Anda di halaman 1dari 22

DESINFEKTAN ORGANIK, ANORGANIK

DAN INSEKTISIDA

KELOMPOK 5 KELAS C
ZUHAELA IQBAL (16 242)
NUR ASMA (16 274)
ANDI ALFIANTO (023)
EKA SUCI SULISTYA (158)
DESINFEKTAN INSEKTISIDA

ORGANIK DAN ANORGANIK

ORGANIK ANORGANIK

garam- garam
Organoklorin
beracun seperti
Heterosiklik
KRESOL arsenat, flourida,
Organofosfat
FENOL tembaga sulfat,
Karbamat
AMONIUM KUARTENER dan garam
Dinitrofenol
IODOFOR merkuri.
FORMALIN
KLORIN
 Desinfektan adalah substansi kimia yang dipakai untuk mencegah
DESINFEKTAN pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi /merusaknya
dan biasa digunakan pada benda-benda mati (Depkes RI, 1996).
 Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin
dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan
mikroorganisme patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk
mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.
10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu :

1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme
KRITERIA pada suhu kamar
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH,
DESINFEKTAN temperatur dan kelembaban
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. Tidak berbau/ baunya disenangi
7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis
10. Aktivitas berspektrum luas
 1. Konsentrasi (Kadar)
Konsentrasi yang digunakan akan bergantung kepada bahan yang
akan didesinfeksi dan pada organisme yang akan dihancurkan.
2. Waktu
VARIABEL Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak
DALAM variable.
DESINFEKTAN 3. Suhu
Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia.
4. Keadaan Medium Sekeliling
pH medium dan adanya benda asing mungkin sangat
mempengaruhi proses disinfeksi.
 Secara kimiawi, terdapat beberapa jenis senyawa
desinfektan yang tersedia secara komersial dengan
karakteristik pemakaian tertentu, yaitu :

Kresol, merupakan biosida yang murah dan efektif bila
DESINFEKTAN digunakan untuk bangunan dan tanah, termasuk
JENIS dinding kandang dan peralatan kandang, Bersifat
korosif, toksik pada konsentrasi tinggi dan
ORGANIK meninggalkan warna. Senyawa ini tidak boleh
digunakan pada kandang yang di dalamnya ada ternak
DAN hidup, telur atau daging yang diproses, karena dapat
ANORGANIK mengakibatkan kontaminasi pada produk-produk
tersebut dan bersifat toksik pada manusia dan ternak.
Desinfektan ini sangat efektif mengatasi jamur, virus,
bakteri, karena mampu mematikan mikroorganisme
tersebut.
STRUKTUR SENYAWA
FENOL

 Fenol organik, cocok digunakan untuk tempat penetasan


(hatchery) dan untuk desinfeksi peralatan di dalamnya. Fenol ektif
melawan bakteri, virus dan fungi, termasuk bakteri penyebab
Tuberkulosis dan John’s Disease serta virus PMK. Fenol dan
beberapa senyawa fenolik mempunyai kegunaan sebagai
antiseptika, desinfektan atau bahan pengawet.
 Amonium kuarterner, dianjurkan untuk mendesinfeksi kandang,
peralatan dan tempat penetasan Senyawa ini memiliki dua bagian
CONTINUE pada struktur kimianya, satu bagian bersifat hidrofilik dan bagian
lain bersifat hidrofobik. Desinfektan ini efektif melawan bakteri
gram negatif maupun positif, fungi, virus, tetapi tidak efektif
melawan virus PMK ataupun Mycobacterium paratuberculosis,
bakteri penyebab John’s Disease. Keberadaan materi organik,
seperti feses akan menurunkan aktifitasnya. Desinfektan ini
tergolong mudah larut dalam air, sangat efektif menghilangkan
bau-bauan, daya kerja tinggi dan tidak berefek pada kulit
manusia, meskipun juga menyebabkan karat.
STRUKTUR SENYAWA AMONIUM
KUARTENER
 Klorin, banyak digunakan di rumah potong, disamping itu pula
digunakan untuk menjernihkan air pada peternakan, air minum,
sanitasi telur, desinfeksi abattoir (RPH) dan RPA serta kandang
ayam. Kaporit atau hipoklorit sering untuk sanitasi sapi perah dan
lebih aktif dalam air hangat. Efektif melawan bakteri, banyak
virus, terutama parvovirus. Bisa dicampur dengan sabun, tetapi
jangan dicampur asam. Aktivitasnya yang kuat menurun dengan
adanya materi organik, terutama amoniak atau senyawa-senyawa
CONTINUE amino. Desinfektan ini termasuk golongan halogen keras yang
bisa mematikan bakteri, virus dan jamur dalam waktu relatif
singkat.

