Anda di halaman 1dari 52

KASUS KATARAK 13 September 2011

Asuhan Keperawatan pada Tn. Ag dengan Katarak


untuk memenuhi salah satu mata kuliah Sensory and Perception System in Nursing

Tutor 1 Disusun oleh: Fatia Huriati Ajeng Cahyaningtyas Alif Maskur Resty Ainul Islam Vinda Dwi O. Nidaa Adiilah Sandra Putri Dewi Methalia Sandi Dwi Puspita Sari Apri Rahma Dewi Rafika Tasya Nesia Nurhadijah 220110090001 220110090017 220110090038 220110090051 220110090064 220110090076 220110090090 220110090092 220110090105 220110090121 220110090124 220110090136

Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran 2011


1

KASUS KATARAK 13 September 2011


Kasus 3 Tn Ag 62 tahun datang ke polimata RS XY dengan keluhan pandangan mata kanan kabur dan kadang mata berair. Saat dikaji di dapatkan hasil bloored vision (+) tanpa nyeri, fotophobia (+), lensa mata keruh dan buram seperti susu, pupil bulat sentral, reflex cahaya (+) dan pada pemeriksaan fundus kopi tidak di dapati perdarahan retina (-). Melalui perawat dokter mengatakan Tn. Ag harus dioperasi. Ketika istri pasien mengatakan ingin tau lebih banyak tentang operasi , perawat berkata, Nanti saja, Bu. sambil pergi meninggalkan istri pasien. Seminggu kemudian mata kanan pasien dioperasi. Begitu sampai di ruang rawat, pasien ingin pergi ke kamar mandi. Saat ke kamar mandi pasien membungkuk mencari sandalnya dan tiba-tiba Ia merasa sakit di mata kanannya.

I. SGD STEP 1 Fotophobia Blurred Vision Funduskopi Refleks cahaya Pupil bulat sentral : takut akan cahaya : kabur, tidak jelas seperti ada bayangan : pemeriksaan diagnostik untuk melihat : peka terhadap cahaya : pupil dalam keadaan baik, bulat berada di tengah

STEP 2 1. Apa yang menyebabkan mata kanan kabur dan berair? 2. Hasil bloor vision tidak nyeri, kalau ada nyeri indikasinya apa? 3. Diagnosa medis? 4. Managemen pre dan pasca operasi? 5. Komplikasi dari operasi? 6. Kenapa nyeri pada saat menunduk? 7. Apakah pupil bulat sentral normal? 8. Tindakan dan kode etik perawat? 9. Etiologi? 10. Faktor resiko? 11. Adakah penatalaksanaan selain operasi? 12. Operasi gak selalu berhasil? Apa tindakan selanjutnya? 13. Komplikasi lain? 14. Bias buta total atau tidak?

KASUS KATARAK 13 September 2011


15. Kalau operasi bisa kambuh lagi ? 16. Efek samping pemeriksaan diagnostic? 17. Penyebab photo phobia an bloor vision? 18. Pencegahan dan penkes?

STEP 3 1. Mata kabur karena tidak adanya ikatan protein sehingga terjadi koagulasi sehingga warna lapisannya menjadi keruh dan mempengaruhi penerimaan cahaya. 2. Nyeri karena ada peningkatan tekanan bola mata, dan biasanya sudah terjadi peradangan di bagian uvea. 3. Katarak. 4. Pasca operasi biasanya selain diberikan steroid di berikan juga obat bius yang berbentuk seperti gel. 5. Komplikasinya infeksi di mata dan adanya perdarahan. 6. Sakit pada saat menunduk diakibatkan karena adanya penekanan pada bola mata yang ditambah akibat adanya gaya grafitasi. 7. Pupil bulat sentral artinya normal. 8. Belum, perawat sebaiknya memberikan penyuluhan sebelum maupun sesudah operasi, seperti efek samping operasi dan pengobatan adekuat yang mendukung proses penyembuhan. 9. DM, usia, iritan dan factor lingkungan, makanan, obat-obatan jangka panjang dan factor usia. 10. Kandungan air mata jelek, factor usia, DM, dan sering nangis. 11. Satu-satunya terapi adalah dengan operasi. 12. Jika gagal maka harus dioperasi ulang dan jika operasi berulang gagal maka diganti dengan lensa plastic. 13. Kebutaan dan perdarahan pada mata. 14. Bisa. 15. Ya, tergantung pada etiologinya sendiri. 16. Tidak ada. 17. Karena adanya kekeruhan pada mata yang mempengaruhi refraksi cahaya. 18. Perbanyak mengkonsumsi vitamin A, B kompleks, banyak sayuran, mengurangi radiasi TV, mengucek mata, ketika memakai soft lens tangan harus steril.

KASUS KATARAK 13 September 2011


STEP 4

Peran Perawat Patofisiologi

Definisi

Klasifikasi Etiologi

Askep Manfes Anfis Faktor resiko Komplikasi Penatalaksanaan Pemeriksaan Diagnostik Epidemiologi

KATARAK
Penkes

STEP 5 LO: 1. Fotophobia 2. Blurred Vision 3. Funduskopi

STEP 6 (Self Study)

STEP 7 II. REPORTING LO: 1. Fotophobia : keengganan melihat cahayabiasanya karena cahaya tersebut menyebabkan rasa nyeri. 2. Blurred Vision : penglihatan tidak jelas atau kabur seperti terdapat kabut dilihat dari jarak manapun.

KASUS KATARAK 13 September 2011 3. Funduskopi : untuk melihat retina pucat atau robek sebagai tanda katarak, Tujuan : Tes untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli.

