Anda di halaman 1dari 15

1

I. Pendahuluan
Jalur visual merupakan proses perjalanan informasi visual yang berasal dari
lingkungan untuk selanjutnya diolah di dalam otak. Jalur visual meliputi retina,
saraf optikus, kiasma optikus, traktus optikus, korpus genikulatum lateral, radiasio
optik hingga korteks visual. Terjadi proses konversi cahaya di retina menjadi
suatu impuls saraf di fotoreseptor, retina memulai proses visual yang selanjutnya
akan di teruskan ke sel ganglion. Akson sel ganglion meninggalkan retina dan
membentuk saraf optik, jadi impuls saraf yang akan dibawa menuju ke korteks
visual melewati jalur visual.1,2
Saraf optik merupakan salah satu komponen dalam jaras penglihatan yang
berfungsi untuk menghantarkan informasi visual dari retina ke otak. Saraf optik
terdiri dari 1-1,2 juta akson yang berasal dari sel ganglion retina dan dihantarkan
menuju korteks oksipital.1,3,4 Sari kepustakaan ini akan menjelaskan mengenai
mengenai anatomi dan fisiologi serta defek lapang pandang yang dapat ditemukan
pada masing-masing komponen.

II. Anatomi Jaras Penglihatan


2.1 Retina
Retina memiliki 10 lapisan dari luar ke dalam yang terdiri dari lapisan pigmen
epitel retina, lapisan sel fotoreseptor, membran limitan eksterna, lapisan inti luar ,
lapisan pleksiform luar , lapisan inti dalam , lapisan pleksiform dalam, lapisan sel
ganglion, lapisan serabut saraf dan membran limitan interna. Lapisan fotoreseptor
pada retina berperan dalam proses konversi energi cahaya menjadi energi listrik.
Proses perubahan tersebut dinamakan fototransduksi dan terjadi pada segmen luar
sel fotoreseptor. Terdapat dua macam sel fotoreseptor yaitu sel batang dan sel
kerucut. Sel batang berjumlah ± 80-120 juta sel yang tersebar merata di seluruh
bagian retina, kecuali fovea. Sel kerucut berjumlah 5-6 juta sel dengan konsentrasi
maksimum terdapat di fovea.5,6
2

membran limitan interna


lapisan serabut saraf
lapisan sel ganglion
lapisan pleksiform dalam
lapisan inti dalam

lapisan pleksiform luar


lapisan inti luar
membran limitan eksterna
lapisan sel fotoreseptor
lapisan pigmen epitel retina

sklera

Gambar 2.1 Lapisan retina


Dikutip dari : Trobe4

Impuls listrik yang terbentuk di dalam lapisan fotoreseptor retina akan


diteruskan oleh sel bipolar menuju sel ganglion. Serabut saraf sel ganglion dari
seluruh bagian retina menyatu di diskus optikus. Serabut saraf dari bagian
temporal retina akan mengikuti bentuk arkuata melingkari makula dan masuk ke
kutub superior dan inferior dari diskus optikus. Serabut bentuk papilomakular
berjalan langsung dari fovea menuju diskus optikus. Serabut-serabut saraf yang
berasal dari bagian nasal retina akan berjalan radial menuju sisi nasal diskus
optikus. Vaskularisasi di daerah retina didapatkan melalui dua sumber, yaitu
pembuluh darah koriokapiler untuk retina bagian luar dan arteri retina sentral
untuk retina bagian dalam.1,8,9

Papilomakular

Horizontal raphe
Nasal Radial

Arkuata

Gambar 2.2 Konfigurasi akson sel ganglion di lapisan serabut saraf


Dikutip dari : Skuta7
2.2 Anatomi Saraf Optik
3

Saraf optik terdiri lebih dari satu juta akson yang berasal dari lapisan sel
ganglion retina dan memanjang menuju korteks oksipital. Saraf optikus memiliki
panjang yang bervariasi antara 35 mm sampai 55 mm dengan rata-rata 40 mm.
Saraf optik dibagi menjadi 4 area yaitu bagian intraokular (1 mm), bagian
intraorbital (25 mm), bagian intrakanalikular (4-10mm) dan bagian intrakranial
(10 mm).1,2

Gambar 2.3 Daerah topografi saraf optik yang normal


(1) Intraokular, (2) Intraorbital, (3) Intrakanalikular
(4) Intrakranial, (OC) Kiasma optikum
Dikutip dari : Neil R Miller10

