Anda di halaman 1dari 16

Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020

ISSN 1979-6358 (print)


ISSN 25970246X (online)

Laporan Kasus

PENERAPAN EXPRESSIVE WRITING THERAPY DALAM PEMULIHAN POST


TRAUMATIC STRESS DISORDER PADA PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN
MASA PACARAN
(STUDI KASUS DI KOTA SALATIGA)
Yoan R. N. Panggabean1, Sutarto Wijono1, Arianti Ina R. Hunga1
1
Fakultas Psikologi, Program Studi Magister Sains Psikologi, Program Pascasarjana,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Corresponding author e-mail : yoan.panggabean@rocketmail.com

Abstrak

Kekerasan dalam ranah personal merupakan salah satu bentuk kekerasan dengan jumlah kedua
terbesar di Indonesia. Dari begitu banyak jenis kekerasan yang terjadi dalam ranah personal,
KDP merupakan salah satu bentuk kekerasan yang perlu diperhatikan. KDP dianggap penting
dikarenakan adanya indikasi kontinuitas perilaku dan tindak kekerasan dari mulai tahap
pacarana sampai kepada ranah domestik atau rumah tangga. KDP memberikan dampak yang
signifikan terhadap kesehatan mental fisik dan perilaku korban, beberapa dampak tersebut
adalah depresi, kecemasan, PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), kelainan pola makan dan
putus sekolah. Korban KDP cenderung tertutup dan tidak mampu mengungkapkan perasaan
mereka dikarenakan adanya rasa malu. Untuk mengatasi trauma yang dialami oleh korban
maka diperlukan penanganan yang cermat, salah satunya yaitu dengan melakukan Expressive
Writing Theraphy (Terapi Menulis Ekspresif). Terapi menulis ekspresif merupakan satu
metode yang digunakan untuk mengurangi trauma dengan cara mengekspresikan perasaan atau
harapannya dengan cara menulis ulang peristiwa traumatis dan emosional yang telah
dialaminya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penerapan terapi menulis ekspresif terhadap
korban kekerasan masa pacaran yang dilihat dari penurunan tingkat PTSD. Metode yang
digunakan adalah Participatory Action Research (PAR) yang merupakan penelitian yang
dilakukan secara kolaboratif oleh partisipan dalam ilmu sosial dan pendidikan untuk
memperbaiki pemahaman dan pelaksanaan pekerjaannya sendiri, dan juga membawa dampak
pada lingkungan di sekitarnya. Sebagai kesimpulan pada penelitian ini adalah adanya pengaruh
menulis ekspresif terhadap peningkatan mood. Terbukti bahwa terapi menulis pengalaman
emosional dapat memberi efek positif dalam fungsi sosial, psikologis, tingkah laku, dan fungsi
biologis seseorang.

Kata Kunci: Kekerasan dalam Pacaran, Terapi Menulis Ekspresif, PTSD.

Abstract

Violence in the personal sphere is one of the second largest forms of violence in Indonesia. Of
the many types of violence that occur in the personal realm, Dating Violence is one form of
violence that needs attention. Dating Violence is considered important because there are
indications of continuity in behavior and acts of violence from the dating Violence stage to the
Domestic Violence sphere. Dating Violence has a significant impact on physical mental health
and behavior of victims, some of these impacts are depression, anxiety, PTSD (Post-Traumatic
Stress Disorder), eating disorders and school dropouts. Dating Violence victims tend to be
closed and unable to express their feelings due to shame. To overcome the trauma suffered by
the victim, careful handling is needed, one of which is by doing Expressive Writing Therapy
82 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

(Expressive Writing Therapy). Expressive writing therapy is a method used to reduce trauma
by expressing feelings or hopes by rewriting the traumatic and emotional events that have been
experienced. This study aims to examine the application of expressive writing therapy to victims
of courtship violence seen from a decrease in PTSD levels. The method used is Participatory
Action Research (PAR) which is a collaborative study conducted by participants in social
science and education to improve the understanding and implementation of their own work,
and also have an impact on the surrounding environment. The conclusion of this research is
the effect of expressive writing on improving mood. It is proven that the therapy of writing
emotional experiences can have a positive effect on one's social, psychological, behavioral, and
biological functions.

Keywords: Violence in Dating, Expressive Writing Therapy, PTSD.

Pendahuluan dan pengabaian) dan korban tidak langsung


Kekerasan terhadap perempuan KDRT sama-sama memiliki kerentanan
merupakan permasalahan global yang sedang mengalami trauma. Pada akhirnya juga
dibahas sekarang ini. Sofyan1 mengungkapkan memiliki kemungkinan dapat terlibat dalam
sedikitnya satu diantara lima penduduk relasi intim yang diliputi kekerasan di masa
perempuan di dunia pernah mengalami perilaku dewasanya.3
kekerasan yang dilakukan oleh pria.WHO Kekerasan yang terjadi saat berpacaran
dalam laporannya mengenai “Violence and memberikan dampak yang signifikan terhadap
Health / Kekerasan dan Kesehatan” kesehatan mental, fisik dan perilaku korban,
menunjukkan bahwa kualitas kesehatan beberapa dampak tersebut adalah depresi,
perempuan mengalami penurunan drastis kecemasan, PTSD, munculnya keinginan untuk
akibat tindakan kekerasan yang dialaminya. bunuh diri, konsep diri yang buruk, kelainan
Hal ini terbukti dengan melihat jumlah pola makan, kecenderungan untuk menjadi
perempuan yang meninggal karena pelaku dan korban kekerasan, perilaku seksual
pembunuhan mencapai 40-70% dimana yang berbahaya, dan putus sekolah.4,5,6,7,8,9,10
pembunuhan ini umumnya dilakukan oleh Gangguan stress pasca trauma (PTSD)
mantan atau pasangannya sendiri.2 merupakan gangguan emosional yang bersifat
World Health Organization (WHO) menetap yang terjadi setelah individu
memaparkan bahwa perempuan yang mendapat menghadapi ancaman dan merasa benar-benar
perlakuan kekerasan akan mengakibatkan tidak berdaya atau menimbulkan ketakutan.11
depresi dan kecemasan, ketergantungan pada Dari hasil penelitian oleh Pennebaker12
alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan ditemukan satu bentuk terapi bagi individu
sebagai bentuk pengalihan mereka, serta yang pernah mengalami peristiwa traumatik,
menyebabkan penarikan diri dan isolasi.2 yakni melakukan menulis ekspresif. Terapi
Beberapa penelitian lainnya juga menemukan menulis ekspresif merupakan satu metode yang
bahwa korban langsung kekerasan (pelecehan digunakan untuk mengurangi trauma dengan
83 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

