Anda di halaman 1dari 15

Laporan Kasus

Kalazion OD Presbiopia ODS


Oleh:
Davin Pannaausten
11.2013.307

Pembimbing :
dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M

Fakultas Kedokteran UKRIDA


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Periode 24 Agustus s/d 26 September 2015
RS Family Medical Center (FMC), Sentul

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus :12 September 2015
SMF ILMU PENYAKIT MATA
Rumah Sakit Family Medical Center-Sentul
Tanda Tangan
Nama

: Davin Pannaausten

NIM

: 11-2013-307

Dr. Pembimbing

: dr. Saptoyo Argo Morosidi,Sp.M

-------------------

STATUS PASIEN
I.

II.

IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Pemeriksaan

: Ny.S
: 47 tahun
: Perempuan
: Islam
: Pegawai Swasta
: Cibinong
: 03 September 2015

ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 3 September 2015
Keluhan Utama:
Kelopak mata kanan atas bengkak sejak 3 bulan SMRS.
Keluhan Tambahan:
Pasien mengalami kesulitan saat membaca pada jarak dekat

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien mengeluh terdapat benjolan pada kelopak mata kiri atas pasien 6 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Benjolan tidak tampak merah, tidak terasa nyeri, dan
tidak mengganggu penglihatan. Pasien saat itu tidak berobat karena benjolan tersebut
hilang dengan sendirinya 1 bulan kemudian. 3 bulan SMRS pasien merasakan ada
benjolan di kelopak mata kanan atas. Benjolan tersebut tidak terasa nyeri dan tidak

mengganggu penglihtan. Pasien sempat berobat ke klinik 2 bulan SMRS dan oleh
dokter klinik dikatakan bahwa benjolan tersebut harus dioperasi, namun pasien
menolak karena berpikir benjolan tersebut akan hilang sendiri seperti pada kelopak
mata kirinya. Dokter klinik memberikan obat tetes, namun pasien tidak ingat obatnya.
Karena benjolan tidak kunjung hilang pasien memutuskan berobat ke RS FMC. Pasien
juga mengaku agak kesulitan saat membaca dari jarak dekat, namun hal ini tidak
terlalu mengganggu aktivitasnya. Pasien sudah mendapat kacamata baca 5 tahun lalu,
namun kacamata tersebut saat ini tidak banyak membantu.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Umum
- Asthma
- Hipertensi
- Diabetes Melitus
- Stroke
- Alergi

: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada

b. Mata
- Riwayat sakit mata sebelumnya
- Riwayat penggunaan kaca mata
- Riwayat operasi mata
- Riwayat trauma mata sebelumnya

: tidak ada
: kacamata baca sejak 5 tahun yang lalu
: tidak ada
: tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga:


Penyakit mata serupa : tidak ada
Penyakit mata lainnya : tidak ada
Asthma
: tidak ada
Diabetes
: tidak ada
Glaukoma
: tidak ada
Alergi
: tidak ada

III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah
: 110/70mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Respirasi
: 18 x/menit
Suhu
: afebris

B. STATUS OPTHALMOLOGIS
KETERANGAN
1. VISUS
Visus
Koreksi
Addisi

OD

OS

1,0
+1,75

1,0
+1,75

2. KEDUDUKAN BOLA MATA


Eksoftalmos
Tidak ada
Enoftalmos
Tidak ada
Deviasi
Tidak ada
Gerakan Bola Mata
Bebas ke segala arah
Strabismus
Tidak ada
Nistagmus
Tidak ada
3. SUPERSILIA
Warna
Simetris

Hitam
Simetris

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Bebas ke segala arah
Tidak ada
Tidak ada
Hitam
Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR


Edema
Ada
Hiperemis
Tidak Ada
Nyeri tekan
Tidak Ada
Ektropion
Tidak ada
Entropion
Tidak ada
Blefarospasme
Tidak ada
Trikiasis
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Ptosis
Tidak ada
Benjolan
Ada, berukuran 0,5 x 1 cm di

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR


Hiperemis
Tidak Ada
Krepitasi
Tidak ada
Folikel
Tidak ada
Papil
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Anemis
Tidak ada
Lithiasis
Tidak ada
Korpus alienum
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret
Injeksi Konjungtiva

Tidak ada
Tidak ada

Tidak Ada
Tidak Ada

Injeksi Siliar
Pendarahan Subkonjungtiva
Pterigium
Pinguekula
Nevus Pigmentosus
Kista Dermoid

