Klasifikasi
1. Katarak kongenital
2. Katarak senilis,
Terdapat 3 jenis katarak senilis berdasarkan lokasi kekeruhannya yaitu
katarak nuklearis, kortikal, dan subkapsular
3. Katarak traumatik
4. Katarak sekunder,
- Akibat penyakit intraokular
- Akibat penyakit sistemik
- Akibat pengaruh obat-obatan
Faktor Resiko
1. Usia >40thn
2. Genetik/herediter
3. Kebiasaan merokok
4. Paparan sinar UV
5. Penggunaan alkohol
6. Penggunaan steroid jangka panjang
Maturitas
1. Insipien
2. Imatur
3. Matur
4. Hipermatur
Tatalaksana
1. Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK) → jenis operasi
katarak dengan membuang lensa dan kapsul secara
keseluruhan.
2. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK) → jenis operasi
katarak dengan membuang nukleus dan korteks lensa
melalui lubang di kapsul anterior
3. Small Incision Cataract Surgery (SICS) → teknik operasi
dengan irisan sangat kecil (7-8 mm) dan hampir tidak
memerlukan jahitan
4. Fakoemulsifikasi → Teknik operasi menggunakan alat tip
ultrasonik untuk memecah nukleus lensa dan selanjutnya
pecahan nukleus dan korteks lensa diaspirasi melalui insisi
yang sangat kecil
Kelainan retina lain
● Ablatio retina ● Retinitis Pigmentosa
- Ablatio retina (retinal detachment) adalah kondisi terlepasnya - Dikenal juga dengan rod-cone dystrophy dan pigmentary
lapisan epitel pigmen retina dari lapisan neurosensori retina pada retinopathy, adalah suatu kelompok kelainan pada retina yang
sisi yang lebih dalam. bersifat herediter berupa degenerasi retina yang progresif.
- Dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan patofisiologinya, Kelainan ini terjadi akibat mutasi gen yang menyebabkan sel retina
yakni ablatio retina regmatogen, ablatio retina traksional, dan berhenti berfungsi dan mati.
ablatio retina eksudatif. - Gejala yang umumnya dikeluhkan oleh pasien berupa gangguan
- Gejala yang dikeluhkan adalah floaters, fotopsia, penurunan penglihatan malam hari (niktalopia), defek lapang pandang perifer,
penurunan tajam penglihatan secara progresif, sampai dengan
tajam penglihatan dan penyempitan lapangan pandang (seperti
kebutaan.
tertutup tirai).
● Retinopathy of Prematurity (ROP)
● Degenerasi makula - ROP atau retinopati prematuritas adalah suatu kelainan
- Proses degenerasi pada makula retina yang dapat menimbulkan proliferatif progresif pada vaskularisasi retina bayi prematur.
gangguan penglihatan sentral. Sering disebut juga age-related Kondisi ini merupakan salah satu penyebab kebutaan yang paling
macular degeneration (AMRD) karena umumnya terjadi di usia sering pada anak.
lanjut >60 tahun. - Pada bayi prematur, terjadi hiperoksia relatif yang menyebabkan
- Berdasarkan gambaran klinisnya, degenerasi makula dapat dibagi penurunan faktor proangiogenik yang dapat menunda vaskularisasi
menjadi tipe non-eksudatif (dry AMRD) & tipe eksudatif (wet dan memunculkan area avaskular, pada kondisi lebih lanjut justru
AMRD). merangsang angiogenesis patologis.
- Gejala biasanya penurunan tajam penglihatan terutama - Prematuritas dan berat badan lahir rendah merupakan faktor
penglihatan sentral, scotoma, metamorfopsia, penurunan risiko yang paling berpengaruh dalam terjadinya ROP.
sensitivitas kontras, dan gangguan adaptasi penglihatan pada
ruangan yang berbeda tingkat pencahayaannya.
2. Retinopathy (pathogenesis & etiology) & systemic disease yang
menyebabkan gangguan penglihatan
Retinopati → suatu kerusakan retina dengan penyebab paling umum dari
kehilangan penglihatan dan kebutaan pada orang dewasa.
PDR adalah jenis retinopati diabetik yang lebih lanjut dan hasil dari proliferasi
(neovaskularisasi) pembuluh darah retina yang bocor.
