Anda di halaman 1dari 31

Pterigium Grade III

Oculus Sinistra

OLEH:
T I F A N Y TA B I TA K O R O M P I S
17014101377

RESIDEN PEMBIMBING:
D R . V E N N I E M AY U L U

SUPERVISOR PEMBIMBING:
D R . D R . V E R A S U M U A L , S P. M ( K )
PENDAHULUAN

 Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular


konjungtiva (dari nasal konjungtiva bulbar berkembang
menuju kornea) bersifat degeneratif dan invasif.
 Penglihatan dapat terganggu apabila pterigium sudah
mencapai area pupil.
 Prevalensi pterigium meningkat seiring meningkatnya
usia, tersering di daerah tropis karena sinar ultraviolet
merupakan salah faktor risiko pterigium.
 Di Indonesia, pterigium tertinggi di Sumatra Barat
(9,4%) dan terendah di DKI Jakarta (0,4%). Di Sulawesi
utara sendiri prevalensinya 4,5%
PENDAHULUAN

 Etiologi pterigium tidak diketahui diduga


merupakan suatu neoplasma.
 Keluhan awalnya berupa mata terasa panas,
perasaan mengganjal seperti ada benda asing, mata
merah dan adanya gangguan penglihatan.
 Tatalaksana pterigium berupa terapi konservatif dan
pembedahan.
ANATOMI
ANATOMI
ANATOMI
DEFINISI

 Pterigium adalah proliferasi jaringan subkonjungtiva


berupa granulasi fibrovaskular dari (sebelah) nasal
konjuntiva bulbar yang berkembang menuju kornea
hingga akhirnya menutupi permukaannya.
EPIDEMIOLOGI

 Secara keseluruhan prevalensi pterigium berkisar


antara 0,3-0,7% di dunia. Prevalensi pterigium
meningkat seiring meningkatnya usia.
 Di daerah tropis seperti Indonesia, dengan paparan
sinar matahari tinggi, resiko timbulnya pterigium 44
kali lebih tinggi dinamdingkan daerah non tropis.
 Di Indonesia tertinggi dijumpai di daerah Sumatera
Barat (9,4%) dan yang terendah di DKI Jakarta
(0,4%), prevalensi di Sulawesi Utara sebanyak 4,5%.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

 Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga


merupakan suatu neoplasma, radang, dan
degenerasi.
 Faktor risiko yang berpengaruh pterigium seperti
lokasi geografis, usia, kekeringan pada mata,
pekerjaan.
STADIUM
GEJALA KLINIS

 Pasien biasanya mengeluhkan adanya iritasi ringan


dengan keluhan mata merah, kering, atau terasa ada
benda pada mata. Keluhan ini dapat diperparah
dengan adanya peradangan akut pada pterigium.
 Pada pemeriksaan dapat dijumpai benjolan atau
tonjolan fibrovaskular berbentuk segitiga dengan
pinggiran yang meninggi dengan apeks yang
mencapai kornea dan badannya terletak pada
konjugtiva inter palpebra.
PENATALAKSAAN

 Medikamentosa. Pemberian air mata buatan/


artificial tears drop. Untuk pterigium stadium 1-2
yang mengalami inflamasi, pasien dapat diberikan
obat tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid 3
kali sehari selama 5-7 hari.
 Pembedahan. Bare sclera (simple closure, sliding
flap, rotational flap) dan conjungtival graft.
 Menjaga kebersihan mata dan menghindari terpapar
debu dan sinar UV
KOMPLIKASI, PENCEGAHAN, PROGNOSIS

 Penurunan penglihatan, kemerahan, iritasi, parut


pada konjungtiva dan kornea, diplopia.
 Komplikasi pasca operatif: infeksim reaksi alergi
terhadap bahan jahit, diplopia, tidak bersatunya
graft konjungtiva, parut kornea.
 Pencegahan utama adalah dengan meminimalisir
paparan terhadap sinar UV (menggunakan topi,
kacamata pelindung terhadap sinar UV).
 Prognosis pterigium umumnya baik.
LAPORAN KASUS

 Nama : Ny. CT
 Umur : 51 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Penjual Kue Keliling
 Alamat : Likupang
 Agama : Kristen Protestan
 Tanggal Pemeriksaan : 29 Juli 2019
ANAMNESIS

