Anda di halaman 1dari 51

VISI

Menjadi Fakultas Kedokteran yang


Bermartabat, Kompetitif, Unggul di Tingkat
Nasional dan Internasional Berbasis Riset dan
Teknologi Terkini dalam Menunjang Proses
Pendidikan dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Pada Tahun 2020

(RENSTRA Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 2012 – 2016)


1. Menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesi berbasis
kompetisi global, untuk menghasilkan lulusan yang unggul dan berjiwa
entrepreneur, yang menjunjung tinggi moral dan etik
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dasar, terapan dan
kebijakan yang inovatif dan diakui secara nasional dan internasional
untuk menunjang pendidikan, pengabdian dan pelayanan kepada
masyarakat
3. Mendharmabaktikan keahlian dalam bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, humaniora dan seni kepada masyarakat yang berwawasan
kesehatan nasional dan internasional
4. Mengembangkan kelembagaan yang berorientasi pada mutu dan
mampu bersaing di tingkat internasional

(RENSTRA Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 2012 – 2016)


INDERA
PENGLIHATAN

Dr. Gadis Meinar Sari, dr.,M.Kes.


Departemen Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Unair
Anatomi :
• Sklera
• Kornea
• Khoroid
• Retina  tdp sel reseptor
• Lensa
• Lig. Lensa (zonula zinii)
• Lig. Ciliaris
• Iris
• Vitreous humor
• Aquous humor
• Kanal Schlemm
• Fovea sentralis.
HUMOR AQUOUS
• Dibentuk di badan siliaris (± 2-3 ml / menit)
posterior iris  pupil  ruang anterior 
jaringan trabekular, kanal Schlemm  vena di
sudut ruang anatomi.
GLAUKOMA

Kelainan mata karena penumpukan humor aquous 


tekanan intra okular meningkat

Macam :

1. Open angle glaucoma


 Permeabilitas trabekular menurun

2. Angle closure glaucoma


Pergeseran iris ke depan  menutup sudut.
Mekanisme perlindungan mata :

Glandula lacrimalis  lacrimalis duct  nasolacrimalis


duct.
1. Berkedip  kornea tetap lembab, dibasahi &
dijaga kejernihannya oleh Aquous
humour
2. Dinding orbita
• anterior : os frontalis
os zygomaticus
os maxilaris sup
• Posterior : os sphenoidalis
Lacrimalis
Ethmoidalis
RETINA
Tersusun atas 10 lapis.
Mengandung :
- Reseptor indera penglihatan :
 Sel Rods (batang)
 Sel Cones (kerucut).
- Neuron-neuron :
 Sel Bipolar
 Sel Ganglion
 Sel Horizontal
 Sel Amacrine
Sel Batang (Rods) Sel Kerucut (Cones)

- Lebih peka cahaya - Ambang lebih tinggi


- Reseptor Penglihatan - Reseptor Penglihatan
Malam (scotopic vision) Terang (photopic vision)
- Tidak mengurai detail - Ketajaman penglihatan
- Tidak bisa memberikan
batas benda
-Tidak mampu - Berperan dalam
menentukan warna penglihatan warna
Teori Duplisitas:
Terdapat masukan dari dua reseptor yaitu
sel rods dan cones menuju ke sistem saraf
pusat, yang masing - masing bekerja
maksimal atas kondisi pencahayaan yang
berbeda.
Sel batang maupun sel kerucut terdiri dari 3
segmen utama , yaitu :
• Segmen luar, berhubungan dengan lapisan
pigmen retina. Di dalamnya terdiri dari ratusan
hingga ribuan lempeng yang mengandung
pigmen peka cahaya.

• Segmen dalam, mengandung sitoplasma,


mitokondria beserta organela lainnya dan inti.
Mitokondria berperan dalam menyediakan
energi untuk berfungsinya foto-reseptor.
• Badan sinaps, berhubungan dengan sel neuron
berikutnya, yaitu sel bipolar dan sel horizontal.
Di dalamnya banyak terkandung
neurotransmiter.
Rods & Cones mengandung fotopigmen
yang peka terhadap cahaya:

RODS : mengandung fotopigmen yang disebut


Rhodopsin.

Light

Opsin Retinal (berasal dari


Vitamin A
CONES : mengandung beberapa macam
fotopigmen :
 erythrolabe
 chlorolabe
 cyanolabe
Yang berhubungan dengan penglihatan warna

Ada 3 warna dasar yaitu :


 Merah
 Hijau
 Biru
Neuron Penunjang:
Sel Bipolar :
- Penghantar utama signal dari sel batang &
kerucut ke sel ganglion
Sel Horizontal :
- Penghantar dari sinaps sel reseptor ke lateral
- Penghubung antar sel reseptor
Sel Amacrin :
- Menghantarkan signal antar sel ganglion
- Bisa terletak diantara sel bipolar & sel ganglion
Sel Ganglion :
- Aksonnya berkonvergensi dan meninggalkan
mata sebagai N. Opticus
FOVEA CENTRALIS
Terletak di tengah MACULA LUTEA (Bintik kuning
= Bintik pigmen kekuningan pada
ophthalmoscope)