1. DM → Edema makula, neovaskularisasi, dan hemorrhage
Berkurangnya suplai darah karena penyumbatan pembuluh darah kecil →
Poor vaskularisasi + hyperglicemia → hipoksia jaringan → eye problem
2. Hipertensi
Atherosclerosis → narrowing blood vessel → oklusi → hipoksia → eye
problem
3. Grave disease → mata menonjol (proptosis), keterbatasan gerak mata,
penglihatan ganda, dan penyakit kornea
4. Autoimmune disease
5. Connective tissue disorder → Skleritis dan uveitis
6. Infection (TB, HIV, sifilis, dan toksoplasmosis) → retinochondroitis
3. Anatomi mata & layer (disertai gambar & komponennya)
ORGAN LUAR (OKULI ASESORIA)
Ada 3 bagian:
1) Conjunctiva palpebral: merupakan konjungtiva yang melapisi bagian dalam kelopak mata, meluas dari mucocutaneous
junction pada batas posterior kelopak mata kemudian berjalan ke posterior menuju ke forniks.
2) Conjunctiva forniks: konjungtiva palpebral dilanjutkan kearah posterior menuju daerah forniks disebut dengan konjungtiva
forniks. Dimana konjungtiva forniks merupakan daerah transisi antara konjungtiva palpebralis dan konjungtiva bulbaris.
Konjungtiva ini melekat secara longgar pada fascia muskulus levator dan mukulus recti. Kontraksi dari kedua muskulus ini
menyebabkan konjungtiva forniks tertarik yang memungkinkan konjungtiva ini bergerak saat bola mata ikut bergerak.
3) Conjunctiva bulbaris: terletak menempel pada bola mata, tipis, dan transparan, sehingga sclera yang ada dibawahnya
dapat terlihat dengan jelas.
● Konjungtiva palpebral melipat ke dalam
dan menyatu dengan konjungtiva bulbar
membentuk kantung yang disebut sakus
konjungtiva.
● Bagian palpebral tampak merah muda
karena pantulan dari pembuluh darah
kecil dari konjungtiva bulbar diatas sclera
mata
● Fungsi: untuk melindungi mata dari
kekeringan .
Otot-otot mata (muscle okuli)
● Outer Layer
Bagian outer layer (lapisan fibrosa) dilapisi oleh kornea pada 1/6 anterior dan sklera pada 5/6 posterior. Lapisan ini adalah
lapisan yang memiliki fungsi protektif.
Kornea memiliki kekuatan refraksi sebanyak 2/3 dari seluruh kekuatan refraksi mata. Kornea dan sklera bertemu pada area
yang disebut limbus. Sklera dapat diidentifikasi sebagai bagian “putih mata” yang berperan dalam mempertahankan struktur
bola mata
● Middle Layer
Bagian middle layer (lapisan vaskular), yaitu uvea, merupakan lapisan yang berfungsi untuk memberikan nutrisi kepada
lapisan lainnya, karena kaya akan pembuluh darah. Lapisan ini terdiri dari koroid yang selanjutnya akan mengalami
penebalan pada bagian anterior, yang dikenal dengan badan siliar. Badan siliar berfungsi untuk memproduksi aqueous
humor. Dari badan siliar, lapisan ini berlanjut ke anterior membentuk iris dengan pupil di tengahnya.
● Inner Layer
Bagian terdalam (inner layer) dikenal dengan retina. Retina terdiri dari neuroretina dan retinal pigment epithelium (RPE).
Bagian neuroretina merupakan bagian yang memiliki fungsi sensorik, dengan lapisan terakhirnya adalah sel-sel
fotoreseptor. Sel-sel fotoreseptor ini berhubungan dengan RPE yang mengandung melanosom dan berfungsi untuk
memberikan nutrisi untuk bagian neurosensori retina. Pigmen yang ada pada RPE berfungsi untuk menyerap cahaya yang
masuk dan mencegah agar cahaya tersebut tidak terdistorsi.
Kornea
● Sklera merupakan lapisan fibrosa dan tempat melekatnya otot-otot ekstraokuler yang berfungsi untuk pergerakan bola mata.
Sklera berperan dalam mempertahankan bentuk bola mata. Lapisan ini dibentuk terutama oleh kolagen.
● Tebal sklera 1mm
● Sclera memiliki 2 lubang utama, yaitu forame skleralis anterior (tempat melekatnya kornea) dan foramen skleralis posterior/
canalis skleralis (pintu keluar nervus optikus/ saraf penglihatan).
● Sclera dilindungi oleh saraf siliaris
● Berfungsi mengarahkan cahaya ke kornea.