cara mengekspresikan perasaan atau melukai dan paksaan fisik untuk memperoleh
harapannya dengan cara menulis ulang dan mempertahankan kekuatan (power) dan
peristiwa traumatis dan emosional yang telah kontrol (control) terhadap pasangan dating-
dialaminya. Menulis ekspresif dilakukan nya.15 Lebih lanjut dikatakan bahwa perilaku
selama 3-5 sesi pertemuan, di mana pada setiap ini tidak dilakukan atas paksaan orang lain,
sesinya partisipan diberikan waktu 15-20 menit sang pelaku lah yang memutuskan untuk
untuk menuliskan pengalaman traumatiknya.13 melakukan perilaku ini atau tidak, perilaku ini
Beberapa hasil penelitian menunjukkan ditujukan agar sang korban tetap bergantung
manfaat menulis ekspresif terhadap simtom- atau terikat dengan pasangannya. Dapat
simtom stres pasca trauma. Pernyataan tersebut disimpulkan bahwa dating violence adalah
sejalan dengan penemuan Pennebaker14 yang ancaman atau tindakan untuk melakukan
melakukan review terhadap beberapa penelitian kekerasan kepada salah satu pihak dalam
sebelumnya. Hasilnya adalah menuliskan hubungan berpacaran, yang mana kekerasan ini
kejadian yang stresful dan traumatik secara ditujukan untuk memperoleh kontrol,
konsisten dapat menurunkan masalah kekuasaan dan kekuatan atas pasangannya,
kesehatan. perilaku ini bisa dalam bentuk kekerasan
Berdasarkan beberapa temuan tersebut emosional, fisik dan seksual.
dapat dikatakan bahwa kekerasan dalam Secara umum mengemukakan beberapa
pacaran yang dialami perempuan dapat bentuk kekerasan yang dikelompokkan sebagai
menimbulkan berbagai gangguan psikologis berikut15:
seperti gangguan stres pasca trauma. Oleh a. Kekerasan Verbal dan Emosional.
sebab itu dibutuhkan penanganan untuk Kekerasan verbal dan emosional adalah
mengurangi dampak negatif tersebut. Salah ancaman yang dilakukan pasangan terhadap
satu caranya adalah melalui menulis ekspresif. pacarnya dengan perkataan maupun mimik
Penelitian akan menunjukkan bagaimana wajah. Menurut Murray15, kekerasan verbal dan
pengaruh menulis ekspresif sebagai salah satu emosional terdiri dari Name calling,
cara pengelolaan dampak psikologis, terhadap Intimidating looks, Use of pagers and cell
simtom-simtom gangguan stres pasca trauma phones, Making a boy/girl wait by the phone,
pada perempuan korban kekerasan domestik. Monopolizing a girl’s/ boy`s time, Making a
Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) girl`s/ boy`s feel insecure, Blaming,
Peneliti di The University of Michigan Manipulation/ making himself look pathetic,
Sexual Assault Prevention and Awareness Making threats, Interrogating, Humiliating
Center Burandt, Wickliffe, Scott, Handeyside, her/ him in public, Breaking treasured items
Nimeh & Cope mendefiniskan dating violence b. Kekerasan Seksual
sebagai tindakan yang disengaja (intentional), Kekerasan seksual adalah pemaksaan
yang dilakukan dengan menggunakan taktik untuk melakukan kegiatan atau kontak seksual
84 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

sedangkan pacar mereka tidak traumatik yang menyebabkan penderitaan


menghendakinya15 Pria lebih sering melakukan yang bersifat berulang dan mengganggu,
tipe kekerasan ini dibandingkan.16 Menurut15, meliputi bayangan, pikiran, atau persepsi, 2.
kekerasan seksual dapat mencakup perkosaan Mimpi yang menakutkan mengenai
(melakukan hubungan seks tanpa ijin peristiwa traumatik, 3. Bertindak atau
pasangannya atau tanpa sepengetahuan merasa seolah-olah peristiwa traumatik
pasangannya), sentuhan yang tidak diinginkan, kembali terjadi (meliputi perasaan
dan ciuman yang tidak diinginkan. mengalami kembali, ilusi, halusinasi, dan
c. Kekerasan Fisik episode kilas balik disosiatif, termasuk yang
Kekerasan fisik adalah perilaku yang terjadi selama terjaga atau intoksifikasi), 4.
mengakibatkan pacar terluka secara fisik, Penderitaan psikologis yang kuat terhadap
seperti memukul, menampar, menendang dan pemaparan tanda internal atau eksternal
sebagainya.15 Wanita juga melakukan yang disimbolkan atau menyerupai aspek
kekerasan tipe ini dengan pasangannya akan kejadian traumatik, dan 5. Reaktivitas
tetapi konsekuensi fisik yang dihasilkan tidak psikologis pada pemaparan terhadap tanda
begitu berbahaya seperti yang dilakukan pria internal atau eksternal yang disimbolkan
terhadap wanita.16,17,18 atau menyerupai aspek kejadian traumatik.
Gangguan Stress Pasca Trauma (PTSD) b. Menghindari isyarat internal dan eksternal
The Diagnostic and Statistical Manual of yang diasosiasikan dengan peristiwa
Mental Health Disorder (DSM) menjelaskan traumatik. Simtom ini dapat termanifestasi
bahwa gangguan stres pasca trauma berakar melalui usaha untuk menghindari pikiran,
dari satu kejadian ketika individu berhadapan perasaan, atau percakapan yang
dengan ancaman serius yang berkaitan dengan berhubungan dengan trauma atau usaha
kematian atau kecelakaan yang kemudian untuk menghindari aktivitas, tempat, atau
menyebabkan dirinya mengalami perasaan orang yang membangkitkan ingatan tentang
takut yang amat sangat, perasaan tidak berdaya, peristiwa traumatik. Individu menjadi tidak
atau kengerian.19 mampu mengingat kembali aspek penting
20
DSM-IV TR , menjelaskan bahwa dari trauma, kehilangan minat atau peran
terdapat tiga rangkaian simtom gangguan stres serta yang jelas dalam aktivitas penting,
pasca trauma, yakni: perasaan terlepas atau asing dari orang lain,
a. Mengalami kembali peristiwa traumatik rentang afek terbatas, dan perasaan tidak
dalam ingatan, mimpi buruk, atau kilas balik memiliki masa depan.
dalam pikiran. Peristiwa traumatik secara c. Peningkatan kesadaran atau kewaspadaan
menetap dialami kembali dan juga sering kali terjadi pada individu yang
mengakibatkan gangguan stres pasca trauma pernah mengalami peristiwa traumatik dan
terjadi melalui; 1. Ingatan tentang peristiwa mengembangkan simtom-simtom gangguan
85 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

