membuat TR sangat dikucilkan karena miskin dan tidak memiliki
membenci kakaknya, ditambah dengan ibu ayah. Ketika sekolah TR hanya berani
yang sangat perhatian dan membela kakak laki- mendekati teman-teman yang kesepian dan
lakinya, membuat TR semakin takut untuk sedang kesusahan, karena ada keinginan untuk
melaporkan perlakukan kakaknya karena TR mendapatkan hubungan timbal balik yang
meyakini ibunya justru tidak akan diharapkan oleh TR. Tetapi pada akhirnya TR
mempercayainya dan akan memarahinya. selalu ditinggalkan oleh teman-temannya.
Ketika masa sekolah, TR merasa tidak Hingga saat ini TR hanya memiliki satu teman
memiliki pengalaman-pengalaman berkesan dekat yang menurutnya sama-sama kesulitan,
dan menyenangkan karena seringkali kesepian dan pernah mengalami kekerasan. TR
diperlakukan tidak nyaman oleh teman sekolah merupakan teman yang selalu ingin membantu
maupun para guru. TR seringkali dijauhi oleh teman-temannya walaupun dirinya juga sedang
teman-teman di sekolah maupun di sekitar kesulitan, tetapi sayangnya TR bukan orang
rumah karena TR tidak memiliki ayah dan yang mau terbuka tentang apa yang
dianggap miskin. Para guru juga seringkali dihadapinya karena merasa tidak nyaman jika
menyindir TR karena kondisi ekonomi TR yang dikasihani, dan tidak berkenan jika orang-orang
dianggap menghambat proses pengerjaan ingin berteman dengannya karena kasihan. TR
tugas TR, sedangkan kondisi TR saat itu sangat lebih senang menyampaikan permasalahannya
kesulitan untuk makan, membuat TR tidak lagi dengan membuat cerita menggunakan tokoh
mengikuti kelas-kelas tertentu di sekolah. lain yang memperankan dirinya. TR hanya sekali
Keterbatasan ekonomi ini juga yang membuat memiliki hubungan romantisme, karena
TR tidak melanjutkan kembali pendidikannya merasa tidak nyaman dengan perlakuan laki-
selepas SMK. Pada masa sekolah pun TR juga laki tersebut. Saat ini TR lebih senang berbagi
lebih berfokus untuk bekerja untuk membiayai cerita dan membangun interaksi khayalan
diri dan ibu yang tinggal terpisah. dengan salah satu penyanyi Korea yang
TR sudah bekerja sejak SMP dikarenakan diidolakannya. Di waktu senggang TR lebih
tidak ada lagi yang bisa membantu TR secara nyaman untuk beraktivitas sendirian bahkan
ekonomi. TR berpindah-pindah pekerjaan ketika berada di keramaian, TR cenderung
setiap kali TR merasa sudah tidak lagi nyaman senang menyendiri.
karena lingkungan pekerjaan yang Secara fisik TR memiliki tubuh yang
membuatnya stress dan tertekan. Ketika tergolong kurus. Pola makan TR tergolong
bekerja, TR sering merasa ketakutan ketika kurang rutin hingga membuat TR memiliki
harus berhadapan dengan konsumen dan takut permasalahan asam lambung. Permasalahan
jika harus berargumen dengan teman-teman psikologis seringkali dirasakan oleh TR seperti
kerjanya. Selain bekerja, TR juga memiliki bisnis tubuh gemetar, panik secara tiba-tiba, rasa
kecil-kecilan yang menjual souvenir kelompok sesak ingin menangis hingga sesak napas
penyanyi Korea. Menurut teman yang dekat karena menahan gelisah dan takut yang
dengan TR, ia merupakan orang yang mau berlebih, serta mudah kelelahan dan
bekerja dan belajar hanya saja TR kurang bisa kehilangan energi. Rasa gelisah, takut dan

DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikostudia.v11i4.9564 705


PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi | Volume 11 No. 4 | Desember 2022: 702-714