1. Anatomi dan Fisiologi Mata adalah organ penglihatan yang terdapat pada orbital. Ada tiga lapisan yaitu: sclera, retina, dan konjungtiva. Jalan masuk sinar ke mata: sinar masuk ->luar lensa ->saraf ->otak. Jika cahaya masuk protein diubah menjadi oksin, oksin di simpul saraf. Saraf-saraf retina ada cranial, prokialis, nevus. 2. Definisi Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur dan pada akhirnya tidak dapat tembus cahaya. Kekeruhan tersebut mengubah proyeksi penglihatan dan mengakibatkan kebutaan total. Katarak terjadi pada masa pertumbuhan dan degenerasi. Kekeruhan terjadi karena proses dehidrasi. Opasitas yang progresif pada lensa atau kapsulnya khususnya usia 65 th. Katarak adalah proses kekeruhan yang terjadi pada sebagian atau seluruh bagian lensa mata. Penyebab katarak adalah karena faktor usia, kecelakaan, terganggunya metabolisme tubuh akibat penyakit berkepanjangan, bawaan lahir atau bahkan keracunan. Gejala yang dirasakan oleh penderita katarak adalah penglihatan yang berkabut, silau, bila dilihat dengan bantuan cahaya pada pupil akan terlihat keruh. 3. Etiologi Katarak karena perkembangan dan pertumbuhan Katarak karena traumatic: disebabkan oleh trauma/cedera pada mata. Katarak degenerative/penuaan Katarak sekunder: disebabkan oleh penyakit lain, seperti penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

4. Epidemiologi Wanita : pria = 8:1 dengan usia wanita rata-rata terkena katarak dengan usia >60 tahun, proses degenerasi. 5. Faktor resiko Penuaan, usia lanjut
5

KASUS KATARAK 13 September 2011 Radiasi Nutrisi Radang pada uvea Peradangan pada kehamilan Merokok Konsumsi steroid berlebihan Operasi mata sebelumnya Genetik, infeksi rubella pada ibu hamil.

6. Klasifikasi Berdasarkan usia congenital (lameral, Polaris anterior Polaris posterior, structural) , jouvenil, dan senile Pada katarak senile terdapat stadium yaitu insipient, imatur, matur, hipermatur Berdasarkan lokasi : nukleolar dan sklerosis 7. 8. Manifestasi klinis Mata tidak jernih Penglihatan buram Diplopia(penglihatan menjadi double) Warna berubah Kesulitan menyetir pada malam hari Melihat 0 di sekitar cahaya, Fotophobia, Mata berair Penglihatan seakan melihat asap Refleks cahaya mata negatif (-) pupil mata berwarna keputih-putihan Komplikasi Kerusakan endotel pada mata Galukoma Fakolitik Uveasitis Pada galaukoma pada lensa mata membengkak Fokotolitik membengkak Nistagimus, strabismus Kehilangan vitreus humor Astimagtisme

KASUS KATARAK 13 September 2011 9. Pemeriksaan Diagnostik Oftalmoskop Sneed lensa Pin ball Funduskopi Snellen chart Darah lengkap EKG Tes glukosa darah Angiografi Hitung sel endotel dilakukan jika sebelum operasi

10. Pencegahan Tidak merokok Tidak minum alcohol Menjaga pola makan dengan baik Menjaga kadar gula darah 11. Penatalaksanaan Pengobatan - Pineroklsin : obat tetes mata - Obat dilatasi pupil SPA tropin ED 1% Preoperasi: - pemeriksaan secara umum - LED - Tekanan darah < - riwayat alergi obat - usg: idikasinya koreksi ketajaman mata 20/50 apalagi kalau sudah lapang pandang. - Teknik pembedahan ada 2 yaitu ECCE dan ICCE - Kalau katarak masih ringan sebelum pembedahan bias di bantu dengan lensa bifokus dan tidaK memerlukan adanya operasi - 1 hari sebelum operasi mata, ditetesi oleh obat mata, mencukur bulu mata, injeKsi luminali setiap lima menit, mata di berikan salep antibiotic Post operasi: - di perbolehkan makan setelah 2 jam operasi - drainage balutan - pemberian kaca mata - kompres dingin jika mata gatal
7

KASUS KATARAK 13 September 2011 tidak boleh mengangkat beban <7,5 kilo tidak boleh menggosok mata tidak boleh mengejan pada saat BAB memakai kacamata yang terbuat dari logam kurangi aktifitas yang dapat meningkatkan tekanan intraokuler yaitu dengan bersin atau batuk Ada 4 macam obat setelah operasi yaitu obat tetes mata dan obat anti biotic, harus control rutin. Jenis kacamata ada lensa kontak dan apatic. Lensa kotak tekanannya sekitar 5, lensa apatic sekitar 30. Kaca mata di pakai setelah 2-3 hari setelah operasi.

12. Peran Perawat Perawat bertindak sebagai care educator, advocator, conselor

13. Pendidikan Kesehatan Pencegahan : Tidak merokok , pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur, menggunakan kaca mata hitam agar melindungi mata dari sinar UV.

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA Mata merupakan salah satu panca indera kita yang berfungsi sebagai organ penglihatan, tanpa mata, kita tidak akan dapat melihat apa pun. Mata memiliki banyak bagian-bagian beserta fungsinya, yaitu:

Kelopak Mata Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata yang dibutuhkan untuk penglihatan.

KASUS KATARAK 13 September 2011 Pembasahan dan. pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos. Pada kelopak terdapat bagian-bagian : Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus. Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah). Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
9

KASUS KATARAK 13 September 2011 Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.

Gambar 1. Gambar kelopak mata atas

Sistem Lakrimal
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior. Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu : Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero superior rongga orbita. Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak dibagian depan rongga

10

KASUS KATARAK 13 September 2011 orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior. Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal. Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui pungtum lakrimal.