Merupakan penipisan lapisan retina


ROD : Hampir tidak ada
(pada bagian lain retina, Rod dominan)
CONE : Sangat padat & masing-masing sinaps
dengan sel bipolar dan sel ganglion

Merupakan ketajaman penglihatan (Visual Aquity)


terbesar
Penglihatan Warna
• Terutama karena peranan sel Cones
• Teori Young-Helmoholtz : manusia mempunyai
tiga jenis sel Cones dengan pigmen yang
peka terhadap salah satu warna dasar
(= primary color= merah, hijau, biru)
 Sifat trikromat

• Buta Warna:
Tidak mampu atau mempunyai kelemahan
membedakan warna tertentu.
• Tes Buta Warna:
1. Uji Pencocokan warna (yarn-matching)
2. Tes Ishihara:
-anopia = buta warna
-anomali = kelemahan warna
Prot- = gangguan pada sel cones merah
Deuter- = gangguan pada sel cones hijau
Tri- = gangguan pada sel cones biru
MEKANISME PENGLIHATAN

• Gelombang cahaya dalam spektrum yang dapat


dilihat manusia, dipantulkan dari obyek menuju
retina. Berkas cahaya tersebut akan
ditransduksikan menjadi potensial aksi di sel
resptor Rods dan Cones. Impuls yang timbul
dihantarkan ke pusat penglihatan di korteks
serebri, yaitu Visual cortex di Area Brodmann 17
(= Primary visual cortex) dan Area Brodmann
18–19 (area assosiasi= Secondary visual cortex)
PRINSIP OPTIK

• Berkas cahaya akan berbelok / berbias/


mengalami refraksi, bila :
-Berjalan dari satu medium ke medium lain
yang berbeda kepadatannya/ indeks
biasnya.
- Kecuali bila jatuh tegak lurus terhadap
permukaan
• Fokus utama : Titik di belakang lensa tempat
pembiasan
• Sumbu utama = aksis utama : Garis yang
melalui pusat kelengkungan lensa
• Jarak fokus utama: Jarak antara lensa dan fokus
utama
• Berkas cahaya datang ≥ 6 m  dibiaskan
secara paralel ke fokus utama (sejajar)
• Berkas cahaya yang datang < 6 m  dibiaskan
divergen / menyebar ke fokus utama
INDEX BIAS
• Dioptri = Daya bias suatu lensa
• Kebalikan dari jarak fokus utama (meter)
• Normal/ istirahat : 66,7 D

1m
D=
Jarak fokus

Contoh (Lensa sferis) :


+ 1 D = jarak fokus 1 m
+ 2 D = jarak fokus 0,5 m
+ 10 D = jarak fokus 10 cm
AKOMODASI

• Proses dimana kecembungan lensa mata


diperbesar.
• Meningkatkan daya bias
• Diam / istirahat
 M. Ciliaris relaksasi
 Lensa tetap tegang krn ketegangan lig.
Ciliaris (zonula Zinii).
 Lensa ditarik ke tepi  bentuk pipih
Pandangan pada benda dekat:

M. ciliaris circularis Kontraksi : ke sentral


M. ciliaris longitudinal : ke depan

Jarak antara corpus ciliare


menyempit
Lig. Ciliare kendor

Lensa menjadi lentur  convex (cembung)


Proses Akomodasi:
REFRAKSI

Berkas cahaya akan berbelok / berbias


(mengalami refraksi), bila :
– Berjalan dari satu medium ke medium lain
yang berbeda kepadatannya.
– Kecuali bila jatuh tegak lurus
TITIK DEKAT PENGLIHATAN
Titik terdekat dengan mata yang masih
dapat memfokuskan suatu obyek dg jelas
Jika benda dapat dilihat jelas o/ proses
Akomodasi  proses aktif oleh otot mata

RESPON DEKAT
Titik dekat yang bisa ditolerir  melihat
tajam & jelas, mll proses:
• Akomodasi (kelengkungan lensa )
• Konvergensi (menyatukan kedua proses
penglihatan)
• Konstriksi pupil
LAPANGAN PENGLIHATAN

• Lapangan pandang setiap mata adalah bagian


dunia luar yang dapat dilihat oleh mata tersebut,
secara teoritis bbtk sirkular.
• Kenyataan : medial  terpotong hidung
atas  terpotong atap orbita
• PERIMETER
Alat untuk mengetahui pemetaan lapangan
pandang.
Melukiskan bintik buta.
PENGLIHATAN BINOCULAR

• Bagian tengah lapang pandang kedua mata


menyatu.