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

7. SKLERA
Warna
Ikterik

Putih
Tidak Ada

Putih
Tidak ada

8. KORNEA
Kejernihan
Permukaan
Sensibilitas
Infiltrat
Keratik Presipitat
Sikatriks
Ulkus
Perforasi
Arkus Senilis
Edema

Jernih
Rata
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Jernih
Rata
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

9. BILIK MATA DEPAN


Kedalaman
Kejernihan
Hifema
Hipopion
Intraocular lense

Dalam
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Dalam
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Coklat

Coklat

10. IRIS
Warna
11. PUPIL
Letak
Bentuk
Refleks Cahaya Langsung
Refleks Cahaya Tak Langsung
12. LENSA
Kejernihan
Letak

Ditengah
Bulat
+
+

Jernih
Di tengah

Ditengah
Bulat
+
+

Jernih
Di tengah

13. BADAN KACA


Kejernihan

Jernih

14. FUNDUS OCULI


Batas
Tegas
Warna
Jingga
Ekskavasio
Tidak ada
Rasio Arteri : Vena
2:3
C/D Ratio
0,4
Macula Lutea
Refleks +
Retina
Tidak tampak kelainan
Eksudat
Tidak ada
Perdarahan
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Ablasio
Tidak ada
15. PALPASI
Nyeri Tekan

Jernih

Tegas
Jingga
Tidak ada
2:3
0,4
Refleks +
Tidak tampak kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada

Massa Tumor
Tensi Oculi

Tidak ada
Ada di palpebral superior
berukuran 0,5 x 1 cm
N/palpasi

16. KAMPUS VISI


Tes konfrontasi

Sama dengan pemeriksa

Sama dengan pemeriksa

IV.

Tidak ada
N/palpasi

RESUME
Anamnesis
Serorang perempuan 47 tahun datang ke poliklinik mata FMC dengan keluhan
mata sebelah kanan terdapat benjolan di kelopak matanya sejak tiga bulan SMRS.
Benjolan tidak merah, tidak nyeri, tidak semakin membesar. Pasien tidak merasa
penglihatannya terganggu. Pasien sempat berobat ke dokter mata 2 bulan SMRS dan
diberi obat tetes namun tidak ingat nama obatnya. Karena tidak kunjung sembuh,
pasien berobat ke RS FMC. Pasien mengenakan kacamata baca sejak 5 tahun yang
lalu, namun saat ini tidak dipakai lagi karean dianggap pasien tidak membantu.
Dari status oftalmologis didapatkan :
OD
OS
1,0 Adde +1,75
Visus
1,0 Adde 1,75
Terdapat massa di palpebra Palpebra superior Tenang

superior berukuran 0,5 x 1 dan inferior


cm disertai edema
Tidak ada kelainan
Jernih
Dalam
Bulat,
refleks
cahaya

Konjungtiva
Kornea
COA
Pupil

positif
Normal
Jernih
Dalam batas normal
Ke segala arah

positif
Iris
Normal
Lensa
Jernih
Funduskopi
Dalam batas normal
Gerakan
bola Ke segala arah

Tidak ada kelainan


Jernih
Dalam
Bulat,
refleks
cahaya

mata
Teraba

benjolan

palpebra

di Palpasi

Tidak ada kelainan

superior

berukuran 0,5 x 1 cm

V.
VI.

DIAGNOSIS KERJA
Kalazion OD, Presbiopia ODS
PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa :
Ekskokleasi kalazion dan kuretase
Pemberian kacamata baca Adde S+1,75
Medikamentosa :
Gentamisin e.o 1x1 OD malam hari
Edukasi:

Setelah ekskokleasi mata tidak boleh kena air, tidak boleh dikucek. Mata ditutup
dengan penutup mata saat tidur selama 1 minggu. Pasca operasi mata kanan

dtutup perban selama 8 jam.


Kompres air dingin post op selama 1 hari, dilakukan 3-4x sehari selama 10 menit,
dilanjutkan kompres hangat selama 1 minggu dengan cara seperti pada kompres
dingin .

VII.