Gambar 2. Sistim Saluran air mata

Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu mata atau lensa kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata. Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini turut menjaga agar cornea tidak kering. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu:
11

KASUS KATARAK 13 September 2011 Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.

Bola Mata
Bola mata terdiri atas : dinding bola mata isi bola mata.

Dinding bola mata terdiri atas : sclera kornea.

Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa. Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu: 1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera. 2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.

12

KASUS KATARAK 13 September 2011 Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera. 3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina. Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.

Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea. Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.

13

KASUS KATARAK 13 September 2011

Gambar 3. Penampang horizontal mata kanan

Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea. Sklera sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kirakira 1 mm. Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Dibagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh konjungtiva. Diantara stroma sklera dan kapsul Tenon terdapat episklera. Bagian dalamnya berwarna coklat dan kasar dan dihubungkan dengan koroid oleh filamen-filamen jaringan ikat yang berpigmen, yang merupakan dinding luar ruangan suprakoroid.

14

KASUS KATARAK 13 September 2011 Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak.

Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis: 1. Epitel Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang sating tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal Bering terlihat mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

2. Membran Bowman Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi

3. Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadangkadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
15

KASUS KATARAK 13 September 2011 fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. 4. Membran Descement Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastik dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.

5. Endotel Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbul Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

16

KASUS KATARAK 13 September 2011

Gambar 4. Penampang melintang kornea

Uvea
Walaupun dibicarakan sebagai isi, sesungguhnya uvea merupakan dinding kedua bola mata yang lunak, terdiri atas 3 bagian, yaitu iris, badan siliar, dan koroid. Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat perdarahan dari 15 - 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik. Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar saraf di bagian posterior yaitu:
1.

Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut sensoris untuk komea, iris, dan badan siliar.

17

KASUS KATARAK 13 September 2011


2.

Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea dan untuk dilatasi pupil.

3.

Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan pupil. Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps. Iris terdiri atas

bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris dan koroid. Batas antara korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm temporal dan 7 mm nasal. Di dalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu longitudinal, radiar, dan sirkular. Di tengah iris terdapat lubang yang dinamakan pupil, yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata. Iris berpangkal pada badan siliar dan memisahkan bilik mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan depan iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil terutama sekitar pupil yang disebut kripti. Badan siliar dimulai dari basis iris kebelakang sampai koroid, yang terdiri atas otot-otot siliar dan proses siliar. Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi. Jika otot-otot ini berkontraksi ia menarik proses siliar dan koroid kedepan dan kedalam, mengendorkan zonula Zinn sehingga lensa menjadi lebih cembung. Fungsi proses siliar adalah memproduksi Humor Akuos. Koroid adalah suatu membran yang berwarna coklat tua, yang letaknya diantara sklera dan. retina terbentang dari ora serata sampai kepapil saraf optik. Koroid kaya pembuluh darah dan berfungsi terutama memberi nutrisi kepada retina.

Pupil
Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.

18

KASUS KATARAK 13 September 2011 Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari: 1. Berkurangnya rangsangan simpatis 2. Kurang rangsangan hambatan miosis Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan miosis. Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan.

Sudut bilik mata depan


Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehinga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas belakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea. Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.

19

KASUS KATARAK 13 September 2011 Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer.

Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1-2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang ditengahnya agak melekuk dinamakan ekskavasi faali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk kedalam bola mata ditengah papil saraf optik. Arteri retina merupakan pembuluh darah terminal. Retina terdiri atas lapisan: 1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut. 2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi. 3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid. 4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal. 5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral. 6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion. 7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

20

KASUS KATARAK 13 September 2011 8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina. 9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid. Batang lebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut lebih banyak. Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optik dan tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta).

Gambar 5. Fundus okuli normal

Badan kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi.

21

KASUS KATARAK 13 September 2011 Struktur badan kaca merupakan anyaman yang bening dengan diantaranya cairan bening. Badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan menerima nutrisinya dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina.

Lensa mata
Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm tebalnya dan berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung daripada bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan pada ekuator difiksasi oleh zonula Zinn pada badan siliar. Lensa pada orang dewasa terdiri atas bagian inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks). Nukleus lebih keras daripada korteks. Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus. Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan Terletak di tempatnya Keadaan patologik lensa ini dapat berupa: Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia Keruh atau spa yang disebut katarak Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi

Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.

22

KASUS KATARAK 13 September 2011 Fungsi lensa adalah untuk membias cahaya, sehingga difokuskan pada retina. Peningkatan kekuatan pembiasan lensa disebut akomodasi.

Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus. Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya. Dinding orbita terdiri atas tulang: 1. Atap atau superior : os.frontal 2. Lateral : os.frontal. os. zigomatik, ala magna os. Fenoid 3. Inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. Palatine 4. Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. etmoid Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf

optik, arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid. Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V), saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V), abdusen (VI), dan arteri vena oftalmik. Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf infraorbita dan zigomatik dan arteri infra orbita. Fosa lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar lakrimal. Rongga orbita tidak mengandung pembuluh atau kelenjar limfa.

23

KASUS KATARAK 13 September 2011

Otot Penggerak Mata


Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.1 Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu: 1. Oblik inferior, aksi primer-ekstorsi dalam abduksi sekunder-elevasi dalam aduksi abduksi dalam elevasi. 2. Oblik superior, aksi primer-intorsi pada abduksi sekunder-depresi dalam aduksi - abduksi dalam depresi. 3. Rektus inferior, aksi primer-depresi pada abduksi sekunder - kstorsi pada abduksi - abduksi pada depresi. 4. Rektus lateral, aksi-abduksi. 5. Rektus medius, aksi-aduksi. 6. Rektus superior, aksi primer-elevasi dalam abduksi sekunder - intorsi dalam aduksi - aduksi dalam elevasi.

