Anda di halaman 1dari 12

RISMAWATI, S.

Pd
1. Surah al Waqiah adalah surat ke56 terdiri 96
ayat.
2. Surat ini tergolong surat makiyyah yang turun
setelah surah Thoha.
3. Surah ini berisi gambaran tentang huru hara yang
terjadi di hari kiamat
4. Dan pada waktu di hisab manusia terbagi menjadi
tiga golongan: golongan yang bersegera
menjalankan kebaikan (As Shabiqun), golongan
kanan (ashabul yamiin), dan golongan kiri yang
celaka (ashkhabus syimal): serta balasan yang
diperoleh masing-masing golongan.
Kandungan surah Waqiah diantaranya
adalah bahwa Allah yang berkuasa di
dunia dan akhirat dengan tidak ada
seorangpun yang tau kapan terjadinya
hari qiyamat. Maka dari itu, hendaknya
kita dapat menambah keimanan kita
dengan menghayati pembacaan surat
waqiah beserta artinya.
Abdullah bin Mas’ud Rodiyallahu Anhu berkata:
“saya mendengar nabi bersabda: ‘barang siapa
membaca surah al waqi’ah setiap malam, ia
tidak akan tertimpa kefakiran selamanya.’ Ibnu
Masud berkata, “aku telah memerintahkan anak
perempuanku membacanya setiap malam.” (H.
R. Abu Ubaid dalam Fadhoil Al quran)
Jabir bin Samurah rodhiyallahu Anhu
berkata: “sholat yang dikerjakan Nabi
Muhammad seperti solat yang kalian
kerjakan saat ini. Namun terkadang beliau
meringankannya. Sholat yang beliau
kerjakan lebih ringan dari solat kalian.
Dalam sholat Subuh kadang beliau membaca
surah al waqi’ah dan yang sejenisnya.”
Rasulullah pernah bersabda: “barang siapa
yang membaca surat al Waqi’ah, maka ia
akan dicatat tidak tergolong pada orang
yang lalai.”
Hadits ini diriwyatkan oleh Ubay bin Ka’ab.
Kematian kita tidaklah dapat kita ketahui, dan
tidak pula dapat kita ketahui berakhir khusnul
khotimah atau sebaliknya. Maka dari itu, untuk
tetap menjaga iman kita dan terlindung dari
kekafiran, kita hendaknya membaca surah Al
Waqi’ah dengan hati yang terbuka sehingga kita
dapat mengingat kematian dan memperbaiki diri
sebelum kematian itu tiba
Ibnu Abbas rodliyallahu anhu berkata: Abu
Bakar Ash-Shiddiq rodliyallahu anhu
berkata kepada Nabi Muhammad SAW:
“wahai Rasulullah, engkau telah beruban.”
Beliau berkata: “aku beruban karena surah
Hud, Al Waqi’ah, al Mursalat, an Naba’,
dan at takwir.”
 (Hadist ini diriwatkan oleh Turmudzi dan
hadits ini hadits ghorib)
Dalam syarah Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah
berfirman seraya memberitahukan tentang orang-orang yang
paling dulu masuk surga dan didekatkan kepadaNya, bahwa
mereka adalah sekelompok besar dari orang-orang terdahulu,
dan sebagian kecil dari orang-orang yang hidup terakhir.
Para ulama berpendapat bahwa yang dimaksud adalah firman
Allah dalam surah al Waqi’ah “tsullatum minal
awwaliin,(13) wa qoliilun minal aalkhiriin(14)”. Rasulullah
bersabda:

“sesungguhnya aku sangat berharap kalian menjadi


seperempat penghuni surga.”
Jelas sekali bahwa terdapat beberapa ayat dalam surah
al Waqiah yang menjelaskan secara gamblang tentang
sifat-sifat keindahan surga seperti pada ayat 27 sampai
dengan 40. Diantara ayat-ayat itu adalah “wa dzillim
mamduud.(30)” yang artinya dan naungan yang
terbentang luas.

Kemudian Imam Bukhori juga meriwayatkan dari Abu


Hurairah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad,
beliau bersabda: “sesungguhnya di dalam surga terdapat
sebatang pohon, (jika) orang yang berkendaraan berjalan
dibwahnya selam seratus tahun, ia tetap berada di
bawah naungannya dan tidak pernah berhasil
menaklukkannya. Jika kalian berkehendak, bacalah –wa
dzillim mamduud-.” (H.R. Muslin dan At Tirmidzi)
Pada ayat 41 sampai 56 sebaliknya dijelaskan
tentang sifat-sifat neraka dengan gamblang.
Seperti ayat: “fi samuumiin wa khamiim(42), wa
dhillim min yakhmuum(43)” yang atrinya: “dalam
(siksaan) angin yang sangat panas dan air yang
mendidih(42), dan dalam naungan asap yang
hitam(43).”
 Jika kita membacanya dengan hati yang terbuka,
maka tanpa terasa tubuh kita akan bergetar
karena takut akan siksa Allah.
Pada bagian akhir surat ini, banyak sekali
kalimat tanya seperti “afaroaytumun
Naarolladzi tuuruun(71), a antum ansya’tum
syajarotahaaaa am nahnul munsyiuun(72),” yang
artinya: “maka, terangkanlah kepadaku tentang
api yang kamu nyalakan (dari gosokan-gosokan
kayu)(71), kamu kah yang menjadikan kayu itu,
atau Kami kah yang menjadikannya? (72)”

Anda mungkin juga menyukai