STRUKTUR
SENYAWA KLORIN
 Formalin/formaldehid, cocok untuk fumigasi telur yang terdapat di
dalam almari yang dirancang khusus dan harus hati-hati terhadap
petugas yang menggunakannya, karena formalin merupakan senyawa
korosif dan bersifat karsinogenik. Keunggulan dari desinfektan ini adalah
mudah menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran
sanitasi. Gas dapat diperoleh dengan jalan mencampur Kalium
Permanganat dengan formalin.
STRUKTUR SENYAWA
FORMALIN  Iodofor, bisa digunakan sebagai antiseptika dan desinfektansia. Iodofor
adalah kombinasi iodine dan agen-agen yang larut di dalamnya. Iodofor
CONTINUE akan membebaskan iodin bebas jika dilarutkan dalam air. Iodofor
merupakan desinfektan yang baik, namun tidak efektif bila ada senyawa
organik. Sifat Iodofor kurang toksik dibandingkan desinfektan yang lain.
Kekurangannya adalah meninggalkan bekas warna pada pakaian dan
permukaan yang lain. Iodine bebas bersifat toksik pada kulit, sehingga
dalam penggunaannya Iodine dikombinasikan dengan senyawa organik
yang lain dan disebut Iodophor. Contoh Iodophor adalah povidone-
iodine (Betadine) yang sering digunakan sebagai antiseptik di rumah
sakit.
 Resistensi bakteri terhadap desinfektan :
 Ditentukan oleh perangkat intrinsik yang terdapat didalam tubuh
bakteri, juga oleh plasmid yang memilki DNA-ekstramitokondria
dan transposon yang memiliki “cassette” DNA
 Resistensi-intrinsik terdapat pada bakteri Gram-negatif, spora,
Resistensi mikobakteria. Beberapa bakteri membentuk “Biofilm ” sebagai
proses adaptasi fisiologis yang dilakukan oleh faktor intrinsik ini
desinfektan
 Biofilm bakteri yang tumbuh pada peralatan mempunyai
resistensi terhadap desinfektan sampai 1000 kali dibanding
bakteri biasa.
 Resistensi jamur terhadap desinfektan :
 Ditentukan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik
 Pada mekanisme intrinsik nampak terbentuknya dinding sel
khusus yang akan menghalangi masuk dan bekerjanya
desinfektan dalam tubuh jamu
 Jamur yang memiliki banyak asam linoleat dalam membran
plasma akaan lebih resisten terhadap etanol daripada jamur yang
banyak memilki asam oleat
Continue  Resistensi protozoa terhadap desinfektan :
 Ditentukan oleh bentuk protozoa nya (kista lebih resisten
terhadap desinfekatan)
 Seperti pada spora yang membentuk dinding kista, mempunyai
peran penting sebagai barrier dalam mengurangi efek dari
desinfektan
 Disamping faktor intrinsik, protozoadimungkinkan membentuk
biofilm dalam meningkatkan resistensi terhadap desinfektan
 Resistensi virus terhadap desinfektan :

 Pengaruh desinfektan pada virus,dapat diamati pada bagian virus


yang berisi lemak (lipid) yg berfungsi sebagai membrane, capsid
merupakan protein virus dan genoma virus

continue  Kepekaan virus terhadap desinfektan ditentukan oleh adanya


selubung lipid (lipofilik) atau tidak mempunyai selubung lipid
(hidrofilik)