1. Otot Oblik Inferior Oblik inferior mempunyai origo pada foss lakrimal tulang lakrimal, berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf okulomotor, bekerja untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi. 2. Otot Oblik Superior Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenodi di atas foramen optik, berjalan menuju troklea dan dikatrol batik dan kemudian berjalan di atas otot rektus superior, yang kemudian berinsersi pada sklera dibagian temporal belakang bola mata. Oblik
24

KASUS KATARAK 13 September 2011 superior dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat. Mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan search atau mata melihat ke arch nasal. Berfungsi menggerakkan bola mata untuk depresi (primer) terutama bila mata melihat ke nasal, abduksi dan insiklotorsi. Oblik superior merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan tertipis 3. Otot Rektus Inferior Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood. Rektus inferior dipersarafi oleh n. III Fungsi menggerakkan mata: depresi (gerak primer) eksoklotorsi (gerak sekunder) aduksi (gerak sekunder)

Rektus inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan. 4. Otot Rektus Lateral Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen optik. Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakkan mata terutama abduksi. 5. Otot Rektus Medius Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura saraf optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat neuritis retrobulbar, dan berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon terpendek.
25

KASUS KATARAK 13 September 2011 Menggerakkan mata untuk aduksi (gerak primer). 6. Otot Rektus Superior Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita superior beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm di belakang limbus dan dipersarafi cabang superior N.III. Fungsinya menggerakkan mata-elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral: aduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral insiklotorsi

IV. KONSEP PENYAKIT

Gambar 1. Keadaan mata katarak

A. Definisi Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan penurunan atau gangguan penglihatan. Katarak adalah keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa

26

KASUS KATARAK 13 September 2011 bervariasi. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi

B. Etiologi Sebagian besar katarak terjadi akibat proses penuaan, tetapi katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa factor lain, seperti: 1. Katarak traumatic, disebabkan oleh adanya riwayat trauma/cedera pada mata 2. Katarak sekunder, yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes mellitus 3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar matahari 4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol. Squalene merupakanenzim yang terdapat dalam tubuh dan berperan dalam metabolisme kolesterol. Inhibisi atau penghambatan enzim squalene synthase akibat penggunaan obat penurun kolesterol dapat memicu terjadinya katarak. 5. Katarak congenital, yang disebabkan oleh factor genetic atau keturunan 6. Rokok, alcohol, serta asupan vitamin dan antioksidan yang kurang 7. Katarak Komplikata, adalah katarak yang timbul pasca infeksi mata.

C. Manifestasi Klinis Keluhan atau gejala katarak disebabkan oleh proses kekeruhan yang terjadi pada lensa mata. Pada stadium awal, kekeruhan lensa mata masih sangat minimal bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini biasanya penderita tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Pada stadium berikutnya, proses kekeruhan pada lensa terus berlangsung dan bertambah, sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari. Selain keluhan tersebut, gejala lain yang dirasakan penderita katarak antara lain: 1. Penglihatan berkabut atau justru intoleransi terhadap cahaya yang berlebihan (fotophobia) 2. Warna yang dilihat terlihat pudar
27

KASUS KATARAK 13 September 2011 3. Sulit melihat pada malam hari 4. Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini terjadi saat katarak bertambah luas. Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanyaaa, pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak pada oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di mlam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat memburuk lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan. Bisa melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia), dan juga penglihatan perlahan-lahan berkurang dan tanpa rasa sakit. Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya ada yang mengatur ulang perabot rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelapak lebar atau kacamata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari. Seorang dokter mata akan memeriksa mata dengan berbagai alat untuk menentukan tipe, besar dan letaknya kekeruhan pada bagian lensa. Bagian dalam dari mata diperiksa dengan alat oftalmoskop, untuk menentukan apakah ada kelainan lain di mata yang mungkin juga merupakan penyebab berkurangnya pengliahatan. Bila diketahui adanya gejala di atas sebaiknya segera diminta pendapat seorang dokter mata. Secara umum seseorang yang telah berusia 40 tahun sebaiknya mendapatkan pemeriksaan mata setiap 1 tahun.

28

KASUS KATARAK 13 September 2011 D. Klasifikasi 1. Katarak Kongenital Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, galaktosemia. Ada pula yang menyertai kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma, keratokonus, ektopia lentis, megalokornea, heterokronia iruis. Kekeruhan ini dapat dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten, katarak Polaris, anterior, posterior, katarak aksialis, katarak zonularis, katarak stelata, katarak totalis, dan katarak kongenita membranesea. 2. Katarak Primer Katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu: a. Katarak juvenilis (umur <20 tahun) b. Katarak presenilis (umur sampai dengan 50 tahun) c. Katarak senilis (umur >50tahun) Katarak primer dibagi menjadi 4 stadium : a. Stadium insipient Jenis katarak ini adalah stadium paling dini. Visus belum terganggu, dengan koreksi masih bisa 5/5-5/6. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari noda. b. Stadium imatur Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa, terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nucleus lensa. Shadow test positif. Saat ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang menyebabkan lensa menjadi cembung sehingga indeks refraksi berubah dan mata menjadi myopia. Keadaan ini disebut intumesensi. Cembungnya lensa akan mendorong iris ke depan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi glaucoma. c. Stadium matur Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran normal kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruhnya sehingga semua sinar yang masuk
29

