Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

SEORANG PRIA 56 TAHUN DENGAN


OS. KATARAK SENILIS MATUR

Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior


Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Penguji kasus

: dr. Riski Prihatningtyas, Sp.M

Pembimbing

: dr. Esty Nailufar

Dibacakan oleh

: Faizal Armando Nugroho

Dibacakan tanggal : 9 Februari 2012

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

HALAMAN PENGESAHAN

Nama

: Faizal Armando Nugroho

NIM

: 22010111200063

Judul Laporan

: Seorang pria 56 tahun dengan OS.


Katarak Senilis Matur

Penguji

: dr. Riski Prihatningtyas, Sp.M

Pembimbing

: dr. Esty Nailufar

Semarang, 9 Februari 2012


Pembimbing,

Penguji,

dr. Esty Nailufar

dr. Riski Prihatningtyas, Sp.M

LAPORAN KASUS
Os. Katarak Matur
2

Kepada Yth.

: dr. Risky Prihatningtyas, Sp.M

Dibacakan oleh

: Faizal Armando Nugroho

Pembimbing

: dr. Esty Nailufar

Dibacakan tanggal

: 9 Februari 2012

I. PENDAHULUAN
Ketajaman penglihatan dipengaruhi oleh media refraksi, kejernihan media
refrakta dan saraf. Media refrakta meliputi kornea, humor aquous, lensa, dan corpus
vitreoum. Bila terdapat kelainan atau gangguan pada salah satu dari komponen
tersebut, akan dapat mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Salah satunya
adalah katarak, yakni kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya.
Katarak dapat terjadi akibat penuaan, trauma fisik, radiasi, pegaruh zat kimia,
penyakit intraokuler, penyakit sistemik ataupun kongenital.1,2,3
Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini yaitu setengah dari 45
juta kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara berkembang
seperti Indonesia, India dan lainnya. Katarak juga merupakan penyebab utama
kebutaan di Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan dengan
penglihatan.4
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 mengungkapkan bahwa prevalensi
kebutaan di Indonesia sebesar 0,9% dengan penyebab utama adalah katarak, disusul
glaukoma, gangguan refraksi, dan penyakit mata lainnya. Angka Prevalensi kebutaan
di Indonesia sampai tahun 2009 mencapai 1,5 persen atau 3.5 juta jiwa dari populasi
penduduk negara kita. 4
3

II. IDENTITAS PENDERITA


Nama

: Tn.M

Umur

: 35 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Jlegang, RT/RW 003/002, Temanggung

Pekerjaan : Buruh Tani


No CM

: C339551

III. ANAMNESIS
Autoanamnesis (6 Maret 2012)
Keluhan Utama
Pandangan mata kiri kabur
Riwayat Penyakit Sekarang

+ 4 tahun sebelum masuk rumah sakit penderita mengeluh pandangan mata


kiri kabur, lama kelamaan pandangan mata kiri semakin kabur, pandangan
mata kiri seperti tertutup kabut putih, dan dirasakan sepanjang hari terus
menerus. + 1 minggu sebelum masuk rumah sakit penderita memeriksakan diri
ke dokter spesialis mata di daerah Temanggung karena pandangan mata kiri
penderita tidak dapat melihat benda di sekitarnya dan hanya terlihat bayangan
kabut putih. Penderita juga mengeluh silau, tetapi tidak mengeluh mata
memerah, tidak terasa nyrocos, tidak terasa cekot-cekot, tidak nyeri atau perih,
dan tidak terasa keluar kotoran mata. Sebelumnya penderita tidak pernah
memeriksakan dirinya dikarenakan biaya dan tidak tersedianya pelayanan
kesehatan di sekitar lingkungan rumahnya. Oleh dokter spesialis mata di
Temanggung dikatakan terdapat katarak pada mata kiri penderita, kemudian
penderita dirujuk ke RS Dr. Kariadi Semarang.
Riwayat Penyakit Dahulu