panik berlebih seringkali dirasakan TR tanpa yang ada melalui kemunculan gejala, sehingga
ada pemicu sebelumnya. TR juga mudah dapat menjadi tambahan ilmu terkait kasus
tersentak ketika mendengar suara teriakan gangguan stress pasca trauma pada
atau ketika tidak sengaja ada orang yang akan perempuan dewasa yang mengalami
menyentuhnya terutama di kaki. Suatu hari TR penganiayaan masa kanak-kanak. Sehingga
pernah mendengar suara anak tetangganya desain penelitian yang digunakan merupakan
menangis karena dimarahi dan dipukuli sapu kualitatif-studi kasus.
oleh ibunya, TR langsung merasa kesulitan
bernapas, pusing, keringat dingin, panik hingga Partisipan
membuatnya sulit untuk menangis. Partisipan TR merupakan klien yang
Permasalahan yang cukup menggangu mendaftarkan diri di Unit Pelayanan Psikologi
TR saat ini adalah kesulitan untuk bisa tidur Universitas Airlangga. TR merupakan
dengan lebih tenang, bahkan segala cara untuk perempuan dewasa, usia 21 tahun, lulusan SMK
bisa tidur (contoh: menjauhkan ponsel, dan saat ini bekerja sebagai admin. TR
mematikan lampu, mendengarkan musik merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara dan
hingga meminum obat tidur sebanyak tiga belum menikah.
butir) tetap tidak bisa membantu TR untuk
tidur. Mimpi buruk yang dialami TR sangat Rangkaian Asesmen
mengganggu dirinya untuk bisa beristirahat. Rangkaian asesmen dilaksanakan di
Ketika kesulitan dan kekurangan tidur, TR Laboratorium Psikologi Fakultas Psikologi
mudah merasa terganggu dengan dirinya Universitas Airlangga selama bulan Februari
sendiri. TR terganggu dengan dirinya karena 2021 hingga April 2021, dan Agustus 2021.
selalu merasa selalu gagal dan tidak dapat jujur Asesmen yang dilakukan meliputi wawancara
dengan perasaan yang dirasakan sehingga terstruktur terkait latar belakang TR, riwayat
dirinya seringkali dipenuhi oleh pikiran negatif pengasuhan, pekerjaan serta kondisi psikologis
yang mengganggu aktivitas TR sehari-hari yang dialami. Selain itu tes psikologi juga
hingga membahayakannya (contoh: terjatuh dilakukan dengan memberikan: SPTSS untuk
dari motor ketika sedang berpikir berlebihan memastikan kecenderungan simtom PTSD;
tentang diri). asesmen grafis (BAUM, HTP, DAP) untuk
Maka, berdasarkan pemaparan studi melihat konsep diri yang dibentuk oleh TR dan
yang pernah dilakukan, serta paparan riwayat interaksi TR dengan lingkungan; SSCT untuk
kasus pada studi ini, tujuan dari artikel ini melihat relasi dengan diri dan lingkungan; TAT
adalah untuk mendeskripsikan kasus PTSD untuk melihat konflik kepribadian yang
pada perempuan dewasa, melalui rangkaian dominan terbentuk pada TR; dan tes informal
asesmen guna memperoleh gambaran untuk mengetahui pengalaman traumatis yang
dinamika kepribadian yang ada melalui dimiliki oleh TR.
kemunculan gejala, sehingga dapat menjadi
tambahan ilmu terkait kasus gangguan stress HASIL PENELITIAN
pasca trauma pada perempuan dewasa yang Dinamika Psikologis
mengalami penganiayaan masa kanak-kanak. Pada proses tumbuh kembang TR dalam
pengasuhan ibu, TR mengalami kekerasan
METODE PENELITIAN
pengasuhan baik secara fisik, emosional dan
Desain Penelitian finansial ketika TR beranjak dewasa. TR
Fokus pada artikel ini adalah seringkali direndahkan oleh ibu karena
mendeskripsikan kasus PTSD pada perempuan dianggap menyusahkan ketika TR kecil,
dewasa, melalui rangkaian asesmen guna dipukul, dibentak dan ingin dibakar, serta
memperoleh gambaran dinamika kepribadian penelantaran dan pengabaian yang dilakukan
706 PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi
Penganiayaan Masa Kecil dan Gangguan Stress Pasca Trauma Pada Perempuan Dewasa
(Rizikita Imanina, Endang R. Surjaningrum)

oleh sehingga TR harus menghidupi dirinya TR tidak ingin mendapatkan perlakuan tidak
sendiri ketika masih di usia sekolah. Ibu TR menyenangkan lebih dalam dan jauh lagi jika TR
merendahkan TR dengan menganggap TR mendatangi ibunya untuk melaporkan
sebagai anak yang gagal, mengabaikan emosi perlakuan kakaknya. Kondisi ini yang
yang dimiliki TR serta menekan TR untuk mengembangkan perasaan tidak berdaya pada
memenuhi kebutuhan finansial ibunya tanpa TR karena hilangnya tempat aman bagi TR, dan
memperhatikan kondisi yang perlu dihadapi TR. upaya TR untuk menghindari kondisi traumatis
Jika dilihat dari manifestasi perilaku yang yang pernah dialaminya.
dimunculkan oleh TR saat ini, merupakan hasil Gambaran aspek traumatis secara umum
penekanan emosi yang ditekan oleh TR dapat tergambar dari hasil pemeriksaan
sehingga muncul pada perilaku-perilaku penyaringan awal menggunakan SPTSS (The
maladaptif pada TR. Seperti TR yang tidak Screen for Posttraumatic Stress Symptoms)
nyaman ketika harus beradu argument dengan yang menunjukkan bahwa TR memenuhi
teman kerja atau menghadapi gejala psikologis kriteria untuk gangguan stress pasca
(pusing, keringat dingin, gemetar) ketika pengalaman traumatis yang dapat dilihat dari
mendengar anak tetangganya sedang dimarahi pengalaman kembali pengalaman traumatis
oleh ibunya. Perilaku ini merupakan bentuk melalui respon fisiologis yang dialami seperti
manifestasi perilaku dan sikap yang keringat dingin, gemetaran, dan pusing ketika
dimunculkan karena TR seperti mengalami mendengar teriakan; berusaha menjauhi
kembali peristiwa yang memunculkan konflik dengan teman kerja untuk menghindari
pengalaman traumatis. Pengalaman traumatis perasaan direndahkan dan kekerasan yang
pada kasus TR ini merupakan pengalaman mungkin akan terjadi; menjauhi sosok yang
traumatis dari pengasuhan yang abusif dari ibu. memunculkan pengalaman traumatis dengan
Ditambah dengan pelecehan seksual yang takut dan kerap kali ingin menjauhi pertemuan
dilakukan oleh kakak yang merupakan anak dengan ibu.
kesayangan dari ibu, menambah Pengalaman traumatis juga ditujukkan
ketidakberdayaan TR dalam menghadapi pada hasil pemeriksaan grafis HTP yang
pengalaman traumatisnya. Sehingga sikap menunjukkan bahwa peranan dominan pada
yang dipilih oleh TR adalah dengan ibu, tidak mampu memberikan perlindungan
menghindari sosok yang memunculkan yang aman bagi TR. Pada pemeriksaan TAT
pengalaman traumatis, sebagai upaya untuk dapat dilihat bahwa hubungan dengan ibu
menjauhi perasaan tidak menyenangkan dari mendapat perhatian lebih pada TR, hanya saja
dua kondisi yang dialami. hubungan tersebut digambarkan sebagai
Penghindaran pada dua kondisi dan dua hubungan yang tidak hangat dan tidak
figur yang dilakukan oleh TR terlihat pada hasil mendukung dalam pertumbuhan TR. Sehingga
pemeriksaan dengan menggunakan tes konflik yang signifikan dihadapi oleh TR adalah
informal. TR berusaha menggambarkan ketidakmampuan keluar dari ekspektasi dan
pengalaman pelecehan seksual yang dilakukan ketidakberhargaan yang dirasakan akibat
oleh kakak kepada TR sebagai gambaran ketidakbebasan berekspresi dan penerimaan
pengalaman yang tidak menyenangkan. yang tidak didapatkan oleh TR. Hasil dari grafis
Pengalaman tidak menyenangkan ini HTP menunjukkan tidak adanya kontak yang
terhubung dengan rasa benci dan terjalin dengan ibu, kehilangan figur dalam
keputusasaan TR karena ketidakberdayaan menjalin relasi hangat dan positif tetapi
untuk menemukan tempat aman dalam peranan ibu cukup dominan dan TR
mendapatkan perlindungan dan dukungan dari menunjukkan adanya keinginan untuk bisa
figur ibu. Kondisi ini dikarenakan ibu yang lebih berada dekat pada figur ibu. Hasil TAT
perhatian dan menyayangi kakak TR, sehingga mendukung hasil HTP yang ada, dimana

DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikostudia.v11i4.9564 707


PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi | Volume 11 No. 4 | Desember 2022: 702-714

keseluruhan kecemasan TR terletak pada menghadapi kondisi yang kurang


hubungan dan interaksi dengan ibu. menyenangkan. Emosi yang muncul pada TR
Kecemasannya dipenuhi atas rasa takut dan cenderung ditekan dan diabaikan. Akumulasi
khawatir akan kehilangan cinta dan kasih dari penekanan dan pengabaian tersebut
sayang dari figur utama dalam kehidupan, muncul melalui perilaku dan sikap seperti reaksi
tetapi di sisi lain, hubungan dan interaksi yang fisiologis dan mimpi yang mengganggu pola
dimiliki adalah hubungan yang tidak hangat dan tidur serta aktivitas sehari-hari TR.
negatif. Secara kognitif, TR memiliki pemikiran
Pada aspek motivasi, TR memiliki motivasi yang cenderung dangkal, rigid dan kurang
yang rendah dan kurang memiliki daya juang kreaktif dalam menemukan solusi kreatif dan
dalam menghadapi permasalahannya. TR potensi dalam diri yang bisa diterapkan dalam
cenderung menghindari permasalahan dan menghadapi permasalahan di lingkungan
konflik yang dimunculkan dengan sikap sosial. Persepsi terkait diri yang didapatkan dari
menarik diri dari lingkungan dan interaksi penilain subjektif lingkungan terhadap dirinya,
sosial. Motivasi TR difokuskan untuk diinternalisasi sebagai kebenaran sehingga
mendapatkan penghargaan dan perhatian dari memengaruhi persepi TR dalam melihat dirinya
orang lain, sehingga ketika interaksi yang secara lebih berharga dan positif. Minimnya
diharapkan tidak seperti apa yang TR pengalaman emosional psoitif yang dimiliki dan
kehendaki, TR akan cenderung menarik diri dan penerimaan bersyarat dari pengasuh utama
membangun skenario fantasi yang tidak yaitu ibu, memengaruhi bagaimana TR
direalisasikan dalam bentuk sikap dan perilaku mempersepsikan diri dan upaya menyelesaikan
di dunia nyata. Gambaran motivasi TR dapat permasalahan.
terlihat dari hasil pemeriksaan TAT yang mana Secara relasi sosial, TR kesulitan untuk
dalam menyelesaikan permasalahan yang membangun dan mengelola hubungan yang
diberikan, TR cenderung tidak tuntas dalam bermakna dikarenakan tertanamnya hubungan
menemukan solusi. Pada observasi pengerjaan bersyarat yang perlu dimiliki dalam menjalin
TAT, TR terlihat kurang kreatif dalam interaksi. Kesulitan ini juga disebabkan karena
mengembangkan solusi penyelesaian masalah rasa tidak aman yang dikembangkan oleh TR
dan kurang memiliki keinginan untuk berusaha ketika berada di lingkungan, sehingga TR
mencari alternatif cara dalam menghadapi cenderung menarik diri dari relasi sosial dan
permasalahan. Pada pemeriksaan grafis lebih nyaman membangun interaksi dan relasi
(BAUM dan HTP) dapat terlihat bahwa TR dengan orang atau figur yang tidak nyata,
cenderung menyelesaikan masalahnya dengan seperti bercerita kepada tokoh idola seakan
tidak riil, serta cenderung impulsif dalam tokoh idola adalah teman dekat. Walaupun
bertindak karena mengutamakan kebutuhan tidak ada interaksi dua arah yang terjalin, TR
emosi. Seperti sikap TR yang memutuskan merasa lebih nyaman membuka diri melalui
untuk keluar dari pekerjaan karena tidak ingin membangun interaksi terhadap tokoh idola.
berkonflik dengan teman kerja, padahal kondisi Berdasarkan pemeriksaan SSCT dapat
TR juga sedang kesulitan dan membutuhkan terlihat bahwa permasalahan TR berkaitan
uang. dengan interaksi dua arah dengan orang lain,
Sikap TR yang cenderung impulsif serta baik dengan keluarga dan lingkungan sosial,
mengedepankan kebutuhan emosi, dan bahkan interaksi dengan diri sendiri yang
mengarahkan pada aspek emosi yang disebabkan karena internalisasi negatif
selanjutnya akan dijabarkan. Pada aspek emosi terhadap diri dari penilaian subjektif
dapat terlihat bahwa TR kurang mampu lingkungan kepada TR. Keberadaan keluarga
mengenali dan mengatasi emosi yang dimiliki dianggap sebagai tempat yang tidak hangat
hingga memunculkan rasa frustasi dalam dan tidak aman bagi TR. Tidak ada perhatian

708 PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi


Penganiayaan Masa Kecil dan Gangguan Stress Pasca Trauma Pada Perempuan Dewasa
(Rizikita Imanina, Endang R. Surjaningrum)

dan pengertian yang dibangun di dalam kelekatan cemas, yang terbentuk dari interaksi
keluarga TR dan harapan bahwa ayah TR akan bersama ibu. Pada penelitian terdahulu yang
hidup kembali sehingga kondisi tidak dilakukan untuk melihat permasalahan
menyalahkan keberadaan TR. Tidak adanya kelekatan ditemukan bahwa permasalahan
teman sejati dan keinginan TR untuk memiliki kelekatan kuat relevansinya dengan simtom
teman yang bisa menghargainya dan tidak PTSD. Kondisi ini terjadi jika trauma yang ada
egois menjadi pemahaman TR dalam timbul oleh perilaku dari pengasuh atau
membangun relasi sosial. Sikap yang dipilih TR pasangan (Sandberg et al., 2010). Baik
tersebut berdampak pada bagaimana TR kelekatan pencemas dan menghindar,
membangun konsep dirinya menjadi individu keduanya memiliki keterkaitan yang kuat
yang diam, tidak mampu melawan dan merasa dengan simtom PTSD. Bahkan pada penlitian
tidak berharga karena rasa takut jika yang dilakukan Espeleta et al (2017) tingginya
ditinggalkan oleh orang lain sehingga TR kelekatan pencemas akan meningkatkan
memilih bersikap pasif untuk tetap bisa kemampuan disregulasi emosi, terutama pada
diterima oleh lingkungan. perempuan yang mengalami kekerasan
psikologis pada masa kanak-kanak. Kemudian
PEMBAHASAN juga turut memperparah tingkat keparahan
dari penganiayaan itu sendiri.
Gangguan stres pasca trauma merupakan
Kemampuan disregulasi emosi yang
gangguan yang mengembangkan karateristik
rendah pada TR dapat terlihat dari sikap TR
gejala yang muncul setelah paparan satu atau
dalam menyelami kembali peristiwa traumatis
lebih peristiwa traumatis, dengan mengalami
yang pernah dialaminya. Pada proses asesmen,
atau menyaksikan pengalaman traumatis,
TR cenderung menghindari stimulus yang
adanya kemunculan gejala instrusi yang
mengingatkan dirinya pada peristiwa trauma.
berhubungan dengan peristiwa traumatis,
Pada kehidupan sehari-hari, upaya menghindari
perilaku menghindari peristiwa, perubahan
stimulus trauma juga seringkali dilakukan oleh
negatif pada kognisi & mood, perubahan
TR baik pada pekerjaan juga pada interaksi
reaktivitas terkait pengalaman traumatis,
dengan ibu, sebagai sumber pencetus trauma.
berdampak pada fungsi kehidupan sehari-hari,
Studi yang dilakukan oleh Powers et al (2015),
yang berlangsung lebih dari 1 bulan (APA, 2013).
perilaku menghindar pada individu dengan
Berdasarkan pemaparan permasalahan yang
PTSD merupakaan usaha maladaptif pada
dialami oleh TR selama proses tumbuh
kemampuan meregulasi emosi dan
kembang dan pengasuhan, TR mengalami
menurunkan distress, yang terkadang juga
peristiwa traumatis secara langsung yang
menjadi sebuah kesulitan bagi individu untuk
diperoleh dari ibu melalui kekerasan (fisik &
terhubung dengan tugas yang dimiliki. Individu
verbal) dan penelantaran pada pengasuhan.
dengan disregulasi emosi yang tinggi, akan
Selain kekerasan dan penelantaran yang terjadi
kesulitan untuk mengekspresikan emosi,
pada pengasuhan, pada masa remaja TR juga
menyusun strategi untuk meregulasi emosi &
mengalami pelecehan seksual yang dilakukan
mempersepsikan emosinya, sehingga di masa
oleh kakak kandung serta beberapa kali
mendatang akan berdampak pada kelekatan
peristiwa perundungan yang terjadi di masa
yang dimiliki dalam membangun relasi
sekolah.
romantisme (Espeleta et al., 2017).
Penganiayaan yang dilakukan ibu, melalui
Hasil dari analisis dinamika psikologis,
kekerasan dan penelantaran membentuk
ditemukan bahwa TR lebih nyaman
kelekatan cemas yang ada pada hubungan TR
membangun relasi dengan sosok idola
dengan ibu. Hasil asesmen yang sudah
dibandingkan memaknai hubungan yang
dilakukan dapat terlihat bahwa TR mengalami
dimiliki karena adanya kecemasan akan tidak
permasalahan kelekatan yang mengarah pada
DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikostudia.v11i4.9564 709
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi | Volume 11 No. 4 | Desember 2022: 702-714