KASUS KATARAK 13 September 2011 pupil dipantulkan kembali. Shadow test negative. Di pupil tampak lensa seperti mutiara. d. Stadium hipermatur (Katarak Morgani) Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nucleus lensa turun karena daya beratnya. Melalui pupil, nucleus terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah dengan warna berbeda dari yang di atasnya yaitu kecoklatan. Saat ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa yang menjadi lebih permeable sehingga isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis yang di bawahnya terdapat nucleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni. 3. Katarak Komplikata Katarak jenis initerjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakit lain. Penyebab katarak jenis ini adalah: a. Gangguan okuler, karena renitis pigmentosa, glaucoma, ablasio retina yang sudah lama, uveitis, miopa maligna. b. Penyakit sistemik, diabetes mellitus, hipoparatiroid, sindrom Down, dermatitis atopic. c. Trauma, trauma tumpul, pukulan, benda asing di dalam mata, terpajan panas yang berlebihan, sinar-X, radioaktif, terpajan sinar matahari, toksik kimia. Merokok meningkatkan risiko berkembangnya katarak, demikian pula dengan peminum berat. Kadang-kadang katarak terjadi lagi setelah operasi jika kapsul lensa ditinggalkan utuh selama operasi katarak

E. Epidemiologi Katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab atas 48% kebutaan yang terjadi di dunia, yang mewakili 18 juta jiwa, menurut WHO. Kelayakan bedah katarak di beberapa negara belum memadahi sehingga katarak tetap menjadi penyebab utama kebutaan. Bahkan di mana ada layanan bedah yang tersedia, pengelihatan rendah yang terkait dengan katarak masih dapat dijumpai, sebagai hasil dari lamanya menunggu untuk operasi dan hambatan untuk dioperasi, seperti biaya, kurangnya informasi dan masalah transportasi.

30

KASUS KATARAK 13 September 2011 Di Amerika Serikat, katarak yang terjadi akibat usia lanjut dilaporkan mencapai 42% dari orang-orang antara usia 52 sampai 64, 60% dari orang-orang antara usia 65 dan 74, dan 91% dari mereka antara usia 75 dan 85.

1. Menurut WHO : Di negara berkembang 1 - 3 % penduduk mengalami kebutaan dan 50 % penyebabnya adalah katarak. Sedangkan untuk negara maju perbandingannya adalah 1,2 % penyebab kebutaan adalah katarak. 2. Survei (1982) : menurut Depkes RI ada 8 propinsi. Prevalensi kebutaan bilateral : 1,2 % dari seluruh penduduk, sedangkan prevalensi kebutaan unilateral adalah 2,1 % dari seluruh penduduk. 3. Penyebab dari kebutaan adalah : Katarak 0,76 % Kekeruhan kornea 0,13 % Glaukoma 0,1 % Kelainan refraksi 0,06 % Kelainan retina 0,03 % Kurang vitamin A 0,02 %

4. Prevalensi katarak adalah 6,9 % dengan catatan kurang lebih 10 % mendapatkan terapi dan katarak dapat mengenai semua kelompok umur. 5. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia. Katarak terjadi secara perlahan-perlahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur. karena umumnya katarak tumbuh sangat lambat dan tidak mempengaruhi daya penglihatan sejak awal. Daya penglihatan baru terpengaruh setelah katarak berkembang sekitar 35 tahun. Karena itu, pasien katarak biasanya menyadari penyakitnya setelah memasuki stadium kritis.

31

KASUS KATARAK 13 September 2011 F. Faktor Resiko Umur : > 50 tahun, resiko meningkat. Seks : Wanita lebih banyak daripada pria dengan perbandingan 8:1 Penyakit sistemik seperti DM Geografis Dataran tinggi Jenis pekerjaan : jika terkena paparan sinar UV terlalu sering

G. Pencegahan Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah. Bila katarak masih dalam stadium insipien atau intumesen, mata sebaiknya diperiksakan secara baik. Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Sedangkan bila ada kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi maka berikan kaca mata yang terbaik. Ketika sudah samapai stadium mature penderita sebaiknya diperiksa secara periodik. Pada saat ini kecepatan berkembangnya katarak dapat dicegah dengan: Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Lindungi mata dari sinar matahari, misalnya menggunakan kaca mata hitam karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya Disarankan untuk tidak menggosok mata.

H. Komplikasi Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati. Pada kebanyakan orang, kerusakan syaraf mata ini disebabkan oleh peningkatan tekanan di
32

KASUS KATARAK 13 September 2011 dalam bola mata sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih yang membawa oksigen, gula dan nutrient/zat gizi penting lainnya ke bagian-bagian mata dan juga untuk mempertahankan bentuk bola mata). Pada sebagian pasien kerusakan syaraf mata bisa juga disebabkan oleh suplai darah yang kurang ke daerah vital jaringan nervus opticus, adanya kelemahan struktur dari syaraf atau adanya masalah kesehatan jaringan syaraf. Jenis glaucoma : Primary Open-Angle Glaucoma GLAUKOMA Sudut-Terbuka Primer

Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling umum dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen. Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini. Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Acute Angle-Closure Glaucoma

Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat, pandangan kabur dan terlihat warnawarna di sekeliling cahaya. Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat. Bila Anda merasakan gejala-gejala tersebut segera hubungi dokter spesialis mata Anda. Secondary Glaucoma (Glaukoma Sekunder)

Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut. Congenital GLAUCOMA GLAUKOMA Kongenital

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak
33

KASUS KATARAK 13 September 2011 berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya. Uveitis adalah peradangan pada uvea. Uvea adalah bagian mata yang terdiri dari: iris, choroids dan corpus siliaris. Klasifikasi tergantung bagian uvea yang terkena yaitu: Uveitis Anterior, uveitis intermediate, uveitis posterior dan pan uveitis Gejala-gejala Uveitis: Mata merah Mata nyeri Silau Penglihatan buram Floaters atau seperti melihat bintik hitam melayang-layang