stress pasca trauma. Simtom ini dapat mampu terlihat manfaatnya hanya dalam sekali
termanifestasi melalui masalah sulit tidur, pelaksanaan.
kurang konsentrasi, mudah terkejut, dan b. Inhibisi emosi dan konfrontasi
menjadi mudah marah atau tersinggung. Inhibisi merupakan penekanan terhadap pikiran
Terapi Menulis Ekspresif dan emosi yang dirasakan. Proses ini
Terapi Menulis adalah suatu aktivitas mengakibatkan efek negatif pada
menulis yang mencerminkan refleksi dan keberfungsian fisik individu.24 Soper dan Von
ekspresi klien baik itu karena inisiatif sendiri Bergen menjelaskan bahwa inhibisi merupakan
atau sugesti dari seorang terapis atau peneliti.21 satu mekanisme yang tidak sehat yang
Pusat dari terapi menulis lebih pada proses disebabkan oleh kegagalan untuk mempelajari,
selama menulis daripada hasil dari menulis itu mengerti, dan memahami stresor yang berupa
sendiri sehingga penting bahwa menulis adalah peristiwa traumatik.25
suatu aktivitas yang personal, bebas kritik, dan c. Konstruksi narasi
bebas dari aturan bahasa seperti tata bahasa, Pada satu penelitian menggunakan Linguistic
sintaksis, dan bentuk.12,23 Oleh karena itu, Inquiry and Word Count (LIWC) terhadap
menulis dapat disebut sebagai bentuk terapi pelaksanaan menulis ekspresif, ditemukan
yang menggunakan teknik sederhana, murah, bahwa partisipan yang memiliki peningkatan
dan tidak membutuhkan umpan balik.12, kesehatan yang lebih besar adalah individu
Dalam seting klinis, Terapi Menulis yang menggunakan lebih banyak kata-kata
Pengalaman Emosional atau Menulis Ekspresif dengan muatan emosi positif, lebih sedikit
dapat diartikan sebagai suatu terapi dengan dalam menggunakan kata-kata negatif, dan
aktivitas menulis mengenai pikiran dan pemilihan kata-kata yang menunjukkan adanya
perasaan yang mendalam terhadap mekanisme pemrosesan kognisi seseorang
pengalaman-pengalaman yang berkaitan terhadap peristiwa traumatik tersebut seperti
dengan kejadian-kejadian yang menekan atau berbicara mengenai pemahaman dirinya
bersifat traumatik.12,23 terhadap peristiwa traumatik tersebut dan
menyadari sebab dan akibat peristiwa tersebut
Mekanisme Kerja Menulis Ekspresif bagi dirinya.12
Berikut ini adalah penjelasan beberapa d. Pemrosesan kognitif
mekanisme menulis ekspresif, yakni: Mekanisme pemrosesan kognitif menjelaskan
a. Katarsis emosi bahwa menulis dapat membantu individu untuk
Sebuah hipotesis menyatakan bahwa menulis mengorganisasikan dan mengatur ingatan
ekspresif bekerja sebagai proses katarsis traumatik, yang berimplikasi pada keadaan di
seseorang dan mengurangi perasaan negatif. mana seseorang menjadi lebih adaptif,
Hanya sedikit yang mendukung hipotesis memiliki gambaran yang lebih integratif
tersebut, karena menulis ekspresif kurang mengenai dirinya, orang lain, dan dunia luar.13
86 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

Selain itu kegiatan menulis ekspresif mengenai Metode


peristiwa traumatik dapat meningkatkan kerja Berdasarkan kebutuhan akan pengerjaan
kapasitas memori yang berimbas pada dan permasalahan yang diteliti oleh penulis,
peningkatan kemampuan seseorang dalam hal maka peneliti memutuskan untuk
pemrosesan kognitif. menggunakan metode penelitian Kualitatif dan
e. Pemaparan didukung dengan sebagian Kuantitatif.
Sloan dan Marx13 mengungkapkan beberapa Penggabungan jenis penelitian ini juga
bukti bahwa pemaparan adalah hal yang dikemukakan oleh Johnson dan
mendasari peningkatan kesehatan psikologis Onwuegbuzie27, bahwa dalam banyak hal,
yang terjadi melalui menulis ekspresif. Melalui kedua bentuk data tersebut diperlukan, bukan
menulis seseorang secara tidak langsung akan kuantitaif menguji kualitatif, melainkan kedua
dipaparkan kembali pada peristiwa traumatik bentuk tersebut digunakan bersama, dan
yang pernah dialami. Pengulangan mengenai apabila dibandingkan, masing-masing dapat
ingatan tentang peristiwa traumatik tersebut digunakan untuk keperluan menyusun teori.
secara perlahan menjadikan individu mampu Pendekatan Penelitian yang digunakan
mengenali emosi negatifnya dan menjadi lebih oleh peneiti adalah Participatory Action
terbiasa untuk mengendalikannya melalui Research (PAR) atau yang sering disebut
kegiatan menulis. dengan Riset Aksi. Reason dan Bradburry28
f. Neuropsikologi menjelaskan: Action Research (AR) atau
Beberapa mekanisme kerja menulis ekspresif Penelitian Tindakan (PT) adalah penelitian
juga dijelaskan dengan konteks yang dilakukan secara kolaboratif oleh
neuropsikologis. Ullrich dan Lutgendorg26 partisipan dalam ilmu sosial dan pendidikan
menjelaskan bahwa manfaat menulis ekspresif untuk memperbaiki pemahaman dan
baik secara fisik dan psikis didapat melalui efek pelaksanaan pekerjaannya sendiri, dan juga
pengungkapan diri yang terjadi. Pengungkapan membawa dampak pada lingkungan di
diri melalui tulisan memungkinkan individu sekitarnya.
mampu mengintegrasikan dan Subyek dan Kriteria Subyek
mengasimilasikan peristiwa traumatik yang Subjek dalam penelitian ini adalah
kemudian menyebabkan fungsi neuroendokrin perempuan korban kekerasan dalam berpacaran
kembali normal, meningkatnya sistem imun, di Salatiga. Subjek penelitian berjumlah tiga
dan menyebabkan tubuh menjadi lebih sehat, orang dengan rentang usia 18-25 tahun, dengan
hal yang sama terjadi pula pada kesehatan kriteria subjek merupakan perempuan yang
mental. mengalami kekerasan dalam berpacaran, skor
The PTSD Checklist for DSM-5 (PCL-5) ≥ 33
(Using the PTSD Checklist for DSM-5 (PCL-