2.2.1. Segmen Intraokular


Segmen intraokular saraf optikus terlihat seperti kepala saraf optikus atau
diskus optikus dengan pemeriksaan oftalmoskopi. Regio intraokuler dimulai dari
diskus optikus dimana akson sel ganglion memusat untuk meninggalkan mata
melalui lapisan lamina kribosa. Cabang dari arteri retina sentral dan vena retina
sentral masuk melalui tengah diskus optikus. Bagian kepala dari saraf optik ini
bisa dibagi menjadi 4 bagian yaitu lapisan serabut saraf superfisial, bagian
prelaminar, bagian laminar dan bagian retrolaminar.1,4
4

Nerve fiber
layer

Prelaminar

Laminar

Retrolaminar

Gambar 2.4 Segmen intraokular dari saraf optik


Dikutip dari : Lee Ann Remington2

2.2.2 Segmen Intraorbital


Bagian segmen intraorbital ini panjangnya 25 mm. Panjang saraf optikus
intraorbital 6 mm lebih panjang dibandingkan jarak antara bola mata dan kanalis
optikus. Perbedaan panjang ini membuat saraf optik dapat bergerak leluasa ketika
terjadi pergerakan mata tanpa menyebabkan tegangan pada saraf optikus. Saraf
didalam bagian intraorbital ini diselubungi oleh duramater, araknoid, dan
piamater. Ketiga lapisan ini memanjang hingga ke depan bola mata dan menyatu
dengan sklera. Ketiga lapisan ini juga berjalan ke belakang dan melewati kanalis
optikus. Arteri retina sentral memperdarahi sebagian kecil sirkulasi saraf optikus,
sebagian besar diperdarahi oleh pleksus pial dari arteri oftalmika.1,8

Gambar 2.5 Panjang saraf optik (N) di segmen intraorbital melebihi panjang
anterior-posterior mata bagian belakang ke foramen optikum
Dikutip dari : Neil R Miller10

2.2.3 Segmen Intrakanalikular


Saraf optik bagian intrakanalikular memiliki panjang 5 mm. Saraf optik bagian
intrakanalikular berada di kanalis optik dalam tulang sphenoid. Lapisan duramater
5

meningen akan melekat kuat dengan tulang di sekitarnya. Segmen ini rentan
terhadap cedera kepala yang melibatkan fraktur sphenoid atau perdarahan ke
dalam kanal. Vaskularisasi berasal dari pleksus pial yang mendapatkan pasokan
darah dari cabang-cabang arteri oftalmika.1,8

arakhnoid

Saraf
Optik
Klinoid
anterior

Gambar 2.6 Segmen intrakanalikular


Dikutip dari : Neil R Miller10

2.2.4 Segmen Intrakranial


Segmen intrakranial memanjang dari kanal optikum hingga optik kiasma.
Segmen intrakranial saraf optik memiliki panjang 10 mm dengan diameter sekitar
4-7 mm. Saraf optikus melewati bagian posterior sinus kavernosus untuk
bergabung dengan optik kiasma. Arteri serebri anterior menyilang di atas saraf
optikus, arteri karotis interna berada pada bagian lateral sementara arteri oftalmika
pada bagian infero-lateral. Suplai darah pada segmen intrakranial diperoleh dari
cabang pleksus pial.1,4,8

2.3 Kiasma Optik


Kiasma optik memiliki bentuk yang pipih, dengan diameter horizontal sekitar
15 mm, panjang anterior-posterior 8 mm, dengan ketebalan 4 mm.Kiasma optik
terletak di anterior hipotalamus dan di anterior ventrikel III dan berada kira-kira
10 mm diatas dari sella. Sebagian besar letak kiasma tepat di atas sella, namun
sekitar 17% dapat ditemukan di bagian depan (prefixed) dan sebanyak 4%
ditemukan di bagian belakang sella (postfixed). 1,7,11
6