Penyebab Uveitis adalah: a. Non infeksi : Autoimune, seperti rheumatoid arthritis,ankylosing spondylitis, atau lupus Peradangan seperti Chrons atau Ulserative colitis Keganasan (masquerade syndrome) seperti : lymphoma, leukemia, kanker payudara b. Infeksi : Infeksi seperti : toxoplasmosis, tuberculosis, herpes, syphilis atau cytomegalovirus

I. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan Funduscopy dengan alat oftalmoskop Oftalmoskop merupakan alat untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli. Oftalmoskop dibedakan menjadi oftalmoskop langsung dan tidak langsung. Oftalmoskop langsung daerqah yang dilihat paling perifer sampai daerah ekuator, tidak stereoskopis, berdiri tegak atau tidak terbalik , dan pembesaran 15 kali. Sedangkan oftalmoskop tidak langsung akan terlihat daerah fundus okuli 8 kali diameter papil, dapat dilihat sampai daerah ora serata, karena dilihat dengan 2 mata maka terdapat efek seteroskopik, dan dengan pembesaran 2-4 kali.
34

KASUS KATARAK 13 September 2011 Sebaiknya dilakukan di ruangan yang relative gelap. Jika mata kanan yang diperksa, pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan, pemeriksaan dengan mata kanan. Jika mata kiri yang diperiksa, pemeriksaan dilakukan di sebelah kiri dengan mata kiri. Pertama kali perhatikan reflek fundus melalui oftalmoscopy dilihat lewat pupil dengan jarak pemeriksaan 30 cm. Bila media refraksi jernih: reflex fundus berwarna merah kekuningan pada seluruh lingkaran pupil. Bila media refraksi keruh (kornea, lensa, badan kaca) terlihat adanya bercak hitam di depan latar belakang yg merah kekuningan. b. Pemeriksaan Lapang pandang dengan tes konfrontasi Pemeriksa dan pasien berhadapan dengan jarak 60 cm. Bila mata kiri yang diperiksa, mata kanan pasien ditutup. Mata kiri pasien berhadapan/berpandangan dengan mata kanan pemeriksa. Gerakakn jari atau benda ke segala arah, dari luar ke dalam. Catat bila ada bagian lapang pandang yang masih terlihat oleh pemeriksa tetapi tidak terlihat ileh pasien. Ulangi dengan cara yang sama pada mata kanan. c. Pemeriksaan Tonometri denagn Tonometer Schiotz Tonometer adalah alat yang mengeksploitasi sifat fisik mata untuk mendapatkan tekanan intra ocular tanpa perlu mengkanulasi mata. Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea (bagian kornea yang dipipihkan) dengan suatu beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Tonometer terdiri dari bagian: Frame: skala, penunjuk, pemegang, tapak berbentuk konkaf. Pencelup. Beban: 5,5 gr; 7,5 gr; 10 gr; 15 gr.

Teknik: Pasien diarahkan pada posisi duduk miring atau telentang dengan kepala dan mata berada posisi vertical. Mata ditetesi anestesi local misalnya panthocain lebih kurang satu dua atau tetes, ditunggu sampai pasien tidak merasa pedas pada matanya. Tonometer harus dibersihkan terlebih dahulu. Tonometer diberi pemberat 5,5 mg.
35

KASUS KATARAK 13 September 2011 Tonometer diperiksa dengan batang penguji. Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari, jangan tertekan bola mata. Pasien diarahkan untuk menetap vertical dapat dibantu dengan alat (misalnya sinar fiksasi yang berkedip-kedip atau ibu jari pasien). Alat tonometer direndahkan hingga hamper menyentuh kornea, dinasehatkan agar beberapa detik untuk membiarkan pasien untuk rileks sambil pemeriksa mengarahkan jika alat tonometer diletakkan nantinya berada tepat di atas kornea serta skala harus pada posisi menghadap pemeriksa. Tonometer Schiotz harus dipastikan terletak pada kornea kemudian pemeriksa membaca penunjuk pada skala bacaan tonometer. Alat diangkat dari mata dan subjek diizinkan untuk mengedipkan kelopak matanya. Bila skala bacaan adalah 4 atau kurang, maka salah satu pemberat pada pencelup harus ditambah untuk mendapatkan keakuratan tonometri. Kemudian pemeriksaan dilanjutkan pada mata yang satunya lagi sesuai prosedur mata yang terlebih dahulu telah diperiksa. Tonometer harus dibersihkan atau disterilkan bila subjek yang diperiksa diduga mengidap penyakit menular. Tekanan Intra okuler normal yaitu 10-21 mmHg d. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi. e. EKG, kolesterol serum, lipid. f. Tes toleransi glukosa : kontrol DM. g. Ultrasonografi Ultrasonografi mata non infasif, efisien, dn alat yang membantu untuk mendeteksi dan membedakan berbagai kelainan mata. Ultrasonografi adalah alat yang digunakan untuk menentukan kekuatan lensa intraokuler (biometri), pemeriksaan segmen posterior, perdarahan vitreous, untuk membantu melihat kondisi vitreoretinal misalnya retinal detachment, pembedahan massa di okuli, benda asing di intraokuli. Ultrasonografi menunjukkan nciri-ciri morfologi jaringan dan menyediakan informasi yang dinamis. Tes ini adalah tes yang dinamis yang baik digunakan selama

36

KASUS KATARAK 13 September 2011 pemeriksaan dan bukan dari gambar yang tetap. Selain itu hubungan dengan temuantemuan klinis merupakan hal yang penting untuk mendapat hasil yang tepat.