● Menempati 5/6 bagian posterior dinding bola mata
Lensa mata
● Merupakan suatu kristal berbentuk bikonveks (cembung) bening, terletak dibelakang iris, terbagi dalam ruang anterior dan
posterior.
● Lensa terdiri dari 65% air , 35% protein
● Sel-sel pada serat lensa mengandung protein yang disebut dengan kristalin. Protein ini membantu meningkatkan indeks
refraksi, namun tidak mempengaruhi transparansi lensa. Lensa mendapatkan nutrisi terutama dari aqueous humor yang
mengandung ion-ion organik dan anorganik, karbohidrat, glutation, asam amino, dan oksigen.
Retina
● Struktur retina manusia adalah 72% seperti bola dengan diameter 22 mm.
● Retina terdiri dari neuroretina dan retinal pigment epithelium. Neuroretina
terdiri dari fotoreseptor (sel batang dan kerucut), membran limitan
eksterna, lapisan inti luar, lapisan pleksiform luar, lapisan inti dalam,
lapisan pleksiform dalam, lapisan sel ganglion, lapisan serat saraf, dan
membran limitan eksterna. Sel batang dan sel kerucut (sel-sel
fotoreseptor) adalah transduser yang berfungsi mengubah energi cahaya
(elektromagnetik) menjadi energi elektrokimia (aksi potensial) untuk
ditransmisikan ke sistem saraf pusat untuk diinterpretasikan.
● Retina merupakan lapisan terdalam bola mata yang berfungsi menerima,
memodulasi, dan mentransmisikan stimulus visual dari dunia luar ke saraf
optikus, kemudian ke korteks visual otak untuk diproses. Retina terdiri
dari satu juta serat saraf yang kemudian menyatu pada saraf optikus
(saraf kranial no. II). Bagian awal saraf optikus pada retina dikenal
dengan optic disc (OD), yang berbentuk bulat dan terang pada
pemeriksaan fundus.
Koroid
● Badan vitreus merupakan matriks ekstraseluler yang terdiri dari air (98%)
dan serat kolagen yang berhubungan dengan molekul asam hialuronat. ·
Seiring dengan pertambahan usia, akan terjadi depolimerisasi asam
hialuronat yang menyebabkan likuefaksi vitreus serta kolapsnya filamen
kolagen, yang dikenal dengan synchysis.
● Apabila bagian vitreus yang mengalami likuifaksi ini membesar sampai ke
bagian posterior antara korteks vitreus dan membran limitans interna
retina, maka akan terjadi kolaps pada vitreus posterior yang berhubungan
dengan retina. Hal ini dapat menyebabkan terkelupasnya hyaloid dari
permukaan retina bagian dalam (posterior vitreous detachment) yang dapat
disertai dengan traksi yang menyebabkan avulsi pembuluh darah sehingga
menyebabkan perdarahan vitreus atau retina, ataupun robekan retina atau
operculum.
Ruang bola mata
● Terdiri dari rongga berisi cairan dan dipisahkan oleh sebuah lensa, memungkinkan cahaya lewat menembus mata dari
kornea ke retina
● Pada rongga anterior bola mata mengandung zat gizi untuk kornea dan lensa
● Pada rongga posterior membentuk bola mata yang sfreris (bundar/seperti bola)
4. Fisiologi penglihatan & jenis-jenis gangguan penglihatan
Tipe-tipe sel pada retina neural:
- Fotoreseptor sel batang berjumlah 100-120 juta & 3 tipe sel kerucut berjumlah 6 juta.
- Sel bipolar; sel batang bipolar & sel kerucut bipolar.
- Interneuron; sel horizontal & sel amakrin.
- Sel ganglion & aksonnya yang membentuk saraf optik.
- Astroglia, oligodendroglia, sel Schwann, mikroglia, endotel vaskular & perisit.
4. Fisiologi penglihatan & jenis-jenis gangguan penglihatan
Fisiologi:
- Proses penglihatan mulai ketika cahaya terdeteksi lalu diubah oleh sel kerucut & batang di retina
menjadi potensial aksi → diteruskan melalui sinaps dengan sel bipolar → sel bipolar bersinaps dengan
sel ganglion retina & potensial aksi diteruskan melalui akson sel ganglion → berkonvergensi lalu
membentuk nervus optikus.