Kiasma Optik
Saraf Optik
Infundibulum
Prosesus klinoid
anterior
Sella diafragma

Hipofise lobus posterior


Kanal optik
Sella tursika
Hipofise Lobus anterior

Sinus sfenoid

Gambar 2.7 Kiasma optikum


Dikutip dari : Ulrich Schiefer11

Sekitar 53% serabut saraf yang berasal dari bagian nasal retina akan
bersilangan pada kiasma menuju traktus optik kontralateral dan 47% serabut saraf
yang berasal dari temporal retina akan berjalan pada traktus optik sisi yang sama.
Vaskularisasi kiasma optik diperoleh dari 2 sumber, yaitu arteri hipofise superior
yang mendapat pasokan darah dari arteri karotis interna, arteri komunikans
posterior dan arteri serebral posterior, serta cabang dari arteri serebral anterior.1,8

Serabut nasal
Saraf Optik Serabut nasal superior Serabut temporal
inferior superiortemporal
Serabut
Anterior knee inferior

Optik kiasma

Posterior kneea
Traktus optikus

Gambar 2.8 Serabut saraf optik di kiasma


Dikutip dari : Remington2

2.4 Traktus Optik


Panjang traktus optik sekitar 20 – 30 mm, bagian ini terletak di posterior dari
kiasma optik. Setiap traktus optik mengandung serabut dari retina bagian temporal
7

ipsilateral dan serat retina bagian nasal kontralateral. Serabut di bagian superior
yang terdiri dari serabut superotemporal ipsilateral dan serabut superonasal
kontralateral akan berjalan di sisi medial traktus. Serabut yang berasal dari retina
bagian inferior meliputi serabut inferotemporal ipsilateral dan serabut inferonasal
kontralateral akan menempati sisi lateral traktus.1,2,11
Serabut-serabut saraf yang ada di traktus optik akan berjalan menuju korpus
genikulatum lateral. Sekitar 10% serabut saraf sebelum mencapai korpus akan
berjalan melalui sisi medial brakium superior, memasuki kolikulus superior dan
nukleus pretektal. Serabut saraf di daerah ini berperan dalam refleks pupil.
Vaskularisasi pada traktus optik diperoleh dari arteri koroid anterior, cabang
langsung arteri karotis interna dan arteri komunikans posterior.8

2.5 Korpus Genikulatum Lateral


Korpus genikulatum lateral terletak di bagian dorsolateral dari talamus. Semua
serabut saraf dari retina berakhir di korpus genikulatum lateral. Serabut saraf akan
meninggalkan daerah ini untuk diproyeksikan ke radiasio optik. Korpus
genikulatum lateral adalah suatu struktur yang terdiri dari 6 lapisan. Lapisan 1,4
dan 6 berasal dari kontralateral, sementara lapisan 2,3 dan 5 berasal dari
ipsilateral. Sel-sel yang berada di dalam lapisan ini memiliki 3 ukuran. Lapisan
magnoselular terdiri dari sel besar, lapisan parvoselular terdiri dari sel yang
berukuran medium, sedangkan lapisan konioseluler mengandung sel yang
berukuran kecil. 1,2,7,12
Lapisan 1 dan 2 hanya menerima impuls dari magnoseluler yang berisi tentang
informasi pergerakan dan kontras, sedangkan keempat lapisan lainnya
mendapatkan impuls dari sel parvoselular yang berisi informasi tentang warna.
Korpus genikulatum lateral mendapat pasokan darah dari arteri koroid anterior
sedangkan di bagian sentral diperoleh dari arteri koroid posterior. 3,7
8

Gambar 2.9 Korpus genikulatum lateral


Dikutip dari : Lee ann remington2
2.6 Radiasio Optik
Radiasio optik menghubungkan korpus genikulatum lateral dengan korteks
visual yang berada di lobus oksipital. Serabut saraf pada radiasio optik dibagi
menjadi serabut superior dan serabut inferior. Serabut yang berasal dari bagian
superior retina akan diproyeksikan ke belakang lobus parietal dan membawa
informasi visual yang berasal dari lapang pandang inferior kontralateral. Serabut
yang berasal dari bagian inferior retina akan diproyeksikan lobus temporal, yang
akan berdeviasi ke arah lateral di sekitar kornu ke inferior ventrikel lateral
membentuk Meyer’s loop. Serabut inferior ini membawa informasi visual yang
berasal dari lapang pandang superior kontralateral. Radiasio optik superior
diperdarahi oleh cabang arteri serebri medial, sedangkan radiasio optik inferior
diperdarahi cabang arteri serebri posterior.1,8,9,12,13