87 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

5)), tidak sedang menjalani terapi atau Hasil


intervensi psikologis lainnya, belum pernah Penerapan Expressive Writing Theraphy
mendapatkan penanganan psikologis dalam pemulihan kondisi psikologis korban
sebelumnya, dan ersedia menjadi subjek kekerasan dalam berpacaran.
penelitian. Menulis ekspresif adalah satu kegiatan
Prosedur Penelitian pengungkapan diri mengenai pikiran, perasaan
a. Sebelum penelitian dilakukan, pertama- dan emosi terdalam yang dirasakan individu
tama yang dilakukan adalah mempersiapkan berkaitan dengan peristiwa yang penting dan
alat ukur yang diperlukan dalam penelitian, memiliki emosi negatif bagi individu. Berikut
yaitu The PTSD Checklist for DSM-5 (PCL- ini adalah penjelasan beberapa mekanisme
5) yang terdiri dari 20 item laporan diri. menulis ekspresif, yakni:
b. Mempersiapkan modul menulis ekspresif a. Katarsis emosi
yang merupakan manual dalam pelaksanaan Subyek 1
pemberian menulis ekspresif pada subjek. Pertama kali mencoba menulis: Subyek
c. Sebelum penelitian juga dilakukan orientasi menulis selama 5 menit dan berhenti untuk
kancah terhadap partisipan penelitian. menangis. “Saya bener-bener sedih dan
Untuk itu, pertama-tama dilakukan kehilangan kak…”
penyesuaian jadwal, dan menentukan Pada pertemuan kedua: kali ini subyek menulis
berapa subjek yang dapat mengikuti selama 10 menit. “Saya bingung menghadapi
penelitian. masa depan saya. Saya gak tau harus
d. Meminta persetujuan subjek untuk melakukan apa. Saya gak bisa hidup tanpa dia.
mengikuti penelitian dengan Tapi saya tau, saya harus berpisah sama dia.
menandatangani lembar persetujuan Mamah melarang saya menemuinya saya
kesediaan menjadi subjek penelitian subjek belum bisa mengilangkan dia dari ingatan
atau informed consent. saya, tapi saya juga selalu ketakutan kalau
e. Sebelum menulis ekspresif dilakukan, harus bersama dia. Saya bingung” Setelah 10
masing-masing peserta diberikan pretest menit subyek kembali menangis. Namun tetap
untuk mengetahui skor simtom-simtom melanjutkan menulis. Setelah 20 menit
gangguan stres pasca trauma. Setelah itu akhirnya subyek berhenti menangis dan
masing-masing peserta diberikan alat tulis berhenti menulis. Kemudian subyek berkata
serta diberikan instruksi untuk memulai sesi bahwa perasaannya sudah lebih baik.
menulis ekspresif. Pada pertemuan selanjutnya subyek sudah
f. Penelitian dilakukan sebanyak lima kali lancar menulis.
pertemuan. Masing-masing sesi Interpretasi:Subyek 1 merasa ketakutan dalam
berlangsung selama 30-45 menit. menghadapi masa depannya tanpa pacarnya.
Namun subyek juga merasakan ketakutan untuk
88 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

bersama dengan pacarnya. Tapi subyek Pada pertemuan ketiga: “aku masih sedih, tapi
memutuskan untuk tetap mengikuti apa kata aku tau dia bukan milikku lagi. Aku akan
mamahnya. berusaha menghargai diriku sendiri.”
Subyek 2 Interpretasi: subyek sudah terlihat lebih tenang
Pada pertemuan pertama dan kedua penulis dan mulai memikirkan kebaikan dirinya
tidak berhasil mewanwancarai subyek. Namun sendiri. Subyek sudah tidak terlalu sedih lagi.
pada pertemuan ketiga, penulis bisa berbicara Pada pertemuan keempat Subyek sudah lebih
dengan subyek dan subyek mau diminta untuk ceria dan sudah membahas hal lain selain
menulis. Akhirnya subyek mencoba untuk masalah pacarnya dan diet.
mengikuti saran penulis. Subyek mencoba Subyek 3
mulai menulis. Awalnya agak susah. Namun Pada awal pertemuan, subyek mau diajak
penulis berusaha memberikan semangat dan berbicara namun sampai pada pertanyaan soal
mendampingi subyek selama seminggu penuh pacar, subyek menangis cukup lama, karena itu,
untuk menulis rencana kegiatan. akhirnya Penulis memutuskan untuk pulang
Hasil tulisan subyek 2 pertama kali: “hari ini dan kembali datang minggu depan. Pada
saya gagal diet. Padahal saya ingin sekali diet. wawancara kedua, subyek masih tampak
Saya ingin pacar saya kembali kepada saya dan ketakutan tapi terlihat lebih baik dan tetap
saya ingin dia melihat saya langsing. Saya didampingi kakak subyek selama proses
malu kalau harus dipanggil dengan sebutan wawancara.
“ndut”. Tapi, apa dia masih mau kembali Hasil tulisan subyek 3 pertama kali: “ Aku
bersama saya? Dia lebih cantik dari saya.” masih bermimpi dia bersamaku. Tapi kenapa
Interpretasi: subyek merasa ketakutan karena tiba-tiba dia memukulku. Rasanya sakit banget.
badannya yang obesitas, tapi masih berusaha Udah triak-triak gak ada yang nolongin,
agar pacarnya mau kembali bersama dia. sampai akhirnya kakak saya
Pada pertemuan kedua Subyek menuliskan: membangungkanku.” Kemudian subyek
“aku ingin menjadi langsing. Kenapa susah ya? terdiam dan menangis.
Apappun akan kulakukan biar bisa menjadi Interpretasi: subyek masih merasakan
langsing dan dia kembali sama aku. Tapi aku ketakutan dan kesakitan karena perlakuan
males kalo inget dia selingkuh. Kenapa dia pacarnya.
begitu tega sama aku ya?” Subyek kembali Pada pertemuan kedua: “Mimpi itu masih
menangis. sesekali datang, tapi aku sudah tidak terlalu
Interpretasi: subyke ketakutan jika ditinggal takut. Kata kakak, aku masih bisa melawan.
pacarnya. Tapi subyek memiliki perasaan Aku masih punya harapan dan masa depan.
trauma jika terus bersama pacarnya dan Aku yakin bisa pulih dan melanutkan hidupku.”
pacarnya akan selingkuh lagi.