 Pasien datang dengan keluhan utama ada ganjalan seperti selaput yang
menghalangi penglihatan mata kiri. Rasa mengganjal pada mata kiri dirasakan
penderita sejak ± 1 tahun terakhir, seperti ada selaput yang lama kelamaan
menutupi mata. Pasien juga mengeluh kadang terasa gatal dan perih. Awalnya
penderita merasa gatal pada mata kiri yang kemudian diikuti dengan rasa perih
yang disertai dengan pengeluaran air mata. Selaput yang menutupi mata disadari
pasien ketika pasien merasa seperti ada yang mengganjal seperti ada menghalangi.
Satu tahun yang lalu pasien pernah memeriksakan mata dengan keluhan mata
kabur saat membaca dan sedikit merah pada mata kiri. Dokter menjelaskan bahwa
terdapat daging tumbuh pada mata pasien dan direncanakan untuk operasi. Namun
pasien menolak untuk dilakukan operasi karena takut dan menurut pasien keluhan
di mata tidak terlalu menganggu. Jika timbul mata merah dan adanya rasa
mengganjal, pasien menghilangkannya dengan menggunakan obat tetes mata insto.
Pasien sering berada di bawah sinar matahari saat berdagang kue keliling tanpa
menggunankan alat pelindung mata atau menggunakan topi dibawah matahari.
Pandangan kabur tidak ada, sekret tidak ada, riwayat trauma tidak ada dan ada
riwayat penggunaan kacamata baca tetapi pasien tidak mengingat ukuran dari
kacamatanya. Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes, kolesterol dan
asam urat di sangkal, tidak ada riwayat alergi. Riwayat keluarga tidak ada keluarga
yang mengalami sakit seperti ini.
ANAMNESIS

 Dokter menjelaskan bahwa terdapat daging tumbuh pada


mata pasien dan direncanakan untuk operasi. Namun pasien
menolak untuk dilakukan operasi karena takut dan menurut
pasien keluhan di mata tidak terlalu menganggu. Jika timbul
mata merah dan adanya rasa mengganjal, pasien
menghilangkannya dengan menggunakan obat tetes mata
insto. Pasien sering berada di bawah sinar matahari saat
berdagang kue keliling tanpa menggunankan alat pelindung
mata atau menggunakan topi dibawah matahari. Pandangan
kabur tidak ada, sekret tidak ada, riwayat trauma tidak ada
dan ada riwayat penggunaan kacamata baca tetapi pasien
tidak mengingat ukuran dari kacamatanya. Riwayat penyakit
sistemik seperti hipertensi, diabetes, kolesterol dan asam urat
di sangkal, tidak ada riwayat alergi. Riwayat keluarga tidak
ada keluarga yang mengalami sakit seperti ini.
PEMERIKSAAN FISIK

 Status Generalis
 Keadaan Umum: Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tekanan Darah : 106/60 mmHg
 Nadi : 72 x/menit
 Respirasi : 20 x/menit
 Suhu Badan : 36,70C
 Jantung dan Paru : Dalam batas normal
 Abdomen : datar, lemas, bising usus (+)
normal
PEMERIKSAAN FISIK

 PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
 Visus : OD 6/6
 OS 6/6
 Pupil Distance : 63/61
 Tekanan Intra Okular : n/palpasi
 PEMERIKSAAN OBJEKTIF
 Inspeksi Umum
 Edema (-)
 Hiperemis (-)
 Sekret (-)
 Lakrimasi (-)
 Fotofobia (-)
 Blefarospasme (-)
 Posisi Bola Mata ODS Ortoforia
 Gerakan bola mata baik ke segala arah
 Benjolan (-)
PEMERIKSAAN FISIK

 Segmen Anterior
 Supra Silia ODS : Normal
 Palpebra ODS : Dalam batas normal
 Konjungtiva :
 Tarsal ODS : Dalam batas normal
 Bulbi OD :Dalam batas normal
 Bulbi OS :Terdapat jaringan fibrovaskuler dengan puncak sudah melewati setengah jarak
antaralimbus dan pupil tetapi belum melewatipupil.
 Injeksi ODS : (-)
 Sklera ODS : dalam batas normal
 Kornea OD:Jernih OS: Jernih
 COA ODS: Cukup dalam
 Iris : Dalam batas normal
 Pupil : OD: Bulat, Refelx Cahaya (+)
 OS: Bulat, Reflex Cahaya (+)
 Lensa : OD: Jernih OS: Jernih
 Segmen Posterior
 Refleks fundus OD: (+) uniform OS: (+) uniform
 Retina : OD: perdarahan (-), eksudat (-) OS: perdarahan (-), eksudat (-)
 Makula : OD: Refleks fovea (+) OS: Refleks fovea (+)
RESUME

 Seorang perempuan 51 tahun datang berobat ke poliklinik mata RSUP


Prof. Dr. R. D. Kandou dengan keluhan utama ada ganjalan seperti
selaput yang dirasakan mengganjal dan gatal. Rasa mengganjal pada
mata kiri dirasakan penderita sejak ± 1 tahun terakhir, seperti ada
benda asing yang mengganjal pada mata kiri pasien. Pasien merupakan
seorang pedagang kue keliling yang sering berjualan pada waktu siang
hari. Riwayat trauma pada mata disangkal. Riwayat penyakit mata
lainnya disangkal. Riwayat alergi obat tidak ada.
 DIAGNOSIS
 Pterigium grade III okuli sinistra

 TERAPI
 Pro Ekstripasi Pterigium OS
 Artificial Eye Drop 4 x 1 gtt OS

 PROGNOSIS
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam
 Ad vitam : bonam