2.7 Korteks Visual Primer


Korteks visual terbagi menjadi area visual primer (V1, area Broadmann 17)
dan area visual sekunder yang terdiri dari area Broadmann 18 (V2) dan area
Broadmann 19 (V3).8
2.7.1 Area Visual Primer
Terletak pada dinding sulkus kalkarina pada permukaan medial dari lobus
oksipital. Area visual primer memiliki 6 lapisan. Serabut saraf yang berasal dari
radiasio optik berakhir pada lapisan IV. Lapisan II mengandung serabut saraf
yang mengirim akson hanya ke lapisan kortikal yang lebih dalam. Lapisan III
terdiri dari serabut saraf yang berhubungan dengan lapisan kortikal baik yang jauh
9

maunpun dekat. Sel-sel pada lapisan V akan diproyeksikan pada kolikulus


superior, dan lapisan VI pada korpus genikulatum lateral.2

Gambar 2.10 Area visual, (V1)Area Broadman 17


(V2)Area Broadman 18,(V3)Area Broadman 19
Dikutip dari : Neil R Miller10
Korteks visual primer menggambarkan aktivitas retina bagian sentral.
Representasi area makula di korteks menempati porsi yang cukup besar bila
dibandingkan ukuran makula yang kecil di retina. Sekitar 50-60% area korteks
mewakili aktivitas area penglihatan sentral 10˚ dan sekitar 80% area korteks
dikhususkan untuk aktivitas makula 30˚.3,11

2.7.2 Area Visual Sekunder


Area Broadmann 18 (V2, korteks parastriata) merupakan kelanjutan dari
korteks visual primer dan menerima input dari V1. Area V3 terutama terletak di
bagian posterior lobus parietal dan menerima input langsung dari V1. Area V3
akan mengirimkan informasi eferen menuju ganglia basalis dan otak tengah. Sel-
sel di daerah ini dapat berespon terhadap lebih dari satu stimulus, sehingga
integrasi visual dapat terjadi disini. Sel di area V3 sebagian besar bertanggung
jawab terhadap penglihatan binokular dan sensitif terhadap gerakan dan arahnya.
Area V4 memiliki sensitivitas terhadap cahaya, sedangkan area V5 sangat sensitif
terhadap gerakan dan orientasi arah. Area asosiasi lainnya, V6, dianggap mewakili
ruangan ekstrapersonal.3
III. Gangguan jaras penglihatan
10

Nasal retina
Temporal retina
Saraf optik
Kiasma
Korpus Genikulatum
Traktur optikus
Lateral
Meyer loop

Lobus oksipital
Kortek striae

Gambar 3.1 Jaras penglihatan


Dikutip dari : George L Skuta3

Retina menerima gambaran visual yang dihasilkan oleh sistem optik pada
mata, lalu mengubah energi cahaya menjadi impuls. Impuls saraf ini diproses dan
disalurkan melewati saraf optik menuju korteks visual. Proses perubahan energi
cahaya menjadi impuls saraf terjadi di lapisan fotoreseptor retina pada bagian
segmen luar, proses ini dinamakan fototransduksi. Impuls saraf yang dibentuk
akan diteruskan oleh sel bipolar menuju sel ganglion. Bayangan pada sistem optik
dari temporal di proyeksikan ke bagian nasal retina dan sebaliknya. Bayangan dari
superior diproyeksikan ke inferior retina dan sebaliknya. Serabut saraf sel
ganglion dari seluruh bagian retina menyatu di diskus optikus.8,11
Defek lapang pandang yang terjadi pada kumpulan serabut papilomakular
dapat berupa skotoma sentral, skotoma parasentral dan skotoma sekosentral.
Kerusakan pada kumpulan serabut arkuata menimbulkan defek lapang pandang
yang berbentuk skotoma arkuata, altitudinal dan nasal step. Bentuk kelainan
lapang pandang yang ditemukan pada kerusakan kumpulan serabut nasal radial
akan berbentuk defek temporal wedge.2,3,11,14
11