89 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

Interpretasi: subyek merasa sudah lebih baik. c. Konstruksi narasi


Hal ini juga terlihat dari jawaban yang subyek Subyek 1: dari tulisan yang ditulis oleh subyek,
berikan saat penulis bertanya. dapat terlihat bahwa awalnya subyek merasa
bingung, namun pada akhirnya subyek merasa
b. Inhibisi emosi dan konfrontasi lebih baik dan semakin lancar untuk
Subyek 1 menuliskan perasaan subyek.
Pada pertemuan pertama subyek mengeluhkan:
“Ya kak. Akhir-akhir ini saya sulit Subyek 2: dari tulisan subyek, dapat terlihat
berkonsentrasi dan sulit untuk tidur.” bahwa subyek masih sangat sedih, terpuruk dan
Dari awal pertemuan subyek terlihat sering direndahkan. Namun berlahan subyek mulai
melamun, kebingungan dan menangis. merasa lebih baik dan mulai menyukai
menuliskan perasaannya.
Subyek 2
Pada pertemuan pertama subyek terlihat sedang Subyek 3: dari tulisan subyek, dapat terlihat
melamun, sudah beberapa hari mengurung diri bahwa subyek masih sangat ketkutan. Hal ini
di kamar dan hanya ingin makan saja. juga dapat dilihat dari awal wawnacara subyek
P: Permisi… Selamat pagi. Maaf harus didampingi oleh kakaknya. Namun, pada
mengganggu. Gimana kabarmu hari ini? akhirnya subyek merasa lebih baik dan
S: Hanya melihat saja. berlahan ketakutannya menghilang.
P: Seperti yang sudah aku utarakan
kemaren, bolehkah aku bertanya tentang Pembahasan
beberapa hal mengenai dirimu? Mendeskripsikan kondisi psikologis korban
S: Tidak menjawab hanya melihat penulis kekerasan dalam berpacaran.
saja. Dari hasil observasi dan wawancara yang
Akhirnya didekati penulis. Penulis bisa melihat telah dilakukan dengan subyek, dapat
bahwa subyek hanya melamun dan sedang disimpulkan bahwa subyek mangalami trauma
menangis. Setelah didekati teman subyek, karena mengalami kekerasan dalam
subyek akhirnya berhenti menangis dan mau berpacaran. Hal ini dapat dilihat dari perilaku
menjawab pertanyaan penulis. subyek selama sesi wawancara dan observasi
dari penulis. Pada saat dilakukan sesi
Subyek 3 wawancara subyek sering melamun,
Pada awalnya, subyek masih Nampak kebingungan bahkan sampai menangis. Ini
ketakutan saat pertama kali bertemu. Namun, sesuai dengan teori yang dikemukan oleh
dengan didampingi kakak subyek, subyek mau Leahy & Holland.20 Dalam DSM-IV TR20
menjawab pertanyaan penulis. dijelaskan bahwa terdapat tiga rangkaian
simtom gangguan stres pasca trauma, yakni:
90 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

perasaan mengalami kembali peristiwa DSM-5 (PCL-5), subyek pertama, kedua dan
traumatik, penghindaran terhadap isyarat ketiga berada pada taraf depresi. Tes The PTSD
internal dan eksternal yang dihubungkan Checklist for DSM-5 (PCL-5) dilakukan
dengan peristiwa traumatik, dan peningkatan penulis sebanyak 3 kali, yaitu pada saat awal
kesadaran yang berdampak buruk bagi sebelum diberikan terapi menulis, pada
kesehatan. Bahkan subyek pertama mengeluh pertemuan ketiga dan pada pertemuan terakhir
kalau sulit berkonsentrasi dan sulit untuk tidur. (kelima). Hal ini dilakukan penulis dengan
Sedangkan subyek ke 2 sulit diajak berbicara harapan bisa mengetahui perbedaan tingkat
dan fokus terhadap suatu hal. Sedangkan depresi yang dirasakan subyek sebelum dan
subyek ketiga mengaku kesulitan tidur karena sesudah diberikan terapi menulis. Berikut
selalu terbayang peristiwa tersebut. penulis sajikan dalam bentuk grafik:
Selanjutnya, berdasarkan hasil tes
psikologi menurut The PTSD Checklist for

Hasil Perhitungan Angket Hasil Perhitungan Angket Hasil perhitungan angket


yang ke 1 yang ke 2 yang ke 3
70 58 50
69 56
40
54
68
52 30
67
50 20
66
48
65 10
46
64 44 0
Subyek 1 Subyek 2 Subyek 3 Subyek 1 Subyek 2 Subyek 3 Subyek 1 Subyek 2 Subyek 3

Gambar 1. Hasil Perhitungan Angket


Dari grafik di atas, terlihat bahwa pada depresinya sudah berubah pada kategori
awalnya tingkat depresi masuk pada kategori sedang.
tinggi. Hal ini bisa dilihat dari skor yang Selain dari tes psikologi yang telah
ditunjukkan pada grafik di atas. Setelah 2 kali dilakukan penulis, dari hasil observasi, dapat
pertemuan, di pertemuan yang ketiga, setelah dilihat bahwa ketiga subyek mengalami kondisi
melakukan sesi terapi menulis, penulis depresi. Hal ini juga didukung dari cerita ibu
mencoba memberikan tes The PTSD Checklist subyek pertama yang mengatakan subyek sulit
for DSM-5 (PCL-5) hasilnya menunjukkan berkonsentrasi dan sulit tidur. Hal ini
perubahan yang signifikan. Tes terakhir ditunjukkan dari sikap subyek pertama yang
dilakukan setelah melakukan sesi terapi sulit berkonsentrasi dan sulit tidur. Subyek juga
menulis yang kelima, dan hasilnya tingkat sering melamun dan menangis. Pada subyek
kedua, nyaris kesulitan diajak berkomunikasi,