- Nervus optikus kanan & kiri bersatu lalu menyilang membentuk optic chiasm → 53% serabut sisi nasal
ipsilateral bergabung dengan 47% serabut sisi temporal kontralateral, membentuk traktus optikus →
bersinaps di nukleus genikulatum lateral → informasi di relay ke korteks penglihatan.
- Serabut tersebut akan berakhir terutama di area korteks penglihatan/Visual Brodmann 17, area
korteks ekstrastriata Brodmann 18 & 19.
4. Fisiologi penglihatan & jenis-jenis gangguan penglihatan
Gangguan refraksi: Lain-lain:
- Myopia - Cataract
- Hyperopia - Color blindness
- Presbyopia - Diplopia
- Astigmatism - Amblyopia
- Anisometropia - Partial or total blindness
5. Penggunaan obat jangka panjang yang menyebabkan gangguan penglihatan
1. Gangguan kelopak mata,kornea dan konjungtiva : obat obat yang bisa nyebabin reaksi hipersensitivitas
yaitu eritema multiforme mayor dan steven johnson syndrome.
Contoh obat: paracetamol (acetaminophen), amiodarone, allopurinol, ampicillin, captopril, cefazolin,
clindamycin, doxycycline, isoniazid, phenobarbital, penicillin, sulfadiazine,sulfonamides,vancomycin
2. Gangguan uvea : alpha 1 adrenergenic receptor antagonist, obatnya nyebabin relaksasi otot polos di neck
of bladder dan prostatic urethra, dan efek lainnya bisa bikin relaksasi ke iris
Contoh obat: tamsulosin > bikin floppy iris
Sulfa based drugs > topiramate > swelling di ciliary body
4. Drug induced katarak : The toxic effects of medications manifest as cloudiness of the lens
a. Glukokortikoid jangka panjang > bikin posterior subcapsular katarak
b. Phenotiazines > golongan psychotropic, bikin penumpukan granul coklat kuning di anterior kortexnya
c. Agen alkylating > busulfan
5. Drug induced retinal abnormalities: ganggu bagian retinal pigment epithelium dan sensory retina
a. Aminoquinolines > chloroquine dan hydroxychloroquine (biasa malaria)
b. Phenotiazines> chlorpromazine dan thioridazine (antipsychotic) > uveal and retinal tissue
c. Anti estrogen > tamoxifen (untuk kanker payudara)
d. Retinoids > isotretinoin
Subconjunctival hemorrhage
● No pain & discharge
● Well-demarcated
● Self-limiting (within 2 weeks)
→ menilai jumlah
indentasi pada kornea
terhadap tekanan yang
diberikan
8. Normal drainage of vitreous; Jenis pemeriksaan glaucoma & interpretasi
(inc. nilai normal TIO)
Tonometer Goldmann
→ mengukur tekanan
berdasarkan gaya (jumlah
tenaga yang diberikan)
dibagi luas penampang
(kornea) yang ditekan alat
8. Normal drainage of vitreous; Jenis pemeriksaan glaucoma & interpretasi
(inc. nilai normal TIO)
Tonometer non kontak
1) Cataracts
- Kondisi yang menyebabkan yellowing dan pengerasan dari lensa pada mata
2) Age-related macular degeneration
- Kondisi di mana terjadi kerusakan pada bagian retina yang disebut dengan macula
3) Glaucoma
- Terjadinya kerusakan dari optic nerve pada mata
4) Diabetic retinopathy
- Sebuah kondisi due to systemic diabetes yang dapat menyebabkan blindness pada adults berusia 25
hingga 64 tahun
5) Trachoma
- Menjadi salah satu penyebab dari blindness di dunia, tetapi memiliki angka incidence yang terus
menurun
6) Corneal opacification
- Terjadi ketika cornea terbentuk scarred, sehingga cahaya tidak dapat melalui kornea untuk menuju
retina
7) Refractive errors
- Kondisi di mana mata unable to bend dan memfokuskan cahaya secara baik pada retina, sehingga
mengalami pandangan yang buram ataupun doubled vision
Tata laksana
- Open angle glaucoma secara umum digunakan medication untuk menurunkan eye pressure sebagai
initial management
- Kelas obatnya antara lain prostaglandin analog, beta-blockers, carbonic anhydrase inhibitors, alpha-2
agonist, miotic agents, dan yang terbaru rho-kinase inhibitors dan nitric-oxide donating medications
- Beberapa case juga bisa dengan pilihan primary treatment yaitu laser trabeculoplasty
- Kalau medical management tidak berhasil, prosedur seperti laser trabeculoplasty, trabeculectomy,
inserting dari drainage valve shunt, atau laser treatment dari ciliary body