J. Penatalaksanaan Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan. 1. Dikeluarkan berama-sama dengan kapsul lensanya dengan memutus zonula Zinn yang telah pula mengalami Pengangkatan lensa. Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa: Ekstraksi lensa intrakapsular Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. Lensa degenerasi. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan. Pada ekstraksi lensa intrakapsular dilakukan tindakan dengan urutan berikut : 1. Dibuat flep konjungtiva dari jam 9.00 sampai 3.00 melalui jam 12. 2. Dilakukan fungsi bilik mata depan dengan pisau. 3. Luka kornea diperlebar seluas 1600 4. Dibuat iridektomi untuk mencegah glaucoma blokade pupil pasca bedah. 5. Dibuat jahitan korneosklera. 6. Lensa dikeluarkan dengan krio. 7. Jahitan kornea dieratkan dan ditambah. 8. Flep konjungtifa dijahit. Faktor yang mempersulit saat pembedahan yang dapat terjadi adalah : 1. Kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-sama kapsulnya. Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsular tanpa rencana karena kapsul posterior akan tertinggal. 2. Prolaps badan kaca pada saat lensa dikeluarkan. Bedah ekstraksi lensa intrakapsular (EKIK) masih dikenal pada negera dengan ekonomi rendah karena : Teknik yang masih baik untuk mengeluarkan lensa keruh yang mengganggu penglihatan. Teknik dengan ongkos rendah.
37

KASUS KATARAK 13 September 2011 Ekstraksi lensa ekstrakapsular Pembedahan ekstrakapsuler : lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya. Untuk memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui sayatan yang kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi).

Pada ekstraksi lensa kapsuler dilakukan tindakan sebagai berikut : a. Flep konjungtiva antara dasar dengan fornik pada limbus dibuat dari jam 10.00 14.00 b. Dibuat pungsi bilik mata depan. c. Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior. d. Dibuat luka dari jam 10 sampai jam 2. e. Nucleus lensa dikeluarkan. f. Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul posterior saja. g. Luka kornea dijahit. h. Flep konjungtifa dijahit.

2. Penggantian lensa. Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler, biasanya lensa intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata. Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh. Teknik ekstrasi lensa (pengangkatan lensa) ,yaitu :

Ekstraksi intrakapsular (ICCE). Pengangkatan dari seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Tehnik ini jarang dilakukan lagi sekarang.

38

KASUS KATARAK 13 September 2011

Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE). Pada tehnik ini, bagian depan kapsul dipotong dan diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian belakang. Lensa intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut. Kejadian komplikasi setelah operasi lebih kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.

Fakofragmentasi

dan

fakoemulsifikasi.

Merupakan

teknik

ekstrakapsular

yang

menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat lensa melalui irisan yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi. Teknik ini kurang efektif pada katarak yang padat.

Fakoemulsifikasi Ekstraksi lensa dengan fakoemulsifikasi, yaitu teknik operasi katarak modern menggunakan gel, suara berfrekuensi tinggi, dengan sayatan 3 mm pada sisi kornea. Fakoemulsifikasi adalah tehnik operasi katarak terkini. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3 mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phaco akan menyedot massa katarak yang telah hancur tersebut sampai bersih. Sebuah lensa Intra Ocular (IOL) yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Untuk lensa lipat (foldable lens) membutuhkan insisi sekitar 2.8 mm, sedangkan untuk lensa tidak lipat insisi sekitar 6 mm. Karena insisi yang kecil untuk foldable lens, maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan dengan cepat kembali melakukan aktifitas sehari-hari. Indikasi teknik fakoemulsifikasi berupa calon terbaik pasien muda dibawah 40-50 tahun, tidak mempunyai penyakit endotel, bilik mata dalam, pupil dapat dilebarkan hingga 7 mm. Kontraindikasinya berupa tidak terdapat hal hal salah satu diatas, luksasi atau subluksasi lensa. Prosedurnya dengan getaran yang terkendali sehingga insiden prolaps menurun. Insisi yang dilakukan kecil sehingga insiden terjadinya astigmat berkurang dan edema dapat terlokalisasi, rehabilitasi pasca bedahnya cepat, waktu operasi yang relatif labih cepat, mudah dilakukan pada katarak hipermatur. Tekanan intraokuler yang terkontrol sehingga prolaps iris, perdarahan ekspulsif jarang. Kerugiannya berupa dapat terjadinya katarak sekunder sama seperti pada teknik EKEK, sukar dipelajari oleh pemula, alat yang mahal, pupil harus terus dipertahankan lebar, endotel loss yang besar. Penyulit berat saat melatih keterampilan berupa trauma kornea, trauma

39

KASUS KATARAK 13 September 2011 iris, dislokasi lensa kebelakang, prolaps badan kaca. Penyulit pasca bedah berupa edema kornea, katarak sekunder, sinekia posterior, ablasio retina. Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan pelindung mata sampai luka pembedahan sembuh. Untuk mencegah astigmat pasa bedah EKEK, maka luka dapat diperkecil dengan tindakan bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan fako ini lensa yang katarak di fragmentasi dan diaspirasi. Obat pasca operasi diberikan 4 jenis yaitu obat minum 2 macam (untuk antibiotik dan pereda nyeri) dan obat tetes mata juga 2 macam, Cendo Xitrol (antibiotik dan steroid) dan Floxa (antibiotik steril).

Tata Cara Perawatan Pasien Katarak Pasca Operasi 1. Penderita tidak boleh batuk, mengedan, merokok, mengangkat beban lebih dari 5 KG, membungkuk, sujud (ibadah shalat dilakukan berdiri atau tidur),

berhubungan suami istri selama 1 minggu. 2. Mata yang usai dibedah tidak boleh terkena air, digosok gosok, serta harus memakai pelindung plastik / dop terutama jika ingin tidur. 3. Obat tetes mata ada 2 macam (seperti disebutkan diatas) digunakan setelah operasi pada pukul: 15.00, 18.00, 21.00. Hari hari selanjutnya diteteskan 6 kali sehari yaitu pada pukul: 06.00, 09.00, 12.00, 15.00, 18.00, dan terakhir pada pukul 21.00. 4. 5. Untuk obat minum diminum sesuai resep dokter. Penderita usai operasi harus melakukan kontrol rutin sesuai waktu yang ditentukan dokter. 6. Jika ada masalah terkait mata, maka harus segera mendatangi dokter.