PROGNOSIS
Ad Visam

OCCULI DEXTRA (OD)


:
Bonam

OCCULI SINISTRA (OS)


Bonam

Ad Fungsionam

Bonam

Bonam

Ad Sanationam

Bonam

Bonam

PENDAHULUAN
Dalam kasus ini dibahas mengenai kalazion OD dan presbyopia ODS.
TUJUAN
Laporan kasus ini adalah analisa kasus. Laporan ini dibuat untuk membantu dokter layanan
primer agar dapat mendiagnosis dengan tepat. Dari laporan kasus ini diharapkan dokter
umum sebagai dokter layanan primer dapat melakukan diagnosis dengan baik dan dapat
memberikan tatalaksana yang diperlukan untuk kasus serupa sebelum dirujuk ke dokter
spesialis mata.
MASALAH YANG TERJADI
Kalazion merupakan penyakit pada kelopak mata yang umum ditemui di masyarakat.
Penyebabnya sering tidak diketahui, dan penyakit ini harus dibedakan dari hordeolum
(bintitan).

Penyakit ini termasuk SKDI 3A yang menuntut dokter umum untuk dapat

memberikan tatalaksana pendahuluan sebelum merujuk ke dokter mata.


Presbiopia juga termasuk SKDI 3A.

Suka tidak suka, presbyopia adalah penyakit

degenerative yang akan dialami oleh semua orang.

Maka dari itu, dokter umum perlu

mengetahui bagaimana penanganan pasien presbiop sebelum dirujuk ke dokter mata.

TINJAUAN PUSTAKA
PALPEBRA (KELOPAK MATA)
Palpebra atau kelopak mata mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea 1,2. Palpebra merupakan
alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar
dan pengeringan bola mata.Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam
bola mata yang dibutuhkan untuk penglihatan.
Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air mata
dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan
kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk1-3.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang
ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal2,3.
Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga
terjadi keratitis et lagoftalmos.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian berikut:
- Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada
pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
- Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola
mata yang dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen
orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli
menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat
sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.2,4
- Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
- Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran
pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan
penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 di kelopak atas dan 20 pada kelopak
bawah). Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang kelopak
bawah oleh cabang ke II saraf ke V.2,4
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan
eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva
merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.1

KALAZION

Gambar 1. Kalazion, lokasi kelenjar meibom


Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada
kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan
peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi
dan jaringan parut lainnya.
ETIOLOGI
Kalazion dapat timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar Meibom atau
sekunder dari hordeolum internum.1,2 Kalazion dihubungkan dengan chronic blepharitis dan
acne rosacea.
EPIDEMIOLOGI
Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim sangat jarang, kasus
pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous dan
viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama
kehamilan.4,5
PATOFISIOLOGI

Kalazion merupakan radang granulomatosa kelenjar Meibom. Nodul terlihat atas sel imun
yang responsif terhadap steroid termasuk jaringan ikat makrofag seperti histiosit, sel raksasa
multinucleate plasma, sepolimorfonuklear, leukosit dan eosinofil.
Kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemik, tidak ada
nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang
mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan
refraksi pada mata tersebut.
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena
enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses
granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum internal atau
eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat
menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang
multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra
mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.3,5

MANIFESTASI KLINIS1-3
Benjolan pada kelopaka mata, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan.
Pseudoptosis
Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya
sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.
Pada anak muda dapat diabsobsi spontan.

DIAGNOSIS BANDING2,5
Hordeoulum.
Dermoid Cyst.
Tear Gland Adenoma.

DIAGNOSIS
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak mata. Kadang
saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk memastikan hal ini
maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsi.3
PENATALAKSANAAN
Kalazion dapat sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorbsi (diserap) setelah
beberapa bulan atau beberapa tahun. Teknik penanganan kalazion antara lain:
1.
2.

Kompres hangat 10-20 menit 4kali sehari.


Antibiotika topikal dan steroid disertai kompres panas dan bila tidak berhasil dalam
waktu 2 minggu maka dilakukan pembedahan.
3.
Bila kecil dapat disuntik steroid dan yang besar dapat dilakukan pengeluaran isinya.
4.
Bila terdapat sisa bisa dilakukan kompres panas.
Untuk mengurangi gejala :
1.
Dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau dilakukan ekstirpasi kalazion
tersebut. Insisi dilakukan seperti insisi pada hordeolum internum.

2.

Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan
histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosis dengan kemungkinan adanya suatu
keganasan1,2.
Ekskokleasi Kalazion
Terlebih dahulu mata ditetesi dengan anastesi topikal pantokain. Obat anestesia infiltrative
(umumnya lidokain) disuntikan di bawah kulit didepan kalazion. Kalazion dijepit dengan
klem kalazion kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat.
Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih.
Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata.4
Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi dan pemasangan drain kalau perlu
diberi antibiotik, lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif diberikan bila sangat diperlukan
untuk rasa sakit.2
PROGNOSIS
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali timbul
lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik.
Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun
sering terjadi peradangan akut intermiten.1,4
KOMPLIKASI
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan bulu
mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya
keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur
kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan
granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.4,5

PRESBIOPIA
Presbiopia adalah hilangnya kemampuan mata untuk melihat jarak dekat dengan jelas,
akibatnya menurunnya daya akomodasi mata. Presbiopia bukanlah keadaan patologis,
melainkan keadaan fisiologis pada mata yang berkaitan dengan usia. Seiring usia lensa
menjadi lebih kaku.1,2
Presbiopia disebabkan oleh lemahnya otot akomodasi pada lensa dan adanya proses sclerosis
pada lensa yang mengakibatkan elastisitasnya berkurang. Mekanisme akomodasi yang
normal melibatkan bertambahnya kecembungan lensa yang memungkinkan seseorang
melihat pada jarak dekat. Kemampuan akomodasi yang menurun membuat pasien sulit
melihat dekat. 2,3
Gejala klinis yang muncul biasanya pasien sulit membaca dan saat membaca cenderung
menjauhkan bacaan dari mata pasien. Pemeriksaan presbyopia dilakukan dengan kartu
Jaeger. Pasien diminta membaca kartu Jaeger semampunya. 2,4
Penatalaksanaan
Pasien dirujuk ke dokter mata untuk dapat diberikan kacamata. Apabila pasien sudah
memakai kacamata jauh sebelumnya, maka pasien akan diberikan kacamata bifocal untuk
melihat jauh dan dekat. Untuk penanganan presbyopia, digunakan patokan sebagai berikut:
USIA
KOREKSI LENSA
40 tahun
+ 1,0D
45 tahun
+ 1,5 D
50 tahun
+2,0 D
55 tahun
+2,5 D
60 tahun
+3,0 D
Pada usia lebih dari 60 tahun, lensa positif yang diberikan tetap +3, karena jarak baca
umumnya sekitar 33 cm.2

Prognosis presbyopia adalah bonam. Dengan pemberian kacamata baca yang tepat, kualitas
hidup pasien dapat membaik dan pasien tetap dapat beraktivitas seperti biasa.

ANALISA KASUS
Pada kasus ini, pasien didiagnosis menderita kalazion OD. Hal ini didasarkan pada anamnesis
dimana pasien mengatakan terdapat benjolan di kelopak mata kanan atas yang tidak nyeri
sejak 3 bulan SMRS. Pasien merasa benjolan tersebut tidak mengganggu penglihatan, dan
pasien mengeluh benjolan tersebut tidak hilang dengan pengobatan.
Pada kasus ini, dilakukan ekskokleasi kalazion dan pemberian salep gentamisin pasca
ekskokleasi. Pemberian salep bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
Kompres dingin pada hari pertama pasca ekskokleasi adalah untuk menghentikan perdarahan
yang terjadi akibat insisi yang dilakukan di konjungtiva tarsal superior.
Prgonosis pada kasus ini adalah baik, karena kalazion tidak mengganggu penglihatan dan
tidak nyeri. Ekskokleasi dilakukan lebih karena factor kosmetik.

Pasien juga didiagnosis presbyopia. Pasien mengaku kesulitan membaca dari jarak dekat.
Pasien diberikan kacamata baca +1,75 untuk membantunya dalam membaca berdasarkan
hasil pemeriksaan. Pasien diharapkan dapat beraktivitas dengan baik setelahnya. Prognosis
pada kasus ini adalah bonam, karena meski tidak dapat sembuh, namun dengan kacamata
baca pasien dapat mengembalikan kualitas hidupnya seperti sedia kala.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. 2008. Balai Penerbit FKUI Jakarta.
2. Suhardjo, SU. Ilmu kesehatan mata. Edisi ke-2. 2012. Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
3. Riordan-Eva P, Cunningham ET. Vaughan & Asburys general ophthalmology. 18 th ed.
2011. McGraw-Hill Medical
4. Olver J, Cassidy L. Ophtalmology at a glance. Oxford: Blackwell Science, 2005
5. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simarmata M, Widodo PS. Ilmu penyakit
mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: CV sagung
Seto, 2010

Anda mungkin juga menyukai