diterima oleh lingkungan dan ketakutan tidak Selain secara fisik dan seksual, pada kasus
dapat memenuhi ekspektasi lingkungan. ini juga ditemukan adanya pelecehan emosi
Secara emosi TR cenderung menekan dan yang dilakukan oleh ibu, hingga saat ini.
mengabaikan emosinya, karena rendahnya Pelecehan emosi yang dilakukan oleh ibu
kemampuan dalam mengenali dan memahami kepada TR, membentuk TR memiliki
emosi yang dirasakan. Ketidakmampuan dalam pandangan diri yang negatif, keadaan ini
mengatasi emsoi ini, mampu menjadikan TR sejalan dengan studi yang ada. Kemungkinan
kewalahan dengan emosi yang dimilikinya dampak psikologis pelecehan emosi lebih
sehingga memunculkan perilaku ide bunuh diri banyak dibandingkan bentuk pelecehan
sebagai upaya menghindari permasalahan yang lainnya, dan dapat memperparah simtom PTSD
dialami. Upaya bunuh diri yang ingin dilakukan terutama pada aspek instrusi, perubahan
adalah sebagai bentuk reaksi yang kognisi dan mood, serta arousal (Rameckers et
dimunculkan oleh TR sebagai respon dalam al., 2021). Pelecehan emosi juga memiliki
menghadapi pengalaman traumatis yang dampak negatif pada pikiran dan perilaku
dihadapinya. individu, memengaruhi pembentukan identitas
Penganiayaan masa kanak-kanak yang dalam menjalani kehidupan ke depan (Watts et
terjadi memungkinkan untuk individu al., 2021), sehingga dapat terlihat bahwa TR
melakukan upaya bunuh diri, baik dalam cenderung menjalani kehidupannya dengan
bentuk ide dan usaha bunuh diri (Angelakis et pandangan yang negatif. Akumulasi kondisi
al., 2019). Dibandingkan dengan tipe pelecehan tersebut telah membentuk TR menjadi individu
lainnya, pelecehan seksual memiliki dampak yang cenderung negatif dalam menjalani hari-
negatif yang persisten pada fungsi kognitif, hari dan harapan pada kehidupannya, yang juga
meningkatnya pengalaman penganiayaan memungkinkan memperparah simtom PTSD
terutama pada pelecehan seksual mampu yang dimiliki oleh TR.
memperburuk performa kognitif pada individu Walaupun pelecehan emosi memiliki lebih
(Nakayama et al., 2020). Dinamika yang banyak dampak negatif pada kehidupan
kompleks terjadi pada TR memperjelas individu dengan PTSD, pelecehan seksual dan
keparahan simtom PTSD yang dialaminya, yang pengalaman perundungan pada masa remaja,
memungkinkan akan mengarahkan pada juga memungkinkan terjadinya peningkatkan
keberhargaan diri yang rendah. keparahan kondisi PTSD (Nakayama et al.,
Keberhargaan diri menjadi mediasi bagi 2020). Pengalaman kekerasan interpersonal
hubungan antara kelekatan dan simtom PTSD, domestik dan atau kekerasan seksual
tetapi tidak menunjukkan adanya korelasi yang menjadikan individu memungkinkan terjadi
signifikan antara kelekatan pencemas dengan keparahan simtom PTSD, terutama jika individu
keberhargaan diri (Lim et al., 2012). Studi tidak langsung mendapatkan bantuan
terdahulu, tidak mendukung temuan hasil pada dikarenakan adanya rasa malu terhadap
kasus yang dialami oleh TR. Pada kasus TR, pengalaman yang dialami. Komentar negatif
keberhargaan diri yang rendah cukup kuat memang dirasakan lebih menyakitkan dan
terjadi yang dapat terlihat dari perilaku TR yang merusak luka bagi penyintas setelah terjadinya
cenderung merendahkan dirinya untuk bisa kekerasan fisik maupun kekerasan seksual
mengutamakan kebutuhan dan kepentingan (Rameckers et al., 2021), dibandingkan luka
orang lain dibandingkan dirinya. Walaupun yang dialami itu sendiri. Penelitian ini
permasalahan kelekatan pencemas tidak mendukung hasil dari perilaku yang
berkorelasi dengan keberhargaan diri, tetapi dimunculkan oleh TR, dimana TR merasa takut
tetap mendukung tingginya keparahan dari dan tidak nyaman untuk melaporkan pelecehan
simtom PTSD pada individu dan mendukung seksual yang dialami karena perilaku
munculnya perilaku maladaptif.

710 PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi


Penganiayaan Masa Kecil dan Gangguan Stress Pasca Trauma Pada Perempuan Dewasa
(Rizikita Imanina, Endang R. Surjaningrum)