Nasal step Skotoma arkuata


Skotoma sentral Skotoma sekosentral

Skotoma altitudinal Temporal wedge

Gambar 3.2 Defek lapang pandang akibat kerusakan serabut saraf


Dikutip dari : Trobe14

Serabut saraf di bagian distal saraf optikus terdiri dari serabut saraf medial dan
serabut saraf lateral. Serabut saraf medial berasal dari serabut saraf nasal
sedangkan serabut saraf lateral yang berasal dari sarabut saraf temporal. Serabut
saraf makula berada di pusat saraf optikus. Serabut saraf yang berasal dari
superior dan inferior retina tetap berada di superior dan inferior saraf optik. Lesi
pada saraf optikus akan menyebabkan defek kehilangan lapang pandang total pada
mata ipsilateral.9,11
Pemisahan serabut-serabut saraf retina bagian nasal dan temporal yang terjadi
di optik kiasma menyebabkan defek lapang pandang yang terbentuk di daerah
optik kiasma dan retrokiasma berhubungan dengan meridian vertikal. Sindrom
kiasma anterior atau sindrom junctional ditandai adanya lesi yang mengenai
1saraf optik pada perbatasannya dengan kiasma. Defek lapang pandang yang
12

terjadi berupa gangguan lapang pandang pada 1 mata disertai defek


superotemporal pada mata kontralateral. Lesi yang mengenai badan kiasma
menghasilkan defek lapang pandang berbentuk hemianopia bitemporal. Defek
lapang pandang yang terjadi di kiasma posterior berbentuk hemianopia sentral
bitemporal karena hanya melibatkan serabut saraf menyilang yang berasal dari
makula.9,11
Serabut saraf nasal di kiasma optikus akan masuk ke traktus optikus
kontralateral. Serabut saraf temporal berjalan secara ipsilateral. Serabut saraf
nasal membentuk loop pendek di traktus optik ipsilateral sebelum menyilang di
kiasma atau masuk ke traktus optikus kontralateral setelah menyilang di kiasma.
Lesi pada kiasma optikus menyebabkan bitemporal hemianopia. Lesi pada loop
menyebabkan defek kehilangan lapangan pandang total ipsilateral dan defek
lapangan pandang temporo-superior kontralateral.1,8, 13
Traktus optikus menghubungkan kiasma optikus dengan korpus genikulatum
lateral. Serabut-serabut saraf akan berjalan meninggalkan traktus optikus menuju
korpus genikulatum lateral. Sekitar 10% serabut saraf akan berjalan melalui sisi
medial brakium superior, memasuki kolikulus superior dan nukleus pretektal.
Serabut saraf ini berperan dalam reflek pupil. Lesi di daerah traktus optikus
memberikan gambaran defek aferen pupil dan hemianopia homonimus
inkongruen.8, 12, 13
Serabut- serabut saraf yang sampai di korpus genikulatum lateral akan terpisah
menjadi 6 lapisan. Serabut saraf mengalami rotasi sebesar 90 derajat ketika
mendekati korpus genikulatum lateral. Serabut dari bagian superior akan
berpindah superomedial, bagian inferior akan berputar kearah inferolateral dan
serabut makula akan berpindah superolateral. Defek lapangan pandang pada
korpus genikulatum lateral mengakibatkan hemianopia homonimus total.1, 7, 8,13
Serabut saraf meninggalkan korpus genikulatum lateral sebagai radiasio optik,
yang diproyeksikan menuju korteks visual. Serabut yang berasal dari bagian
superior retina akan di proyeksikan ke belakang oleh lobus parietal. Serabut yang
berasal dari bagian inferior retina akan di proyeksikan oleh lobus temploral, yang
akan berdeviasi kearah lateral di sekitar kornu inferior ventrikel lateral
13

membentuk Meyer’s loop. Lesi pada daerah ini akan menyebabkan defek pie-in-
the-sky. Lesi radiasio optik yang ada di lobus parietal akan menyebabkan defek
quadranatonopia homonimus bawah.1,2,13
Korteks visual primer menggambarkan aktivitas retina bagian sentral.
Representasi area makula di korteks menempati porsi yang cukup besar bila
dibandingkan ukuran makula yang kecil di retina. Lesi pada korteks visual
posterior menyebabkan skotoma hemianopia parasentral, lesi korteks visual
bagian tengah menyebabkan defek hemianopia homonimus dengan macular
sparing dan lesi pada visual anterior akan menyebabkan defek monokuler
crescent.3,11

1. Lesi saraf optikus ipsilateral


2. Himianopia bitemporal
3. Hilang lapang pandang (OD), temporal
superior (OS)
4. Hemianopia homonimus inkongruen kanan
5. Hemianopia homonimus total kiri
6. Hemianopia homonimus inkongruen kanan
7. Hemianopia homonimus inkongruen kanan
8. Hemianopia homonimus total kanan
9. Hemianopia homonimus total kanan dengan
macular sparing
10. Hemianopia homonimus total kiri dengan
macular dan temporal crescent sparing
11. Hemianopia homonimus macula kiri
12. Kehilangan lapang pandang crescent kiri