Penderita pernah mengalami trauma pada mata kirinya akibat terkena traktor
pembajak sawah + 6 tahun yang lalu

Riwayat sakit mata sebelumnya (+) hanya sekali, mata merah, nyrocos,
keluhan berkurang setelah 3-4 hari tanpa diobati

Riwayat menggunakan kacamata (-)

Riwayat memiliki penyakit tekanan darah tinggi (-)

Riwayat mengonsumsi jamu pegel linu dalam jangka panjang, penderita hanya
mengonsumsi jamu pegel linu hanya jika merasa terlalu lelah setelah bekerja

Riwayat penyakit batuk pilek sebelum sakit mata (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini

Riwayat keluarga menderita tekanan darah tinggi (+) ayah penderita

Riwayat Sosial-Ekonomi

Pasien seorang petani, istri tidak bekerja, memiliki 1 orang anak yang belum
mandiri, Biaya pengobatan menggunakan Jamkesda.

Kesan sosial ekonomi kurang

IV. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik (6 Maret 2012)
Status Presens:
Keadaan umum

: baik,

Kesadaran

: kompos mentis

Tanda vital: TD

: 130/90 mmHg

suhu : 37oC

nadi : 64x/menit

RR

: 18x/menit

Pemeriksaan fisik : kepala : mesosefal


thoraks : cor
paru

: tidak ada kelainan


: tidak ada kelainan

abdomen

: tidak ada kelainan

ekstremitas

: tidak ada kelainan

Status Oftalmologis
Sebelum diberi midriatikum :

Iris shadow (-)

Iris shadow (-)

Setelah diberi midriatikum :

Lensa jernih

Oculus Dexter
6/6
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Gerak bebas
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-)
Kemosis (-), injeksi (-),
sekret (-)
Kemosis (-), injeksi (-),
secret (-)
Kemosis (-), sekret (-), injeksi
konjungtiva (-), injkesi silier (-)
Tidak ada kelainan
Jernih, sensibilitas (+) normal,
Jar.nekrotik (-), infiltrate (-)
Kedalaman cukup, TE (-)
Kripte (+),sinekia (-)
Bulat, sentral, regular,
3 mm, RP (+) normal
Jernih, iris shadow (+)
(+) cemerlang

Lensa keruh
merata

Visus
Koreksi
sensus coloris
Parase/paralyse
supercilia
palpebra superior
palpebra inferior
conjungtiva palpebralis

Oculus Sinister
1/ LP baik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Gerak bebas
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-)
Kemosis (-), injeksi (-), sekret (-)

conjungtiva fornices

Kemosis (-), injeksi (-), secret (-)

conjungtiva bulbi
Sclera
Cornea
camera oculi anterior
Iris
Pupil
Lensa
fundus refleks
6

Kemosis (-), sekret (-), injeksi


konjungtiva (-), injkesi silier (-)
Tidak ada kelainan
Jernih, sensibilitas (+) normal,
Jar.nekrotik (-), infiltrate (-)
Kedalaman cukup, TE (-)
Kripte (+),sinekia (-)
Bulat, sentral, regular,
3 mm, RP (+) normal
Keruh merata , iris shadow (-)
(-)

T. digiti Normal
Tonometri Schiotz
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

tensio oculi
sistem canalis lacrimalis
Test Fluorescein

T. digiti Normal
Tonometri Schiotz
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

V. RESUME
+ 4 tahun SMRS penderita mengeluh pandangan mata kiri kabur, lama kelamaan
pandangan mata kiri semakin kabur, pandangan mata kiri seperti tertutup kabut putih,
dan dirasakan sepanjang hari terus menerus. + 1 minggu SMRS penderita
memeriksakan diri ke dokter spesialis mata di Temanggung karena pandangan mata
kiri penderita tidak dapat melihat benda di sekitarnya dan hanya terlihat bayangan
kabut putih, dan juga silau. Sebelumnya penderita tidak pernah memeriksakan
dirinya. Oleh dokter spesialis mata di Temanggung dikatakan terdapat katarak pada
mata kiri penderita, kemudian penderita dirujuk ke RS Dr. Kariadi Semarang.
Pemeriksaan fisik : Status presens dalam batas normal
Status oftalmologis
Oculus Dexter
6/6
Jernih, iris shadow (+)
(+) cemerlang

