Materi 2018 Kesehatan Rosi2
Materi 2018 Kesehatan Rosi2
FISIOTERAPI
Rosy Armelia SST.FT
DASAR PEDOMAN PELAYANAN
• Pelayanan fisioterapi ditata sesuai kebutuhan
pasien/klien masyarakat, berdasar pada ilmu
pengetahuan dan teknologi maju, dituntun oleh
moral etis, memperhatikan aspek biopsiko social-
kultural-spiritual, mengacu pada perundangan
peraturan.
• Berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang menjujung
tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk individu dan sebagai titik sentral
pembangunan menuju masyarakat adil makmur.
• Falsafah Fisioterapi :
– Pemenuhan gerak fungsional tubuh manusia untuk
hidup sehat sejahtera adalah hak azasi.
Tatakelola Pelayanan
Kesehatan.
Fisioterapi Pelayanan Kesehatan Profesional se-Dunia
ANALISIS SITUASI
PELAYANAN FISIOTERAPI
• Pejabat berbagai tingkatan Menteri Kesehatan, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing dengan
melibatkan organisasi profesi, melakukan pembinaan dan
pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65
Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi. Pembinaan dan
pengawasan ditujukan untuk : meningkatkan mutu pelayanan
fisioterapi, mengembangkan pelayanan fisioterapi yang efisien dan
efektif. Dilaksanakan melalui advokasi, sosialisasi,
pendidikan/pelatihan, pemantauan dan evaluasi (PMK. No.65
Th.2015, Ps.4).
• Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 378/Menkes/SK/IV/2008 tentang Pedoman
Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit, sepanjang mengatur
pelayanan fisioterapi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (PMK.
No.65 Th.2015, Ps.5).
PROSEDUR PELAYANAN
FISIOTERAPI
PROSEDUR PELAYANAN FISIOTERAPI
Standar pelayanan fisioterapi terdiri dari assesmen,
diagnosis, perencanaan, intervensi, evaluasi / re-evaluasi
dan dokumentasi / komunikasi / koordinasi. ( Tap. KONAS
IX IFI Tahun 2004, Referensi WCPT, 1996 )
Pengendalian mutu suatu pekerjaan dirumuskan siklus
kegiatan : kerjakan yang kau tulis, tulis yang kau kerjakan,
tinjau dan tingkatkan ; suatu kegiatan jasa dan/atau
produk akan terjamin mutu bila ditulis dulu prosesnya,
dijalankan, didokumentasi, dibakukan sebagaistandar
prosedur operasional, dievaluasi dan diperbaiki secara
terus-menerus berkesinambungan.
KEWENANGAN
• Fisioteraspis berwenang melakukan assesmen, diagnosis,
perencanaan, intervensi dan evaluasi/re-evaluasi;
berkewajiban (Kepmenkes 1363/2001).
• Interaksi fisioterapis ditata dalam formasi seperti dan tidak
terbatas:
• Interaksi Fisioterapis dengan psien/klien/pedamping.
• Interaksi Fisioterapis dengan dokter penanggung jawab
pasien/perujuk dan perawat
• Interaksi Fisioterapis dengan tenaga lain dalam temu
interdisipliner.
• Interaksi Fisioterapis dengan tenaga lain dan
pendamping/pendukung pasien, dalam konferensi
kasus/pasien.
• Interaksi Fisioterapis dengan tenaga lain dalam wadah
pertemuan ilmiah kasus/klinik.
Patient Centered Care
• Fisioterapis sebagai jenis tenaga kesehatan kelompok
tenaga keterapian fisik (UU.No.36,Th.2014, Ps.11).
Fisioterapis melayani pasien dengan kewenangan asesmen,
program, intervensi dan evaluasi, menerima pasien
langsung dan/atu rujukan tenaga kesehatan lain (PMK
No.80 Th.2013), bertanggung jawab, bertanggung gugat,
berkolaborasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP) pasien.
• Perkembangan peningkatan mutu pelayanan pasien
mengacu pada Joint Commission International (JCI) (Dirjen
BUK, 2011). Fisioterapis sebagai anggota tim inti pelayanan
berokus pasien (Patient Centered Care) dengan DPJP kasus
sebagai leader : sebagaian besar ICU, rawat madya,
penyembuhan, dan sebagaian kecil pemulihan, preventif
dan promotif.
•
Tujuan
• Agar masyarakat terlayani dalam hal problem dan
kebutuhan akan kesehatan gerak fungsional, melalui
upaya pencegahan gangguan/penyakit,
penyembuhan dan pemulihan melalui upaya
pelayanan fisioterapi :
– Mengembangkan gerak potensial agar gerak
aktual mencapai gerak fungsional.
– Mengembangkan gerak potensial untuk
meminimalkan kesenjangan gerak aktual dengan
gerak fungsional.
TUJUAN
• Petunjuk ini untuk memudahkan pelaksanaan
PMK No.65 Tahun 2015 pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama (FKTP), fasilitas
kesehatan rujukan lanjut (FKRTL), dan
lembaga/badan penjaminan pelayanan
kesehatan.
Otonomi fisioterapi :
• Dalam melakukan pelayanan profesinya,
fisioterapis mempunyai otonomi mandiri serta
mempunyai hubungan yang sejajar dengan
profesi kesehatan lain, dengan konsekuensi dan
tanggung jawab serta mengatur dirinya sendiri
berdasarkan landasan kode etik profesi
fisioterapi, serta mendapatkan pengesahan dari
Ikatan Profesi Fisioterapi dan peraturan
perundangan yang berlaku.
– Pelayanan fisioterapi adalah masukan,
proses, keluaran dan dampak pelayanan
fisioterapi.
– Proses fisioterapi ialah kegiatan menyangkut
hal-hal yang berkaitan dengan assesmen dan
pemeriksaan fisioterapi, penetapan diagnosa
fisioterapi, rencana intervensi terapi,
pelaksanaan intervensi terapi, evaluasi hasil
intervensi terapi dan dokumentasi.
PELAYANAN FISIOTERAPI
Otonomi Profesional Fisioterapis
Diperoleh melalui pendidikan profesi yang menyiapkan tenaga
fisioterapis yang mampu praktik secara otonom.