91 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

selalu menangis dan terlihat putus asa. Pada subyek ketiga pun merasakan
Sedangkan pada subyek ketiga meskipun manfaat dari terapi menulis ini. Subyek ketiga
ketakutan, tapi tetap mau berbicara meskipun mengaku merasa lebih baik. Hal ini juga dapat
harus didampingi. Hal ini sesuai dengan teori dilihat dari hasil tulisan subyek ketiga. Hal ini
yang dikemukan oleh Kring, Johnson, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Davidson, dan Neale29 yang menjelaskan Pennebaker, dkk30 yang mengungkapkan
bahwa gangguan stres pasca trauma juga bahwa terdapat dua alasan mengapa
memiliki kelompok simtom seperti gangguan menghadapi trauma melalui kegiatan menulis
kecemasan lainnya, yang berbeda hanyalah ekspresif dapat bermanfaat. Alasan pertama
adanya keharusan bahwa individu yang adalah karena penelitian telah menunjukkan
didiagnosa mengalami gangguan stres pasca bahwa perilaku yang menekan ingatan dan
trauma tersebut pernah mengalami kejadian perasaan (inhibisi) mengenai peristiwa
traumatik. traumatik yang dilakukan dalam waktu lama
Mendeskripsikan penerapan Expressive berkorelasi dengan penyakit yang disebabkan
Writing Theraphy dalam pemulihan kondisi stres. Melalui kegiatan menulis ekspresif
psikologis korban kekerasan dalam penekanan yang dilakukan individu terhadap
berpacaran. perasaan dan pikirannya akan berkurang.
Keberhasilan terapi menulis ekpresif Alasan ke dua adalah menghadapi trauma
dapat terlihat setelah beberapa kali melakukan melalui kegiatan menulis ekspresif dapat
sesi terapi menulis. Dari beberapa kali terapi membantu individu agar mampu
menulis, subyek pertama menunjukkan mengasimilasikan, melihat kembali, dan
keberhasilan terapi ini setelah 3 kali terapi. menemukan makna dari kejadian tersebut.
Setelah 3 kali sesi terapi, subyek mengaku Secara biologis diketahui bahwa kegiatan
perasaannya lebih baik. Namun pada awal-awal menulis ekspresif berpengaruh positif terhadap
sesi terapi menulis ini, subyek merasa kesulitan kesehatan tubuh, contohnya terhadap tekanan
bahkan menangis karena mengingat peristiwa darah dan detak jantung.23 Saat individu
yang telah dia alami. Pada subyek kedua, berusaha untuk tidak membicarakan atau
penulis langsung memberikan terapi menulis memikirkan peristiwa traumatik yang pernah
dipertemuan kedua karena subyek kesulitan dialami, proses inhibisi tersebut dapat dengan
diajak berkomunikasi. Berdasarkan hasil cepat berdampak pada aktivitas saraf otonom
tulisan yang dibuat oleh subyek, penulis yang kemudian akan mengakumulasi stresor,
melihat bahwa subyek merasa lebih baik dan dan meningkatkan kemungkinan munculnya
semakin lancar menceritakan isi hatinya. Hal keluhan psikosomatis.3
ini sesuai dengan jawaban subyek kedua saat Selanjutnya, setelah dilakukan terapi ini,
ditanya mengenai perasaannya setelah mulai terbukti bahwa ketiga subyek sudah mulai
menulis. dapat fokus saat sesi wawancara. Hal ini sesuai
92 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

dengan penelitian yang dilakukan Susanti dkk. - Subyek pertama: pada awal menulis subyek
Menurut Susanti dkk Expressive Writing hanya bisa menulis selama 10 menit tanpa
Theraphy memiliki kekhasan seperti expressive menghasilkan tulisan yang menggambarkan
therapy lainnya, diantaranya dalam hal self- perasaannya. Bahkan subyek menangis
expression dan active participation. Melalui cukup lama karena teringat peristiwa yang
kegiatan menulis, individu mengekpresikan diri dialaminya. Namun setelah pertemuan
hingga memperoleh pemahaman diri yang lebih kedua, dengan catatan subyek didorong
baik, atau mentransformasi pemahaman yang untuk menulis sendiri setiap hari, meskipun
baru, menghasikan kondisi emosi yang lebih tanpa ada penulis, subyek sudah mulai bisa
baik, penyelesaian konflik, dan sense of well mengekpresikan kesedihan, kemarahan dan
being. Di samping itu, keterlibatan aktif dalam ketakutannya. Hal ini bisa dilihat juga dari
kegiatan dapat memberikan semangat, hasil tes psikologi menurut The PTSD
memfokuskan perhatian, dan meredakan Checklist for DSM-5 (PCL-5) yang kedua.
tekanan emosional yang sedang dialami klien.32 Subyek terlihat berkurang tingkat
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang depresinya. Dan pada pertemuan terapi
33
dilakukan oleh Susilowati dan Hasanat yang menulis yang kelima kali, subyek sudah
menyatakan bahwa menuliskan pengalaman lancar menulis tanpa harus berhenti untuk
emosional dapat memfasilitasi regulasi emosi menangis kembali.
melalui tugas mekanisme, yaitu mengarahkan - Subyek ke 2: berdasarkan hasil tes psikologi
perhatian, memfasilitasi habituasi, dan menurut The PTSD Checklist for DSM-5
membantu restrukturusasi kognitif. (PCL-5) yang pertama kali, tingkat depresi
Mendeskripsikan refleksi korban kekerasan subyek kedua yang paling tinggi di antara
dalam berpacaran setelah menerima yang lain. Hasil observasi penulis juga
intervensi Expressive Writing Theraphy. menunjukkan hal yang sama. Subyek
Semua subyek pada awalnya menolak terlihat sedang melamun, sudah beberapa
untuk menulis dan mengekpresikan perasaan hari mengurung diri di kamar dan hanya
mereka dalam bentuk tulisan. Namun setelah ingin makan saja. Bahkan pada pertemuan
pertemuan kedua, seluruh subyek mulai pertama, pertanyaan penulis hanya dijawab
terbiasa dengan menuliskan perasaan mereka. dengan anggukan, gelengan dan menangis.
Penulis juga mmeberikan tes psikologi menurut Namun, pada saat diajari terapi menulis,
The PTSD Checklist for DSM-5 (PCL-5) subyek tidak menolak. Dan hasilnya dapat
sebanyak 3 kali, yaitu saat pretest, saat mengurangi tingkat depresi subyek. Hal ini
pertemuan terapi yang ketiga kali dan terakhir terlihat dari respon subyek terhadap penulis
setelah terapi diberikan 5 kali. Berikut hasil setelah beberapakali pertemuan dan dari
tulisan mereka: hasil post tespsikologi menurut The PTSD
Checklist for DSM-5 (PCL-5).
93 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