Visus
Lensa
Fundus Refleks

Oculus Sinister
1/ LP baik
Keruh merata, iris shadow (-)
(-)

VI. DIAGNOSIS
OS. Katarak Senilis Matur
VII. TERAPI
OS: ekstraksi katarak dengan fakoemulsifikasi dan pemasangan intra okuler
lens
VIII. PROGNOSIS
Quo ad visam
Quo ad sanam
Quo ad vitam
Quo ad cosmeticam

OD
Ad bonam
Ad bonam

OS
Dubia Ad bonam
Dubia Ad bonam
Ad bonam
Dubia Ad bonam

IX. USUL

Persiapan pre-operasi :
a. Pemeriksaan Laboratorium: darah rutin, PTT/PTTK, gula darah
sewaktu, ureum kreatinin, elektrolit
b. USG Biometri Scan
c. Biometri
d. Retinometri
e. Keratometri
f. Tonometri
g. Spoeling test
h. EKG
i. Pemeriksaan sekret mata

X. EDUKASI
-Menjelaskan kepada penderita bahwa penglihatan mata kiri kabur disebabkan
terjadinya katarak pada lensa mata kiri.
-Katarak tidak dapat diobati dengan obat, tetapi diobati dengan operasi
ekstraksi katarak dan pemasangan lensa tanam pada mata.
-Menjelaskan tentang pentingnya operasi ekstraksi katarak, persiapan, jenis
-

tindakan, kelebihan, serta kekurangannya.


Sebelum dilakukan operasi harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
kondisi saraf mata, keadaan bagian dalam mata dan menentukan kekuatan

lensa yang akan ditanam.


Menjelaskan tentang komplikasi yang terjadi apabila tidak dioperasi,
nantinya lensa akan mencair, partikel lensa akan keluar, menimbulkan
radang dan peningkatan tekanan bola mata. Awalnya akan timbul rasa

cekot-cekot lalu berlanjut menjadi kebutaan.


-Memberitahu kepada penderita bahwa setelah dilakukan operasi ekstraksi
katarak dan penanaman lensa mata, penderita tidak boleh mengangkat
beban berat, menunduk dan batuk selama tiga bulan untuk mencegah lepas
atau bergesernya lensa yang telah ditanam.
-Menjelaskan kepada penderita bahwa terdapat kemungkinan pandangan mata
kiri tidak sejernih mata kanan atau tidak membaik seperti semula setelah
dilakukan ekstraksi katarak.
8

XI. DISKUSI
Katarak berasal dari bahasaYunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.2,5 Lensa katarak
memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan proliferasi, dan
kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum, edema lensa bervariasi
sesuai stadium perkembangan katarak.1 Sebagian besar kasus bersifat bilateral,
walaupun kecepatan perkembangan masing-masing jarang sama. Kekeruhan lensa
tersebut dapat menyebabkan lensa menjadi tidak transparan sehingga pupil akan
berwarna putih atau abu-abu. Kekeruhan ini dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi
di lensa seperti pada korteks, nucleus, subkapsular. Pemeriksaan yang dilakukan pada
pasien katarak meliputi pemeriksaan tajam pengelihatan, slit lamp, funduskopi, serta
tonometri.3,4,5
Berdasarkan usia katarak dapat dibagi menjadi:
1. Katarak kongenital:

umur <1 tahun

2. Katarak juvenil

umur 1-<20 tahun

3. Katarak senilis

: umur >50 tahun

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya :


1. Katarak inti (nuklear)

Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus


atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan. Keluhan
yang biasa terjadi :
-

Menjadi lebih rabuh jauh sehingga mudah melihat dekat dan untuk

melihat dekat melepas kacamatanya.