• Impuls yang jatuh di kedua retina  disatukan di


tingkat korteks menjadi bayangan tunggal
(corresponding point).
MEKANISME FOTORESEPTOR
• Pembentukan potensial aksi di retina disebabkan
perubahan struktur senyawa-senyawa fotosensitif di
reseptor sel Rods dan Cones akibat pengaruh
cahaya.
• Potensial reseptor dan respon listrik di retina
bergradasi dan bersifat lokal.
• Di sel amakrin menghasilkan depolarisasi yang
berperan sebagai potensial generator sehingga
terjadi potensial aksi di sel ganglion yang akan
diteruskan ke otak melalui N. Opticus.
• Senyawa fotosensitif pada reseptor terdiri dari
protein Opsin dan Retinen1.
• Sel Rods mengandung fotopigmen yang disebut
Rodopsin yang peka terhadap cahaya.
• Jumlah Rodopsin dalam reseptor berbanding
terbalik dengan cahaya yang masuk.
• Proses fototransduksi di dalam sel Rods terjadi
karena adanya cahaya yang mengaktifkan
transdusin untuk mengikat GTP. Hal ini
mengaktifkan fosfodiesterase yang
mengkatalisis perubahan GMP-siklik menjadi 5’-
GMP. Akibatnya terjadi penurunan kadar GMP-
siklik di sitoplasma sehingga Na-channel yang
berpintu GMP-siklik akan menutup.
• Sel Cones mengandung 3 macam fotopigmen :
Erythrobale, Chlorolabe dan Cyanolabe yang
menentukan penglihatan warna merah, hijau,
biru dan memberikan jawaban terhadap
rangsangan cahaya.
• Respon sel Cones terhadap cahaya serupa
dengan sel Rods. Adanya cahaya akan
mengaktifkan retinen1 yang mengaktifkan Gt2
(protein G ≈ transdusin sel Rods). Gt2
mengaktifkan fosfodiesterase yang akan
mengkatalisis perubahan GMP-siklik menjadi 5’-
GMP. Hal ini menyebabkan Na-channel
menutup.
Rangkaian peristiwa dalam proses fototransduksi
di sel Rods dan Cones:

• Cahaya Masuk
• Perubahan struktur retinen dalam fotopigmen
• Perubahan bentuk fotopigmen
• Pengaktifan fostodiesterase
• Penurunan kadar cGMP intrasel
• Penutupan Na-channel
• Hiperpolarisasi
• Jawaban sel bipolar & sel saraf lainnya
•Potensial reseptor dan
respon listrik di retina
bergradasi dan bersifat
lokal.
•Di sel amakrin
menghasilkan depolarisasi
yang berperan sebagai
potensial generator
sehingga terjadi potensial
aksi di sel ganglion yang
akan diteruskan ke otak
melalui N. Opticus.
Pupil mata
• Cahaya gelap :
pengaruh simpatis 
kontraksi otot polos
radialis  midriasis /
melebar
• Cahaya terang :
pengaruh
parasimpatis 
kontraksi otot polos
sirkularis  miosis /
menyempit
REFLEX PUPIL

1. Pupilary light reflex


 Salah satu mata disinari  miosis
(konstriksi pupil)
2. Consensual light reflex
 mata lain  konstriksi pupil

N II yang membawa impuls  regio pretectalis (colic sup) 


nuclei oculo motorius (Edinger Westphal nuclei)

ARGYLL ROBERTSON PUPIL


Pada penderita Sifilis  regio pretectalis rusak  reflek
terhadap cahaya (-), ttp akomodasi tetap.
KELAINAN

1. Hiperopria
(Hipermetropia)
 Bola mata lebih
pendek, maka
difokuskan di
belakang retina
 Agar pulih maka
pakai biconvex
(lensa cembung).
2. Miopia
 Bola mata panjang,
maka difokuskan di
depan retina
 Agar pulih pakai
biconcave (lensa
cekung).
3. Astigmatism
 Kelengkungan
lensa tidak rata
 Pakai lensa silindris
 letak diatur :
pembiasan pada
meridian sama.
DIPLOPIA
= Penglihatan ganda
Bila salah satu mata didorong keluar garis
tetapi masih menatap pada sebuah benda
ditengah lapang pandang  bayangan di
mata yang didorong tidak jatuh di
corresponding point.

ABLATIO RETINAE
= Terlepasnya retina dari khoroid

RETINITIS PIGMENTOSA
= Hyperpigmentosa
Penyakit keturunan
LINTASAN PENGLIHATAN

Ada dua jalur : Ipsilateral & Kontralateral

MATA KIRI, dilayani oleh ipsilateral & kontralateral


 Ipsilateral :
 Retina  nervus optikus  traktus optikus 
geniculocalcarina tract  cortex calcarina kiri
 Melayani retina mata kiri sebelah temporal
 Kontra lateral :
 Retina kiri  traktus optikus  menyeberang
pada optic chiasma  lat. Geniculare body 
lobus occipital kanan.
Kelainan pada lintasan
penglihatan:

A. Buta mata kiri


B. Heteronim
Hemianopsia
C. Homonim
Hemianopsia
D. Homonim
Hemianopsia
dengan sisa makuler
Apa yang tampak di hadapan anda bukan hanya
respon terhadap sebuah obyek

Anda mungkin juga menyukai