merendahkan yang sering dilakukan ibu kepada penyaringan simtom memenuhi kriteria yang
TR. ada. Keadaan ini tetapi tidak sejalan dengan
Individu dengan PTSD yang terkonfirmasi hasil penelitian terdahulu yang menyatakan
mengalami penganiayaan memiliki pendapatan bahwa semakin tinggi resiliensi terhadap
rumah tangga yang cenderung rendah, yang trauma maka semakin rendah gejala PTSD yang
menjadikan skor yang tinggi pada pengalaman dialami (Kusristanti et al., 2020).
kembali (Beal et al., 2020), skor yang tinggi
pada kluster intrusi, menghindar dan KESIMPULAN
hyperarousal yang tinggi, terutama jika ada Berdasarkan pemaparan dari hasil dan
riwayat kekerasan fisik (Nakayama et al., 2020) diskusi, maka dapat disimpulkan bahwa
dan penganiayaan emosi (Watts et al., 2021). keluhan-keluhan yang disampaikan terkait
Keadaan ini dapat terlihat dari hasil asesmen pengalaman traumatis dan perilaku yang
yang dilakukan kepada TR, dimana TR juga tampak pada TR termasuk kedalam gangguan
kesulitan untuk bisa tidur karena ketakutan stres pasca trauma (PTSD). Berdasarkan DSM-
dengan mimpi-mimpi yang dialaminya. Reaksi 5, 8 kriteria PTSD yang ada, TR memenuhi 8
fisiologis lainnya seperti merasa membuat kriteria utama pada PTSD yang ditandai sebagai
kesalahan ketika bekerja, ingin menangis dan berikut: 1) Paparan terhadap ancaman yang
keringat dingin muncul ketika TR merasa nyata; 2) Munculnya satu atau lebih gejala
sedang mengalami kembali perlakuan ibunya instrusi yang berkaitan; 3) Menghindari terus
yang selalu menganggap segala perilaku TR menerus stimulus yang berkaitan; 4)
adalah kesalahan. Perubahan negatif pada kognisi dan mood; 5)
Reaksi terhadap peristiwa traumatis Perubahan gairah dan reaktifitas; 6) Durasi
lainnya dapat dilihat dari bagaimana sikap TR gangguan lebih dari 1 bulan; 7) Gangguan
yang secara sadar akan terhentak ketika ada menyebabkan distress signifikan; 8) Gangguan
seseorang yang sengaja ataupun tidak sengaja tidak disebabkan efek fisiologis zat.
menyentuh kakinya ataupun rasa gelisah dan
takut ketika mendengar suara dengan nada KETERBATASAN DAN SARAN
tinggi. Tidak salah jika TR seringkali mengalami
reaksi fisiologis yang menyebabkan adanya Hasil asesmen yang sudah dilakukan
rasa sakit pada diri, seperti maag yang dialami menunjukkan adanya beberapa keterbatasan
karena stress menghadapi pekerjaannya, yang mendukung kemungkinan prognosis
keadaan ini sejalan dengan temuan penelitian negatif pada TR. Pertama, dukungan sosial
bahwa rasa sakit yang dialami ketika dewasa yang rendah dari keluarga, sikap keluarga yang
memungkinkan terjadi karena adanya cenderung abai dalam kondisi psikologis TR
kumulatif paparan eksposur terhadap yang memungkinkan terjadinya secara terus
pengalaman traumatis (Beal et al., 2020). menerus paparan pengalaman traumatis yang
Jika dilihat dari kemampuan TR untuk akan terjadi pada TR. Kedua, pengasuhan
tetap beraktivitas pasca pengalaman traumatis abusif dan permasalahan ekonomi keluarga,
yang dialaminya hingga dewasa, TR masih yang akan memengaruhi interaksi positif serta
mampu menjalankan tugas-tugas ketiadaan tempat yang aman untuk TR
perkembangannya hingga dewasa. Seperti, mendapatkan cinta tanpa syarat dan
tetap menyelesaikan pendidikan hingga tamat keberhargaan diri. Ketiga, tingkat pendidikan
SMA dan bekerja sedari SMK hingga saat ini, yang rendah, dapat memengaruhi bagaimana
menjadikan TR secara individu memiliki TR membangun penghayatan baru pada
resiliensi yang cukup tinggi pasca akumulasi kehidupan yang dijalaninya. Faktor prognosis
trauma kompleks yang dialami. Hanya saja negatif ini didukung oleh tinjauan yang
secara tingkat PTSD, skor yang diperoleh pada dijabarkan oleh APA (2013), permasalahan

DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikostudia.v11i4.9564 711


PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi | Volume 11 No. 4 | Desember 2022: 702-714

ekonomi, rendahnya status sosial-ekonomi, menganalisis perilaku di luar sesi, tetapi