Setelah mengalami penglihatan kedua ini (melihat dekat tidak perlu
kacamata) penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning.

Lensa lebih coklat.


- Menyetir malam hari silau dan sukar.
- Sukar membedakan warna biru dan ungu.
2. Katarak kortikal
Katarak kortikal terjadi pada kortek, mulai dengan kekeruhan putih pada
tepi lensa dan berjalan ke tengah sehingga mengganggu penglihatan.
Keluhan yang biasa terjadi :
- Penglihatan jauh dan dekat terganggu
- Penglihatan merasa silalu dan hilangnya penglihatan kontra
3. Katarak subkapsular posterior
Mulai dengan kekeruhan kecil di bawah kapsul posterior lensa, tepat pada
lajur jalan sinar masuk. DM, retinitis pigmentosa, dan pemakaian
kortikosteroid dalam jangka lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya
dapat terlihat pada kedua mata. Keluhan yang biasa terjadi:
-

Mengganggu saat membaca


Memberikan keluhan silau dan halo
Mengganggu penglihatan.

Penyebab katarak:
1. Proses penuaan
2. Infeksi intrauterine (rubella, toksoplasmosis, histoplasmosis)
3. Komplikasi penyakit intraokuler lain seperti uveitis, glaukoma, myopia
maligna, ablasio retina.
4. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, hipoparatiroid, hipokalsemik

10

5. Trauma (katarak traumatika) pada trauma fisik (trauma tembus atau tak
tembus), radiasi sinar UV, sinar rontgen, sinar neutron, elektrik shock, dan
termal shock
6. Obat-obatan seperti kortikosteroid
7. Pasca EKEK (Katarak sekunder/Posterior Capsul Opacification)

Katarak dibagi menjadi empat stadium yaitu insipien, imatur, matur, dan
hipermatur.
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak
Gejala

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan
Lensa

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan Lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

(air masuk)
Iris

Normal

Terdorong

(air&masa lensa
keluar)
Normal

Tremulans

(intumesen)
Iris Shadow

Normal

Positif

Negatif

Pseudopositif

COA

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

(intumesen)
Sudut
Iridosiklitis
Penyulit

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Glaucoma
Fakomorfik

Glaucoma
Fakolitik;
Uveitis

Terapi Katarak

11

Penatalaksanaan katarak adalah dengan pembedahan atau operasi. Tindakan


bedah ini dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak, seperti katarak telah
mengganggu pekerjaan sehari-hari, katarak telah telah menimbulkan penyulit seperti
katarak intumesen walapun katarak belum matur, dan katarak stadium matur, karena
apabila telah menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit (uveitis atau
glaukoma).6,7,8,9,10
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler (EKEK)
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus dan
korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal. Cara
ini umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata yang sangat keruh
sehingga sulit dihancurkan dengan teknik fakoemulsifikasi. Selain itu, juga
dilakukan pada tempat-tempat di mana teknologi fakoemulsifikasi tidak
tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa harus
dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan (IOL)
dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula. Lalu dilakukan
penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada penderita dengan
zonulla zinii yang rapuh. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda,
pasien dengan kelainan endotel, dan untuk mencegah penyulit saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps corpus vitreus. 2,3,7,10,11
a.
Keuntungan :
Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
Karena kapsul posterior utuh maka :
Mengurangi resiko hilangnya vitreus intra operasi
Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL

12

Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan


vitreus dengan iris dan kornea
Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul antara
aqueous dan vitreus
Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat menyebabkan
b.

endofthalmitis.
Kerugian :
Dapat timbul katarak sekunder.

2. Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler (EKIK)


Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada
EKIK dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada
teknik ini dilakukan sayatan 12-14 mm, lebih besar dibandingkan dengan
teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinii yang telah rapuh/
berdegenerasi/ mudah diputus.2,7,9,10,11
a. Keuntungan :
Tidak timbul katarak sekunder
Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi,
b.

cryoprobe, forsep kapsul)


Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
Astigmatisma yang signifikan
Inkarserasi iris dan vitreus
lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,
endolftalmitis.