- Subyek ketiga: Subyek ketiga merupakan dilakukan Sloan dan Marx35 terhadap wanita
subyek yang mengalami kekerasan fisik dengan gangguan pasca trauma, diketahui
sampai menyebabkan subyek harus bahwa terjadi penurunan tingkat depresi pada
menjalani perawatan di RS. Namun tingkat kelompok yang mendapatkan perlakuan
depresi subyek yang paling ringan. Hal ini menulis ekspresif dibandingkan kelompok
mungkin disebabkan di RS subyek sudah yang tidak mendapatkan perlakuan. Penelitian
mendapat fasilitas untuk berbicara dengan lainnya dilakukan oleh Fernandez dan Paez36
psikolog meskipun belum menjalani terapi terhadap individu yang pernah mengalami
apapun. Meskipun pada awalnya, subyek peristiwa traumatik. Sebanyak 607 partisipan
menolak untuk menulis, namun pada mengikuti penelitian ini. Hasil penelitian
akhirnya subyek menyukainya. Hasil dari menunjukkan bahwa partisipan yang
terapi menulis dapat dilihat dari hasil tes menuliskan perasaan dan pikiran mereka
psikologi menurut The PTSD Checklist for mengenai peristiwa traumatik mengalami
DSM-5 (PCL-5) dan dari observasi penulis, penurunan emosi negatif.
subyek sudah tidak lagi minta ditemani Hal ini juga didukung oleh penelitian
kakaknya saat bertemu dengan penulis dan yang dilakukan oleh Susilowati dan Hasanat33
subyek sudah bisa tidur. yang menyatakan bahwa menuliskan
Hasil tersebut di atas sesuai dengan pengalaman emosional dapat memfasilitasi
penelitian yang dilakukan oleh Kennedy- regulasi emosi melalui tugas mekanisme, yaitu
Moore dan Watson menyebutkan empat fungsi mengarahkan perhatian, memfasilitasi
menulis ekspresif yakni meningkatkan regulasi habituasi, dan membantu restrukturusasi
kesadaran, pemahaman diri, pengembangan kognitif.
kemampuan koping, dan meningkatkan Sebagai kesimpulan pada penelitian ini
24
hubungan interpersonal. Smyth dalam adalah adanya pengaruh menulis ekspresif
penelitiannya menemukan bahwa terdapat terhadap peningkatan mood. Jadi dari
manfaat dari menulis ekspresif di beberapa penelitian yang dilakukan penulis dan beberapa
aspek seperti fungsi psikologis, kesejahteraan bukti penelitian sebelumnya, terbukti bahwa
psikologis, laporan diri dalam kesehatan, dan terapi menulis pengalaman emosional dapat
keberfungsian secara umum. Nixon dan Kling memberi efek positif dalam fungsi sosial,
melakukan penelitian terhadap 10 individu psikologis, tingkah laku, dan fungsi biologis
yang pernah mengalami peristiwa traumatis, seseorang. Menulis ekspresif berdampak positif
dalam penelitian ini diketahui bahwa menulis terhadap individu yang pernah mengalami
ekspresif yang berorientasi masa depan secara peristiwa traumatik.
signifikan dapat menurunkan tingkat gangguan Selanjutnya Teori Ekologi merupakan
stres pasca trauma, simtom-simtom depresi, teori yang terfokus pada pengaruh lingkungan
34
dan trauma berat. Pada penelitian yang dalam membentuk perkembangan setiap
94 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

individu. Teori ini berpandangan bahwa abuse: A review and appraisal. Journal of
Family Psychology. 1998: 12, 578-599.
hubungan timbal balik yang terjadi antara
4. Ackard, D.M., & Neumark-Sztainer, D.
lingkungan dengan individu memiliki pengaruh Date violence and date rape among
adolescents: Associations with disordered
yang sangat besar dalam membentuk tingkah
eating behaviors and psychological health.
laku individu tersebut. Berdasarkan teori ini, Child Abuse and Neglect. 2002: 26, 455–
473.
ada kecenderungan mahasiswi yang memiliki
5. Banyard, V. L., & Cross, C. Consequences
pengalaman kekerasan dalam berpacaran of teen dating violence: Understanding
intervening variables in ecological context.
memiliki masalah dikehidupan keluarga
Violence Against Women. 2008: 14, 998–
mereka. 1013.
6. Howard, D. E., Beck, K., Kerr, M., &
Shattuck, T. Psychosocial correlates of
Kesimpulan dating violence victimization among Latino
youth. Adolescence. 2005: 40, 320–331
Dari hasil penelitian, maka penulis dapat
7. Howard DE, Wang MQ, Yan F.
menyimpulkan bahwa dari ketiga subyek yang Psychosocial factors associated with reports
of physical dating violence among U.S.
diteliti, dapat disimpulkan bahwa kekerasan
adolescent females. Adolescence. 2007:
yang dialami subyek berbeda-beda, verbal dan 42:311-324.
8. Masho, S. W., & Ahmed, G. A. Age at
nonverbal, namun menimbulkan perasaan
sexual assault and post-traumatic stress
ketakutan, sedih dan depresi. Reaksi setiap disorder among women: Prevalence,
correlates, and implications for prevention.
subyek dalam mengahadapinya sama, yaitu
Journal of Women’s Health. 2007: 16, 262–
kebingungan, ketakutan dan menangis. 271.
9. O’Keefe, M. Teen dating violence: A review
Penerapan Expressive Writing Theraphy dalam
of risk factors and prevention efforts.
pemulihan kondisi psikologis korban kekerasan Applied Research Forum, April, 1–13.
2005.
dalam berpacaran dilakukan sebanyak 5 kali
10. Silverman, J. G., Raj, A., Mucci, L. A., &
pertemuan. Tapi subyek didorong untuk Hathaway, J. E. Dating violence against
adolescent girls and associated substance
melakukannya sendiri setiap hari. Refleksi
use, unhealthy weight control, sexual risk
korban kekerasan dalam berpacaran setelah behavior, pregnancy, and suicidality. The
Journal of the American Medical
menerima intervensi Expressive Writing
Association. 2001: 286, 572–579
Theraphy, memiliki respon yang positif. 11. Durand, V., & Barlow, D. Psikologi
abnormal (4th ed.). (H. P. Soetjipto, & S. M.
Soetjipto, Penerj.) Yogyakarta: Pustaka
Referensi
Pelajar; 2006.
1. Sofyan, M. Bidan Menyongsong Masa
12. Pennebaker, J. W. Writing about emotional
Depan. Jakarta: PP IBL; 2006.
experiences as a therapeutic process.
2. World Health Organisation. Violence and
Psychological Science. 1997: 8, 162-166.
health Fact Sheet No.239. 2002. Diunduh
13. Baikie, K. A., & Wilhelm, K. Emotional and
dari
physical health benefits of expressive
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/
Writing. Advance in Psychiatric Treatment.
fs239/en/. (Diakses pada tanggal 10 Juni
2005:11, 338-346.
2018).
14. Pizarro, J. The efficacy of art and writing
3. Appel, A.E., & Holden, G.W. The co-
therapy: increasing positive mental health
occurrence of spouse and physical child
outcomes and participant retention after
95 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