kesengsaraan masa anak-anak, kultur serta aktivitas ini perlu mempertimbangkan
kondisi intelegensi yang rendah dapat keinginan dan motivasi dari individu dalam
memengaruhi prognosis yang dimiliki oleh melaporkan aktivitas keseharian yang dimiliki
individu dengan PTSD. Stres koping yang serta simtom-simtom yang muncul pada
rendah, penilaian negatif dan lingkungan yang keseharian.
secara berkelanjutan memaparkan Saran bagi praktisi yang juga menangani
pengalaman traumatis, juga menjadi faktor kasus dewasa, terutama perempuan yang
keparahan prognosis PTSD. mengalami stres pasca trauma, dapat
Pada laporan kasus TR, terdapat melakukan asesmen dan upaya pendekatan
beberapa keterbatasan, pertama pada intervensi dengan pendekatan humanistik,
rangkaian asesmen, yang mana akan lebih terutama jika secara kemampuan kognitif dan
optimal jika eksposur terhadap trauma serta level ekonomi berada pada level menengah ke
tingkat keparahan PTSD dapat serta terukur, bawah. Pengenalan keberhargaan diri di
sehingga dapat optimal dalam memetakan tengah situasi keluarga dan lingkungan yang
pengalaman traumatis yang dialami oleh tidak mendukung, dapat membantu individu
individu. Yang kedua, melakukan pendalaman untuk bisa mengembangkan rasa
wawancara pada penghayatan kehidupan yang keberhargaan dan rasa cinta tanpa syarat
dimiliki oleh individu sehingga proses asesmen untuk menerima kondisi diri. Pendekatan
tidak hanya berfokus pada pengalaman intervensi kognitif juga dapat diterapkan untuk
traumatis yang dialami, tetapi juga tentang mengajarkan kemampuan koping stress yang
bagaimana individu menjalani kehidupannya adaptif dalam menghadapi situasi yang
sebagai faktor protektif yang akan mungkin tidak nyaman bagi individu. Sehingga
memengaruhi prognosis yang dimiliki oleh individu dapat membangun hubungan yang
individu. Yang terakhir, observasi partisipan positif terhadap diri sendiri dan mampu
tidak dilakukan sehingga gambaran perilaku meningkatkan kemampuan koping stress yang
individu dalam seting lain di luar sesi bersama positif serta adaptif dalam menghadapi situasi
peneliti kurang dapat dianalisis. Penerapan yang menekan.
aktivitas pantauan kegiatan pada individu Saran terkait pengembangan laporan
kurang dapat maksimal terlaksana karena kasus selanjutnya adalah dengan memberikan
individu tidak aktif dalam melaporkan intervensi atau terapi yang dibutuhkan oleh TR.
pantauan kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan hasi laporan kasus TR yang telah
Saran yang dapat diberikan berdasarkan dipaparkan, aktivitas yang dapat ditujukan
hasil laporan kasus TR, pertama bagi rekan mengarah pada kemampuan mengenali diri
profesional atau peneliti yang juga menangani dengan memberikan suasana yang aman untuk
kasus gangguan stres pasca trauma untuk membantu TR dalam mengeksplorasi
mempertimbangkan penggunaan kuesioner perasaan, pikiran, perilaku serta pengalaman
atau skala yang lebih spesifik, seperti yang terjadi; memberikan dukungan kepada TR
penggunaan kuesioner atau skala yang untuk dapat bertumbuh dan percaya pada
berfokus pada eksposur trauma yang terjadi kapasitas yang dimiliki dengan
pada masa kanak-kanak. Observasi partisipan mengembangkan keberhargaan diri; dan
juga dapat dilakukan untuk memperkuat mendukung TR untuk aktif dalam melalukan
rangkaian asesmen dalam melihat perilaku upaya penyembuhan diri. Kemampuan dalam
individu dalam berbagai seting. Pada beberapa melakukan koping terhadap stres juga dapat
kemungkinan, memberikan tabel pantauan diajarkan kepada TR, sehingga TR dapat
akvitias pada individu memungkinkan untuk menghadapi situasi yang menekan secara
bisa membantu tambahan informasi dalam adaptif tanpa melukai keberhargaan diri.

712 PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi


Penganiayaan Masa Kecil dan Gangguan Stress Pasca Trauma Pada Perempuan Dewasa
(Rizikita Imanina, Endang R. Surjaningrum)

Psikoedukasi terhadap orang-orang di sekitar Hooley, J. M., Butcher, J. N., Nock, M. K., & Mineka,
TR juga penting diberikan untuk bisa S. (2017). Abnormal psychology (Seventeenth
membantu TR mengembangkan keberhargaan edition, global edition). Pearson.
diri melalui dukungan dari orang-orang Abbasi, M. A., Saeidi, M., Khademi, G., & Hoseini, B.
L. (2014). Child Maltreatment in the
terdekat.
Worldwide: A Review Article. Child
Maltreatment, 14.
DAFTAR PUSTAKA American Psychiatric Association, & American
Abbasi, M. A., Saeidi, M., Khademi, G., & Hoseini, B. Psychiatric Association (Eds.). (2013).
L. (2014). Child Maltreatment in the Diagnostic and statistical manual of mental
Worldwide: A Review Article. Child disorders: DSM-5 (5th ed). American
Maltreatment, 14. Psychiatric Association.
American Psychiatric Association, & American Angelakis, I., Gillespie, E. L., & Panagioti, M. (2019).
Psychiatric Association (Eds.). (2013). Childhood maltreatment and adult
Diagnostic and statistical manual of mental suicidality: A comprehensive systematic
disorders: DSM-5 (5th ed). American review with meta-analysis. Psychological
Psychiatric Association. Medicine, 49(07), 1057–1078.
Angelakis, I., Gillespie, E. L., & Panagioti, M. (2019). https://doi.org/10.1017/S0033291718003823
Childhood maltreatment and adult Beal, S. J., Kashikar-Zuck, S., King, C., Black, W.,
suicidality: A comprehensive systematic Barnes, J., & Noll, J. G. (2020). Heightened
review with meta-analysis. Psychological risk of pain in young adult women with a
Medicine, 49(07), 1057–1078. history of childhood maltreatment: A
https://doi.org/10.1017/S0033291718003823 prospective longitudinal study. Pain, 161(1),
Beal, S. J., Kashikar-Zuck, S., King, C., Black, W., 156–165.
Barnes, J., & Noll, J. G. (2020). Heightened https://doi.org/10.1097/j.pain.000000000000
risk of pain in young adult women with a 1706
history of childhood maltreatment: A Briere, J., & Jordan, C. E. (2009). Childhood
prospective longitudinal study. Pain, 161(1), Maltreatment, Intervening Variables, and
156–165. Adult Psychological Difficulties in Women: An
https://doi.org/10.1097/j.pain.000000000000 overview. Trauma, Violence, & Abuse, 10(4),
1706 375–388.
Briere, J., & Jordan, C. E. (2009). Childhood https://doi.org/10.1177/1524838009339757
Maltreatment, Intervening Variables, and Ditlevsen, D. N., & Elklit, A. (2010). The combined
Adult Psychological Difficulties in Women: An effect of gender and age on post traumatic
overview. Trauma, Violence, & Abuse, 10(4), stress disorder: Do men and women show
375–388. differences in the lifespan distribution of the
https://doi.org/10.1177/1524838009339757 disorder? Annals of General Psychiatry, 9(1),
Ditlevsen, D. N., & Elklit, A. (2010). The combined 32. https://doi.org/10.1186/1744-859X-9-32
effect of gender and age on post traumatic Espeleta, H. C., Palasciano-Barton, S., & Messman-
stress disorder: Do men and women show Moore, T. L. (2017). The Impact of Child Abuse
differences in the lifespan distribution of the Severity on Adult Attachment Anxiety and
disorder? Annals of General Psychiatry, 9(1), Avoidance in College Women: The Role of
32. https://doi.org/10.1186/1744-859X-9-32 Emotion Dysregulation. Journal of Family
Espeleta, H. C., Palasciano-Barton, S., & Messman- Violence, 32(4), 399–407.
Moore, T. L. (2017). The Impact of Child Abuse https://doi.org/10.1007/s10896-016-9816-0
Severity on Adult Attachment Anxiety and Hooley, J. M., Butcher, J. N., Nock, M. K., & Mineka,
Avoidance in College Women: The Role of S. (2017). Abnormal psychology (Seventeenth
Emotion Dysregulation. Journal of Family edition, global edition). Pearson.
Violence, 32(4), 399–407. Kusristanti, C., Triman, A., & Paramitha, R. G. (2020).
https://doi.org/10.1007/s10896-016-9816-0 Resiliensi Trauma Pada Dewasa Muda
Penyintas Kekerasan yang Terindikasi
Posttraumatic Stress Disorder (PTSD).
DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikostudia.v11i4.9564 713
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi | Volume 11 No. 4 | Desember 2022: 702-714