3. Fakoemulsifikasi
Pada fakoemulsifikasi, dengan menggunakan mikroskop operasi, dilakukan
sayatan yang sangat kecil (3mm) pada kornea, kemudian, melalui sayatan
tersebut dimasukkan sebuah pipa melewati COA-pupil-kapsul lensa. Pipa
13

tersebut akan bergetar dan mengeluarkan gelombang ultrasonik yang akan


menghancurkan lensa mata. Pada saat yang sama, melalui pipa ini dialirkan
cairan garam fisiologis atau cairan lain sebagai irigasi untuk membersihkan
kepingan lensa. Melalui pipa tersebut cairan diaspirasi bersama sisa-sisa
lensa.3,7,10,11,12
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses
penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang
relatif tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya
mengontrol

kedalaman

COA

sehingga

meminimalkan

risiko

prolaps

vitreus.3,7,10,11,12
Persiapan operasi :
1. Status oftalmologi
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
TIO normal
Saluran air mata lancar

2. Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu
perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
Tidak dijumpai batuk produktif
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus
terkontrol.
Perawatan pasca operasi :
1. Mata dibebat
2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
3. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi
Hal-hal yang harus diperhatikan pasca operasi:
1. Tidak boleh mengangkat benda berat
14

2. Tidak boleh membungkuk


3. Tidak boleh mengejan
4. Menghindari batuk, jika batuk harus segera diobati

Pasien ini didiagnosis sebagai OS. katarak pre-senilis matur dengan dasar
pemikiran sebagai berikut:
1. Anamnesis:
- Usia penderita 35 tahun
- Penglihatan mata kiri kabur, perlahan-lahan semakin kabur seperti melihat
kabut putih , dengan kondisi mata tenang
2. Pemeriksaan oftalmologis:
- Visus OD 6/6
OS 1/ LP baik
- Pada pemeriksaan lensa mata kiri didapatkan kekeruhan merata, pemeriksaan
iris shadow (-).
- Pemeriksaan fundus reflek OS (-)
Dalam

kasus

ini,

penderita

diberikan

motivasi

operasi

katarak

Fakoemulsifikasi disertai pemasangan lensa tanam pada mata kiri. Pertimbangan


operasi yaitu katarak telah mencapai stadium matur dan penurunan visus sudah
mengganggu aktivitas penderita sehari-hari.

15

DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta : Widya
Medika,2000
2. Ilyas S. Trauma mata. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit FK
UI,1998
3. Bobrow JC, Mark HB, David B et al. Section 11: Lens and Cataract. Singapore :
American Academy of Ophthalmology,2008.
4. Ariston E, Suhardjo. Risk Factors for Nuclear, Cortical and Posterior Subcapsular
Cataract in Adult Javanese Population at Yogyakarta territory. Ophthalmologica
Indonesiana 2005;321:59.
5. Shock JP, Harper RA. Lensa. Dalam: Oftalmologi Umum Ed 14. Alih Bahasa:
Tambajong J, Pendit BU. General Ophthalmology 14th Ed. Jakarta: Widya
Medika; 2000.176-177.
6. PERDAMI, Panduan Manajemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP PERDAMI, 2006.
7. Vicente V, Foster S. Cataract Senile. 2009. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview .[diakses 6 Maret 2012].

16

8. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology 3rd Ed. Oxford: Butterworth-Heinemann;1994.


234-248.
9. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS, et all. Clinical Optics. Section 3. 20092010.American Academy Opthamology.211-912
11. Anonim. Extracapsular Cataract Extraction.
http://www.surgeryencyclopedia.com/Ce-Fi/Extracapsular-CataractExtraction.html#b .[diakses 6 Maret 2012].
12. Anonim. Phacoemulsification. www. visitech.org. [diakses 6 Maret 2012].

17

Anda mungkin juga menyukai