 EDUKASI
 Menggunakan pelindung kepala dan kacamata saat beraktivitas di bawah matahari
 Menghindari pajanan dari lingkungan sekitar seperti asap, debu, dan sinar matahari
 Menjaga higiene mata
 Kontrol ke poli mata secara teratur.
PEMBAHASAN

 Rasa mengganjal pada  Pada tahap awal pasien


mata kiri dirasakan sejak pterygium mengeluh
1 tahun. mata terasa panas,
 Gatal dan perih serta perasaan mengganjal
berair. seperti ada benda asing,
 Penglihatan seperti sering merah dan gatal.
ditutupi.
PEMBAHASAN

 Pasien tinggal di  Dipengaruhi oleh faktor


Likupang ( Indonesia eksternal yaitu sinar UV
merupakan daerah atau inframerah, debu,
ekuator atau tropis). angina dan udara panas.
 Bekerja sebagai penjual  Pterigium banyak
kue keliling. ditemukan didaerah
tropis seperti di
Indonesia.
 Berisiko pada mereka
yang sering beraktivatas
di luar rumah.
PEMBAHASAN

 Pada pemeriksaan  Pterigium merupakan


segmen anterior suatu pertumbuhan
didapatkan kornea jernih mikrovaskular
dan permukaan tidak konjungtiva yang bersifat
rata ditutupi oleh degenerative dan
membrane berbentuk invasive yang
segitiga yang puncaknya membentuk suatu
melewati setengah jarak membrane segitiga
limbus dan pupil namun dengan dasar pada
belum melewati pupil, konjungtiva bulbi dan
COA cukup dalam dan puncak didaerah kornea.
lensa jernih.
PEMBAHASAN

Pembeda Pterigium Pinguekula Pseudopterigium

Definisi Jaringan fibrovaskular Benjolan pada Perlengketan konjungtiba


konjungtiva bulbi konjungtiva bulbi bulbi dengan kornea yang
berbentuk segitiga cacat

Warna Putih kekuningan Putih-kuning keabu- Putih kekuningan


abuan
Letak Celah kelopak bagian Celah kelopak mata Pada daerah konjungtiva
nasal atau temporal terutama bagian nasal yang terdekat dengan proses
yang meluas ke arah kornea sebelumnya
kornea

♂:♀ ♂>♀ ♂=♀ ♂=♀


PEMBAHASAN
Reaksi kerusakan Tidak ada Tidak ada Ada
permukaan
kornea
sebelumnya

Pembuluh darah Lebih menonjol Menonjol Normal


konjungtiva

Sonde Tidak dapat diselipkan Tidak dapat diselipkan Dapat diselipkan di bawah
lesi karena tidak melekat
pada limbus

Histopatologi Epitel ireguler dan Degenerasi hialin Perlengketan


degenerasi hialin dalam jaringan submukosa
stromanya konjungtiva
PEMBAHASAN

 Komplikasi pterygium meliputi meurunnya


ketajaman penglihatan, terbentuk jaringan ikat yang
bersifat kronik pada konjungtiva dan kornea.
 Penanganan medikamentosa meliputi pemberian air
mata buatan. Pada pterygium yang mengalami
inflamasi dapat diberikan obat tetes mata kombinasi
antibiotic dan steroid 3 kali 1 tetes sehari selama 5-7
hari.
 Pembedahan dilakukan bila sudah ada keluhan
mengganggu penglihatan pasien.
PEMBAHASAN

 Prognosis pada pasien masih bersifat ragu-ragu


apabila dilakukan tindakan pembedahan.
 Penderita dianjurkan untuk memakai kacamata
pelindung UV atau menggunakan topi saat
beraktivitas diluar rumah.
KESIMPULAN

 Pterigium merupakan salah satu kelainan pada mata


yang sering terjadi di Indonesia.Hal ini di karenakan
oleh letak geografis Indonesia yang berada di sekitar
garis ekuator sehingga mendapatkan paparan sinar UV
yang diduga merupakan salah satu faktor penyebab dari
pterigium. Pterigium banyak diderita oleh laki-laki
dibanding perempuan dengan resiko pada usia 70 – 81
tahun.
 Penderita dengan pterigium dapat tidak menunjukkan
gejala apapun (asimptomatik), bisa juga menunjukkan
keluhan mata iritatif, gatal, merah, sensasi benda asing
hingga perubahan tajam penglihatan tergantung dari
stadiumnnya.
KESIMPULAN

 Pasien dengan pterigium umumnya tidak perlu


diobati, hanya perawatan secara konservatif seperti
memberikan anti inflamasi pada pterigium yang
mengalami iritasi. Pembedahan akan dilakukan jika
pterigium tersebut sudah sangat mengganggu bagi
penderita sepertiadanya gangguan
penglihatan.Pembedahan ini pun hasilnya juga
kurang maksimal karena angka kekambuhan yang
cukup tinggi mengingat tingginya kuantitas sinar UV
di Indonesia. Walaupun begitu penyakit ini dapat
dicegah dengan menganjurkan untuk memakai
kacamata pelindung sinar UV.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai