Anda di halaman 1dari 12

DIFTERI

DI SUSUN OLEH :

ANGELA ARMA YANTI (KARYAWAN 18D-03422118037)


EKA LESTARI (KARYAWAN 18D-03422118143)
DEFINISI

Difteria adalah suatu penyakit bakteri akut


terutama menyerang tonsil, faring, laring, hidung,
kulit, telinga dan ada kalanya menyerang selaput
lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau
vagina.
ETIOLOGI

Penyebab penyakit difteri adalah Corynebacterium


diphtheriae berbentuk batang gram positif, tidak
berspora, bercampak atau kapsul. Infeksi oleh kuman
sifatnya tidak invasive, tetapi kuman dapat mengeluarkan
toxin, yaitu exotoxin.
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal
dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang
telah terkontaminasi oleh bakteri.
Biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar
permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan me
nyebabkan peradangan. Bakteri ini juga
dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan otak.
GEJALA

Gejala klinis penyakit difteri ini adalah :


1. Panas lebih dari 38oC.
2. Ada membran berwarna putih-keabuan di faring,
laring atau tonsil.
3. Sakit waktu menelan.
4. Leher membengkak seperti leher sapi (bullneck),
disebabkan karena pembengkakankelenjar leher.
5. Pada anak tak jarang diikuti demam, mual,muntah,
menggigil dan sakit kepala.
PATOFISIOLOGI

1. Tahap inkubasi

Bakteri masuk kedalam host dan menyebabkan


peradangan. Lalu bakteri melepaskan toksin. Masa
inkubasi penyakit difteri dapat berlangsung antara 2-5
hari. Penderita bisa menularkan antara 2-4 minggu
sejak masa inkubasi. Sedangkan stadium karier kronis
dapat menularkan penyakit sampai 6 bulan.
Lanjutan patofisiologi……..

2. Tahap penyakit dini

Penderita mengalami kesulitan menelan pada mingg


u ke-1. Antara minggu ke-3 sampai ke-6, bisa terjadi
peradangan pada saraf, lengan, tungkai, sehingga terjadi
kelemahan pada lengan dan tungkai. Kerusakan pada otot
jantung (miokarditis) bisa terjadi kapan saja selama
minggu ke-1 sampai ke-6. Kerusakan bisa sangat berat,
bahkan menyebabkan gagal jantung dan kematian
mendadak. Pemulihan jantung dan saraf berlangsung
secara perlahan selama berminggu-minggu. Pada
penderita dengan tingkat kebersihan buruk, tak jarang
difteri juga menyerang kulit.
Lanjutan patofisiologi……..

3. Tahap penyakit lanjut

Muncul pseudomembran (lapisan sel darah


putih yang mati, bakteri dan bahan lainnya) didekat
amandel dan bagian tenggorokan yang lain. Membran
ini tidak mudah robek dan berwarna abu-abu. Jika
membran dilepaskan secara paksa, maka lapisan
lendir dibawahnya akan berdarah. Membran inilah
penyebab penyempitan saluran udara atau secara tiba-
tiba bisa terlepas dan menyumbat saluran udara,
sehingga kesulitan bernafas.
EPIDEMIOLOGI

1. Person (orang)
Menyerang seluruh lapisan usia, tetapi paling sering
anak-anak dibawah 15 tahun atau yang belum diimunisasi. Pada
abad ke-20 awal, difteri penyebab umum kematian bayi dan
anak-anak.
2. Place (tempat)
Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk
dengan tingkat sanitasi rendah.
3. Time (waktu)
Penyakit difteri dapat menyerang siapa saja dan kapan
saja tanpa mengenalwaktu. Apabila kuman telah masuk ke
dalam tubuh dan tubuh kita tidak mempunyaisystem kekebalan
tubuh maka pada saat itu kuman akan berkembang biak
danberpotensi untuk terjangkit penyakit difteri.
PENANGANAN

1.Pencegahan
 Isolasi penderita,
 Imunisasi (imunisasi DPT pada bayi dan vaksin DT
pada anak-anak usia sekolah dasar).

2. Pengobatan
 Pengobatan umum
Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui (2-3
minggu). Bedrest, pemberian cairan serta diet yang
adekuat. Khusus pada difteria laring dijaga agar nafas tetap
bebas serta dijaga kelembaban udara.
Lanjutan penanganan…..
 Pengobatan khusus
1. Antitoksin : Anti Diptheriar Serum (ADS) 20.000UI/hari selama 2
hari berturut-turut dengan sebelumnya harus dilakukan uji kulit
dan mata.
2. Antibiotik :
Untuk kasus ringan -> Penisillin Prokain 5000UI/kgBB/hari sampai 3
bebas demam. Pada pasien yang dilakukan trakeostomi
ditambahkan Kloramfenikol 75mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis.
Untuk kasus berat -> Penicillin Procain G (IM) 25.000-50.000
UI/kgBB/hari untuk anak-anak, 1,2jt UI/kgBB/hari untuk dewasa
dibagi dalam 2 dosis. Dapat juga diberikan Erytromycin 40-50
mg/kgBB/hari maksimun 2 g/hari secara parenteral. Jika
penderita sudah bisa menelan dengan baik maka Erythromycinn
dapat diberikan per oral 4x sehari atau Penicillin V per oral 4x(125-
250) mg selama 14 hari. Pernah ditemukan adanya strain yang
resisten terhadap Erythyromycin namun sangat jarang. Antibiotik
golongan macrolide generasi baru seperti Azithromycin dan
Chlarithromycin juga efektif untuk strain yang sensitif terhadap
Erythromycin tetapi tetap tidak sebaik Erythromycin.
Lanjutan penanganan……

3. Kortikosterois : untuk mencegah timbulnya


komplikasi miokarditis yang membahayakan,
diberikan prednison 2mg/kgBB/hari selama 3-4
minggu. Bila terjadi sumbatan saluran nafas yang
berat dapat dilakukan trakeostomi.

Anda mungkin juga menyukai