Anda di halaman 1dari 12

BIOGRAFI

KH. ABDURRAHMAN
WAHID
(GUS DUR)

Dibuat Oleh :
Nama : 1. Meliyana Cannilia
2. Nuriska Adelia
Kelas : 10 Perhotelan 2
BIOGRAFI
Nama Lengkap : KH. ABDURAHMAN WAHID
Tempat, Tanggal Lahir : JOMBANG, 04 AGUSTUS 1940
Nama Ayah : KH. A WAHID HASYIM
Nama Ibu : NY. HJ. SHOLEHAH
Istri : SINTA NURIYAH
Anak : ALISA QOTRUNNADA
ZANNUBA ARIFFAH CHAFSOH
ANITA HAYATUNNUFUS
INAYAH WULANDARI
MASA KECIL & PENDIDIKAN
GUSDUR

Abdurrahman Wahid merupakan anak pertama dari 6 bersaudara dari pasangan K.H.
Wahid Hasyim dan Solichah yang lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil.
Abdurrahman Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat di komunitas
muslim Jawa Timur. Kakeknya dari sang ayah yaitu K.H. Hasyim Asyari merupakan
tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, kakeknya dari sang ibu yaitu K.H. Bisri Syansuri
merupakan pengajar di pesantren pertama yang mengajar kelas pada perempuan.
Sang ayah yaitu K.H. Wahid Hasyim merupakan Menteri Agama pada tahun 1949
dan sang ibu merupakan putri dari pendiri pondok pesantren Denanyar Jombang.
MASA KECIL & PENDIDIKAN
GUSDUR

Pada tahun 1944, Abdurrahman Wahid pindah ke Jakarta,


karena ayahnya terpilih sebagai ketua pertama Partai Masyumi.
Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia, Gus Dur kembali ke
Jombang. Pada tahun 1949, Gusdur kembali lagi ke Jakarta
karena ayahnya terpilih menjadi Menteri Agama. Gus Dur
menempuh pendidikan dasarnya di SD KRIS sebelum pindah
ke SD Matraman Perwari. Untuk menambah pengetahuan, oleh
ayahnya Gus Dur di ajarkan ayahnya membaca buku nono–
muslim, mjalah, dan juga koran. Pada tahun 1953, sang ayah
meninggal dunia karena kecelakaan mobil.
MASA KECIL & PENDIDIKAN
GUSDUR

Pada tahun 1954, Gus Dur melanjutkan pendidikannya di SMP, namun


pada tahun itu, Gus Dur tidak naik kelas dan sang ibu mengirimnya ke
Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan SMPnya sekaligus mengaji
kepada KH. Ali MAksum di Pondok Pesantren Krapyak. Setelah lulus
SMP pada tahun 1957, Gus Dur pindah ke Magelang dan memulai
pendidikan muslimnya di Pesantren Tegalrejo, Ia termasuk murid
berbakat dan Ia mampu menyelesaikan pendidikan pesantrennya hanya
dalam waktu 2 tahun yang seharusnya adalah 4 tahun. Lalu pada tahun
1959, Ia pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang, sembari
melanjutkan pendidikannya, ia juga menerima pekerjaan pertamanya
sebagai guru dan nantinya menjadi seorang kepala seklah Madrasah.
MASA KECIL & PENDIDIKAN
GUSDUR

Pada tahun 1963, Gus Dur mendapatkan beasiswa dari Kementerian


Agama untuk belajar Studi Islam di Universitas Al Azhar Kairo Mesir.
Walaupun fasih berbahasa Arab, Ia harus terpaksa mengikuti kelas
remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab, karena Ia tidak mampu
membuktikan bahwa Ia fasih berbahasa Arab.
Pada akhir tahun 1964, Gus Dur berhasil lulus kelas remedial Arabnya.
Dan pada tahun 1965 ia mulai belajar tentang Studi Islam dan bahasa
Arabnya.
Pendidikan prasarjana Wahid selamat karena beasiswa yang di
terimanya di Universitas Baghdad, Irak. Pada tahun 1970, Gus Dur
menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad dan Ia pergi
ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya di Universitas Leiden,
namun Ia harus menelan kekecewaan karena pendidikannya di
Universitas Baghdad kurang di akui. Sebelum pulang ke Indonesia
pada tahun 1971, Gus Dur pergi ke Jerman dan Perancis.
KARIR GUSDUR

GURU PESANTREN
JURNALIS DI LP3ES DEKAN UNIV
TAMBAK BERAS
SETELAH KEMBALI HASYIM ASYARI
JOMBANG
KE JAKARTA (1977)
(1974)
KARIR GUSDUR

KETUA NU &
INDROKTRINATOR MENJADI
BERGABUNG
PANCASILA ANGGOTA MPR
PARTAI PPP
(1985) (1987)
(1982-1984)
KARIR GUSDUR

MENJADI
MENDIRIKAN
PRESIDEN RI KE- WAFAT
PARTAI PKB
4 (2009)
(1998)
(1999)
BUKU KARYA GUS DUR
1. Sebuah Dialog Mencari Kejelasan; Gus Dur Diadili Kiai-Kiai

2. PRISMA PEMIKIRAN GUS DUR

3. Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan

4. Mengatasi Krisis Ekonomi: Membangun Ekonomi Kelautan, Tinjauan


Sejarah dan Perspektif Ekonomi

5. Gus Dur Bertutur

6. Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat

7. Sekedar Mendahului, Bunga Rampai Kata Pengantar


HAL YANG MENGINSPIRASI
DARI GUS DUR

1. Memiliki pengetahuan yang luas


2. Gigih dan Pantang Menyerah
3. Sosok yang sederhana
4. Pemimpin yang baik
5. Menghargai perbedaan yang ada (Toleransi Beragama)
6. Anti kekerasan dengan latar belakang agama (dalam buku berjudul
“Tuhan tidak perlu dibela”)

Anda mungkin juga menyukai