Gambar 3.3 Jaras penglihatan dan defek lapang pandang


Dikutip dari: Remington LA2

Korteks visual primer akan menggabungkan dan menganalisa informasi visual


yang dikirim dari korpus genikulatum lateral dan mentransmisikan ke area
asosiasi visual untuk interpretasi lanjutan. Area ini mengelilingi area korteks
primer di lateral korteks oksipital. Area asosiasi visual di namakan area brodman
18 dan 19 yang memiliki beberapa area terpisah (V2, V3, V4 dan V5) berfungsi
sebagai tempat proses penglihatan berlangsung. Informasi visual yang dibawa
akan terbagi menjadi jalur oksitoparietal dan jalur oksitotemporal setelah
14

mencapai korteks visual asosiasi. Jalur oksitoparietal berfungsi untuk identifikasi


letak suatu objek di dalam ruangan dan arah pergerakannya sedangkan jalur
oksipitotemporal untuk identifikasi suatu objek, simbol dan warna.2,14

IV. Kesimpulan
Saraf optik merupakan salah satu komponen dari jalur visual penglihatan.
Fungsi saraf optik adalah untuk meneruskan rangsang cahaya dari retina hingga
diproses di otak. Semua informasi yang akan dibawa oleh saraf nantinya diproses
di otak dan dengan demikian kita bisa melihat suatu benda.
Pengetahuan secara mendetail mengenai anatomi dan fisiologi saraf optik
penting karena dengan mengetahui defek lapang pandang kita bisa mengetahui
letak kelainan pada komponen saraf optik.

DAFTAR PUSTAKA
15

1. Skuta, Gregory L., Louis B Cantor & Jayne S. Weiss. Fundamentals and
principles of ophtalmology. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology;
2011-2012. Hlm. 87-97
2. Remington, Lee Ann. Clinical Anatomy and Physiology of The Visual
System, edisi ke -2. Missouri: Elsevier; 2012. Hal 232-45
3. Skuta, Gregory L., Louis B Cantor & Jayne S. Weiss. Neuro-
Ophtalmology. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology; 2014-2015.
Hlm. 24-36
4. Yanoff, Myron & Jay S. Duker, Ophtalmology, edisi ke-3 section 9 bagian
9.2 Mosby : China, 2009.
5. Eva, Paul Riodan., Emmett T. Cunningham Jr. Vaughan & Asbury’s
General Opthalmology, edisi ke-18. New York: McGraw-Hill; 2013. Hlm 271-8
6. American Academy of Ophthalmology. Neuro-Ophthalmology: Basic and
Clinical Science Course Section 5. San Fransisco : American Academy of
Ophthalmology; 2011. Hlm 159-172.
7. Skuta, Gregory L., Louis B Cantor & Jayne S. Weiss. Neuro-
Ophtalmology edisi ke -5. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology;
2007-2008. Hlm. 24-31
8. Snell. Richard S, Lemp. Michael A, Clinical Anatomy of The Eye, edisi
ke-1 Hlm. 380-408
9. Kidd, Desmond P., Nancy J. Newman & Valerie Biousse, Blue Books of
Neurology : Neuro-Ophtalmology, Philadelphia: Elsevier; 2008. Hlm. 1-12
10. Miller, Neil R., Nancy J Newman., Valerie Biousse & John B Kerrison.
Walsh and Hoyt’s Clinical Neuro-Ophtalmology : The Essentials, edisi ke-2.
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2008. Hlm 1-44
11. Schiefer, Ulrich, Helmut Wilhelm & William Hart, Clinical Neuro-
Ophtalmology A Practical Guide. New York: Verlag Berlin Heidelberg; 2007.
Hlm. 19-28.
12. Tsai, James C., et al. Oxford American Handbook of Ophthalmology.
Oxford : Oxford University Press; 2011. Hlm. 514-40.
13. Khurana AK. Comprehensive opthalmologi. edisi ke-4. India : New Age
International; 2007. Hlm. 287-91.
14. Trobe, J.D. The Neurology of Vision. Oxford : Oxford University Press,
Inc; 2001. Hlm. 1-39.

Anda mungkin juga menyukai