- Normal tension glaucoma bisa ditreat dengan medications untuk menurunkan IOP, seperti
prostaglandin analogs, alpha-2 agonist, carbonic anhydrase inhibitors, dan miotics
- Kalau tidak berhasil, bisa dilakukan laser trabeculoplasty atau filtration surgery apabila ada continued
progression dari vision loss
- Kalau secondary glaucoma harus di treat underlying cause nya dan ditambahkan dengan medications
untuk menurunkan IOP pasien
- Angle closure sifatnya emergency dan harus segera di treat, karena pressure nya bisa cukup tinggi
untuk menyebabkan glaucomatous optic nerve damage, ischemic nerve damage, atau retinal vascular
occlusion
- Pasien diberikan medication untuk segera menurunkan eye pressure, dan dilakukan laser procedure
yaitu laser peripheral iridotomy
- Jadi laser ini ngebentuk lubak kecil pada iris untuk relieve pupillary block, sehingga pressure gradient
antara posterior dan anterior chambers menjadi seimbang, dan membuka anterior chamber drainage
angle
- Kemudian setelah itu di follow up dengan gonioscopy untuk memastikan anglenya reopened
Learning Objectives Jumat
1. Bayonett binding sign
Bayonett → vessel bergerak secara nassal
melintasi cup base (indikasi : degree of glaucoma
NRR loss)
Vessels → up the temporal cup face → mismatch
position Vessel di cup base dan NRR.
● when the local thinning of neural rim tissue
reaches the disc margin, sharpened rim is
produced.
● if a retinal crosses the sharpened rim, it will
bend sharply at the edge of the disc creating
bayoneting at the disc edge
2. Campimetry & interpretasi
Perimetri digunakan untuk memeriksa lapangan pandang perifer dan sentral. Teknik ini, yang digunakan terpisah pada
setiap mata, mengukur fungsi retina, nervus opticus, dan jaras visual intrakranial secara bersama. Alat ini secara klinis
digunakan untuk mendeteksi atau memonitor hilangnya lapangan pandang akibat penyakit di tempat-tempat tersebut.
Evaluasi lanjutan akan dilakukan setiap satu bulan sekali untuk dilakukan pemeriksaan
tajam penglihatan,tonometri,dan pemeriksaan funduskopi
4. Indikasi pembedahan dan cara" pembedahan
● Trabeculectomy
○ Indications:
■ Failure of conservative therapy to achieve good IOP control
■ Can be indicated following failed angle surgery, especially for primary congenital glaucoma (PCG).
■ Can be indicated when very low target pressures are required, as in advanced optic-disc damage or
to improve corneal clarity.
■ Ocular or systemic side effects
● Glaucoma implant surgery
○ Indications:
■ Indicated when eye drop medicine & laser treatments have not lowered the IOP.
■ Also indicated in cases of congenital glaucoma where other surgeries didn’t work, & in cases of
neovascular glaucoma.
4. Indikasi pembedahan dan cara" pembedahan
● Minimally invasive glaucoma surgery (MIGS)
○ Usually performed at the time of cataract surgery in patients with coexisting glaucoma.
● Viscocanalostomy
● Iridectomy
● Acute angle closure dengan disertai dengan penglihatan berkurang dan sakit pada kepala
● Intermittent angle closure
● Dangerous narrow angle
● Iridotomy
●
4. Indikasi pembedahan dan cara" pembedahan
- effects:
Side
- Ensure that the aim of surgery has been achieved. - Optimize vision.
- Protect the eye from external injury. - Continue to protect the eye.
- Ensure hygiene & prevent infection. - Continue medication.
- Reduce inflammation associated with the operation. - Be alert for signs of postoperative complications.
- Control pain. - Possibility of additional surgical procedures.
4. Indikasi pembedahan dan cara" pembedahan
Sign & symptoms of complications (0-6 weeks): Sign & symptoms of complications (>6 weeks):
- A sudden loss of vision. - Redness associated with discharge (pus) from the eye.
- Soft eye. - Discomfort.
- Redness, pain, & discharge (pus). - Cloudy vision & cataract.
- Changes in refraction.
- Continued loss of vision.
5. Edukasi ke pasien
Edukasi sangat dibutuhkan pada pasien-pasien yang memiliki risiko glaukoma dan juga kepada pasien yang sedang
diterapi glaukoma.