exposure to traumatic experience. Journal of Coping through expressive writing. Journal


The American Art Therapy Association. of Employment Counseling. 2001: ProQuest
2004: 2(1), 5-12. Education Journals. Pg. 150.
15. Murray, J. Abusive dating relationships. 26. Boone, B. C. The impact of poetry therapy
United States: Harper Collins Publishers on symptoms of secondary posttraumatic
Inc. 2007. stress disorder in domestic violence
16. Hettrich & O'Leary. Relationships Females' counselors. University of North Carolina.
Reasons for Their Physical Aggression in 2006.
Dating. Journal Interpersonal Violence. 27. Jhonson, R. B., Onwuegbuzie, A.J., &
2007: 22; 1131. Turner, L. A. Toward a definition of mixed
17. Cantos, A. L., Neidig, P. H., & O'Leary, K. methods research. Journal of Mixed
D. Injuries of women and men in a treatment Methods Research 1. 2007: pp. 112-133.
program for domestic violence. Journal of 28. Reason, P. and Bradbury, H. Handbook of
Family Violence. 1994: 9(2), 113-124. Action Research, London: Sage; 2006
18. Cascardi, Langhinrichsen, J., & Vivian, D. 29. Kring, A., Johnson, S., Davidson, G. C., &
Marital aggression: Impact, injury, and Neale, J. M. Abnormal psychology (11th
health correlates for husbands and wies. Edition ed.). New Jersey: John Wiley and
Archieves of Internal Medicine. 1992: Sons. 2009.
152(6), 1178-1184. 30. Daniels, J. B. Writing as a coping mediator
19. Keane, T. M., Marx, B. P., & Sloan, D. M. between psychological and physical health.
Posttraumatic stress disorder: definition, Auburn: Auburn University. 2008.
prevalence, and risk factors. Dalam P. J. 31. Spera, S. P., Buhrfeind, E. D., &
Shiromani, T. M. Keane, & J. E. LeDoux, Pennebaker, J. W. Expressive writing and
Posttraumatic stress disorder (hal. 1-22). coping with jobb loss. Academy of
New York: Humana Press; 2009. Management Journal. 1994: 37(3), 722733.
20. Leahy, R. L., & Holland, S. J. Treatment 32. Susanti, Reni dan Sri Supriyantini.
plans and interventions for depression. New Pengaruh Expressive Writing Therapy
York: Guilford Press. 2000. Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan
21. Wright, J.K. The passion of science, the Berbicara Di Muka Umum Pada
precision of poetry: therauptic writing-a Mahasiswa. Jurnal Psikologi. 2013.
riview of the literature. Dalam G. Bolton, S. 33. Susilowati, G. T., dan Hasanat, U. N.
Howlett, C. Lago, & J.K. Wright (Ed.) Pengaruh Terapi Menulis Pengalaman
Writing Cures: An Introductory Hand book Emosional Terhadap Penurunan Depresi
of Writing in Counseling and Therapy (h. 7- pada Mahasiswa Tahun Pertama. Jurnal
17). New York: Brunner Routledge; 2004. Psikologi. Vol. 38, NO. 1. 2011: 92 – 107
22. Bolton, G. Introduction: Writing cures. 34. Nixon, R. D., & Kling, L. W. Treatment of
Dalam G. Bolton, S. Howlett, C. Lago, & adult posttraumatic stress disorder using a
J.K. Wright (Ed.) Writing Cures: An future-oriented writing therapy approach.
Introductory Hand book of Writing in The Cognitive Behaviour Therapist. 2009:
Counseling and Therapy (h. 1-3). New 2, 243-255.
York: Brunner Routledge; 2004 35. Gortner, E. M., Rude, S. S., & Pennebaker,
23. Pennebaker, J. W., & Chung, C. K. J. W. Benefits of expressive writing in
Expressive writing: connections to physical lowering rumination and depressive
and mental health. Dalam H. S. Friedman, symptoms. Behavior Therapy. 2006: 37,
Oxford handbook of health psychology (hal. 292-303.
1-31). New York: Oxford University Press; 36. Fernandez I., Paez D. & Gonzalez J. L.
2007. Independent and Interdependent Self
24. SPIay, E.,& Baban, A. Emotional benefits Construal and Socio-Cultural Factors in 29
of expressive writing in a sample of Nations. Revue Internationale De
romanian female cancer patients. Cognition, Psychologie. RIPS/ IRSP. 2008: 18 (1), 35-
Brain, Behavior. 2008: 12, 115-129. 63
25. Soper, Barlow. & Von Bergen, C.W.
Employment counseling and life stressors:
96 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
Molucca Medica Volume 13, Nomor 1, April 2020
ISSN 1979-6358 (print)
ISSN 25970246X (online)

97 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed

Anda mungkin juga menyukai