 Resistensi virus juga ditentukan oleh adanya agregasi dalam tubuh


virus
 Insektisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan
serangga dengan membunuh mereka atau mencegah mereka dari
terlibat dalam perilaku yang dianggap tidak diinginkan atau
destruktif. Insektisida diklasifikasikan berdasarkan struktur dan cara
kerja. Banyak insektisida bertindak atas sistem saraf serangga
(misalnya, Cholinesterase (ChE) penghambatan) sementara yang lain
INSEKTISIDA bertindak sebagai regulator pertumbuhan atau endotoksin.
 Berdasarkan cara masuknya ke dalam tubuh serangga (1) racun

perut, yaitu insektisida yang bekerja melalui sistem pencernaan

(stomach poison), dan merupakan insektisida yang dicampurkan

CARA KERJA KE pada bahan yang biasa dimakan serangga; (2) racun kontak, yaitu
DALAM TUBUH insektisida yang meresap ke dalam tubuh serangga melalui
SERANGGA
permukaan tubuh; dan (3) fumigan, yaitu insektisida yang masuk

ke dalam tubuh melalui alat pernafasan (spiraculum) (Ramulu,

1979).
 Penggolongan Insektisida
 Menurut Hoedojo (2000) dan Tarumingkeng (2001), insektisida
berdasarkan macam bahan kimianya dibagi dalam :
 Insektisida sintetik
 1. Anorganik: garam- garam beracun seperti arsenat, flourida,
tembaga sulfat, dan garam merkuri.
PENGGOLON
 2. Organik :
GAN  A. Organoklorin:
INSEKTISIDA  Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan
penambahan klorin. Insektisida organoklorin bersifat sangat
persisten, dimana senyawa ini mashi tetap aktif hingga bertahun-
tahun. Oleh karena itu, kini insektisida golongan organoklorin
sudah dilarang penggunaannya karena memberikan dampak
buruk terhadap lingkungan.
 Seri DDT; DDT,DDD, metoksiklor.
 Seri klorden: klorden, dieldrin, aldrin, endrin,heptaklor, toksefen.
 Seri BHC: BHC, linden.
 B. Heterosiklik: kepone, mirex,dll
 C. Organofosfat
CONTINUE  D. Karbamat
 E. Dinitrofenol
 F. Thiosianat
 G. Sulfonat dan sulfida
 Pada tahun 1960, Rachel Carlson menerbitkan buku yang sangat
berpengaruh dalam sejarah penggunaan insektisida berjudul Silent
Spring (Musim Sepi yang Sunyi). Buku tersebut menyorot
penggunaan DDT yang sangat marak di masa itu karena sangat
efektif, sekaligus menyadarkan manusia akan bahaya dari
EFEK penggunaan pestisida berlebihan. Insektisida yang dipakai seringkali
PENGGUNAAN menyerang organisme non target seperti burung dan makhluk hidup
INSEKTISIDA lainnya. Oleh karena itu, penggunaan insektisida juga dikhawatirkan
berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Insektisida seringkali
digunakan melebihi dosis yang seharusnya karena petani
beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka
akan semakin bagus hasilnya.
RESISTENSI
 Faktor genetik
 Faktor Operasional
 Faktor biologi sasaran
 Cara kerja (mode of action) insektisida
 Menurut Kasumbogo Untung (1993), mekanisme resistensi suatu
FAKTOR- serangga terhadap insektisida dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
 Peningkatan detoksifikasi (menjadi tidak beracun) insektisida oleh
FAKTOR karena bekerjanya ensim-ensim tertentu seperti ensim dehidroklorinase
(terhadap DDT), ensim mikrosomal oksidase (terhadap karbamat, OP,
RESISTENSI piretroid), glutation transferase (terhadap OP), hidrolase dan esterase
(terhadap OP).
 Penurunan kepekaan tempat sasaran insektisida pada tubuh serangga
seperti asetilkolinesterase (terhadap OP dan karbamat), sistem syaraf
(Kdr) seperti terhadap DDT dan piretroid.
 Penurunan laju penetrasi insektisida melalui kulit atau integumentum
seperti yang terjadi pada ketahanan terhadap kebanyakan insektisida.
THANK YOU 
ANY QUESTIONS???

Anda mungkin juga menyukai