Personifikasi: Jurnal Ilmu Psikologi, 11(1), 16– Powers, A., Etkin, A., Gyurak, A., Bradley, B., &
33. Jovanovic, T. (2015). Associations Between
https://doi.org/10.21107/personifikasi.v11i1.72 Childhood Abuse, Posttraumatic Stress
87 Disorder, and Implicit Emotion Regulation
Lim, B. H. (Phylice), Adams, L. A., & Lilly, M. M. Deficits: Evidence From a Low-Income, Inner-
(2012). Self-Worth as a Mediator Between City Population. Psychiatry, 78(3), 251–264.
Attachment and Posttraumatic Stress in https://doi.org/10.1080/00332747.2015.10696
Interpersonal Trauma. Journal of 56
Interpersonal Violence, 27(10), 2039–2061. Rameckers, S. A., van Emmerik, A. A. P., Bachrach,
https://doi.org/10.1177/0886260511431440 N., Lee, C. W., Morina, N., & Arntz, A. (2021).
McCutcheon, V. V., Sartor, C. E., Pommer, N. E., The impact of childhood maltreatment on the
Bucholz, K. K., Nelson, E. C., Madden, P. A. F., severity of childhood-related posttraumatic
& Heath, A. C. (2010). Age at trauma exposure stress disorder in adults. Child Abuse &
and PTSD risk in young adult women: Age at Neglect, 120, 105208.
Trauma and PTSD Risk in Young Adult https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2021.105208
Women. Journal of Traumatic Stress, 23(6), Sadock, B. J., Sadock, V. A., & Ruiz, P. (Eds.). (2017).
811–814. https://doi.org/10.1002/jts.20577 Kaplan & Sadock’s comprehensive textbook of
Miao, X.-R., Chen, Q.-B., Wei, K., Tao, K.-M., & Lu, Z.- psychiatry (Tenth edition). Wolters Kluwer.
J. (2018). Posttraumatic stress disorder: From Sandberg, D. A., Suess, E. A., & Heaton, J. L. (2010).
diagnosis to prevention. Military Medical Attachment Anxiety as a Mediator of the
Research, 5(1), 32. Relationship Between Interpersonal Trauma
https://doi.org/10.1186/s40779-018-0179-0 and Posttraumatic Symptomatology Among
Nakayama, M., Hori, H., Itoh, M., Lin, M., Niwa, M., College Women. Journal of Interpersonal
Ino, K., Imai, R., Ogawa, S., Sekiguchi, A., Violence, 25(1), 33–49.
Matsui, M., Kunugi, H., & Kim, Y. (2020). https://doi.org/10.1177/0886260508329126
Possible Long-Term Effects of Childhood Watts, J., Leeman, M., O’Sullivan, D., Castleberry, J.,
Maltreatment on Cognitive Function in Adult & Baniya, G. (2021). Childhood Emotional
Women With Posttraumatic Stress Disorder. Maltreatment and Post-Traumatic Stress
Frontiers in Psychiatry, 11, 344. Disorder in the Context of Centrality of the
https://doi.org/10.3389/fpsyt.2020.00344 Event and Intrusive Rumination.
Peltzer, K., & Pengpid, S. (2016). Childhood physical Rehabilitation Counseling Bulletin, 64(2), 108–
and sexual abuse, and adult health risk 117.
behaviours among university students from https://doi.org/10.1177/0034355220925889
24 countries in Africa, the Americas and Asia. WHO. (2020). Child maltreatment. Retrieved from
Journal of Psychology in Africa, 26(2), 149–155. https://www.who.int/en/news-room/fact-
https://doi.org/10.1080/14330237.2016.116389 sheets/detail/child-maltreatment
9

714 PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi

Anda mungkin juga menyukai