40

KASUS KATARAK 13 September 2011 Adapun untuk pelindung mata setelah 2-3 hari pasien dapat menggantinya dengan kacamata hitam untuk kesehariannya, namun ketika ingin tidur, pelindung plastik mata wajib dikenakan. Lamanya masa perawatan pasca operasi bervariasi tergantung dari jenis operasi dan pemasangan lensanya. Paling cepat adalah 1 minggu, dan paling lambat antara 1 bulan hingga 1.5 bulan. Daya pulih dan disiplin perawatan juga akan menentukan lamanya masa perawatan.

K. Peran Perawat 1. CARE PROVIDER - Memberi pelayanan keperawatan tidak seperti pada kasus saat klien membutuhkan pelayanan untuk mendapatkan informasi tapi perawat menghindar dan meninggalkan klien. - Memperhatikan klien, dilihat dari kasus klien tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari perawat 2. EDUCATOR - Meningkatkan pengetahuan demi meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit klien 3. CONSELOR - Identifikasi perubahan pola interaksi keluarga dan pemecahan masalah yang terfokus.

L. Legal Etik 1. ACCOUNTABILITY Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat pada tindakan yang dilakukan 2. CONFIDENTIALITY Perawat menjaga kerahasian informasi yang berkaitan dengan kesehatan klien 3. RESPECT FOR AUTONOMY Inform consent kepada klien 4. BENEFICIENCE Perawat meningkatkan kesejahteraan klien dan bekolaborasi 5. NON-MALEFICIENCE Perawat tidak menimbulkan injury pada klien setiap tindakan yang diberikan

41

KASUS KATARAK 13 September 2011

V. PATOFISIOLOGI

42

KASUS KATARAK 13 September 2011 VI. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian A. Pengumpulan Data Identitas Klien Nama Usia Alamat Jenis Kelamin Pekerjaan Agama Suku Bangsa : Tn. Ag : 62 tahun :: Laki-laki :::-

Tanggal Pengkajian : Diagnosa Medis Keluhan Utama P Q R S T : Pandangan kabur :: Mata ::: Katarak Senilis

Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang o Pandangan mata kanan kabur o Mata berair Riwayat Kesehatan Masa Lalu (Perlu dikaji, mungkin klien pernah mengalami trauma mata, riwayat penyakit mata) Riwayat Keluarga (Perlu dikaji adakah peenyakit yang diderita keluarga di masa lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang seperti penyakit Diabetes Melitus) Riwayat Psikososial o Intrapersonal (Perlu dikaji perasaan yang dirasakan klien sedih/cemas) o Interpersonal (Perlu dikaji hubungan dengan orang lain)
43

KASUS KATARAK 13 September 2011 B. Pemeriksaan Fisik Antropometri (Perlu dikaji) TTV (Perlu dikaji) Inspeksi Postur tubuh klien (Perlu dikaji) Kesimetrisan mata (Perlu dikaji) Alis dan kelopak mata (Perlu dikaji) Konjungtiva (Perlu dikaji) Sclera (Perlu dikaji) Kornea (Perlu dikaji) Pupil : Bulat sentral

C. Pemeriksaan Diagnostik Blurt Vision (+) Photophobia (+) Refleks cahaya (+) D. Pengelompokan Data Data Subjektif : Klien mengelum pandangan mata kanan kabur dan kadang berair Data Objektif :

1. Bulrt vision : + 2. Photopobhia : 3. Reflek cahaya : + 4. Lensa mata keruh seperti susus 5. Tidak nampak perdarahan pada retina

44

KASUS KATARAK 13 September 2011 2. Analisa Data No 1. DO : -Photophobia (+) -Blurred Vision (+) -Lensa mata keruh buram seperti susu -Refleks cahaya (+) -Pupil bulat sentral -Pemeriksaan funduskopi tidak terdapat perdarahan retina Data Fokus Etiologi Faktor degeneratif masa protein (lensa lebih cembung) Sel epitel lensa kehilangan organel-organelnya Serpihan-serpihan epitel membentuk fiber baru DS : Pandangan mata kanan kabur dan kadang berair Penumpukan protein pada lensa Lensa keruh KATARAK Lensa berwarna putih-kuninghitam Menghalangi sinar yang masuk ke kornea Mengaburkan bayangan semu yang ada di retina Blurred vision Resiko Cidera Masalah Resiko Cidera (Preoperasi)

45

KASUS KATARAK 13 September 2011 2. DO : -Photophobia (+) -Blurred Vision (+) -Lensa mata keruh buram seperti susu -Refleks cahaya (+) -Pupil bulat sentral -Pemeriksaan funduskopi tidak terdapat perdarahan retina Faktor degeneratif masa protein (lensa lebih cembung) Sel epitel lensa kehilangan organel-organelnya Serpihan-serpihan epitel membentuk fiber baru DS : Istri klien ingin mengetahui lebih banyak tentang operasi Penumpukan protein pada lensa Lensa keruh KATARAK Pembedahan Kurang Pengetahuan 3. DO : Faktor degeneratif DS : Pasien mengeluh sakit pada mata kanan nya pada saat menunduk sendalnya ketika masa protein (lensa lebih cembung) Nyeri ( Post-Operasi) Kurang Pengetahuan (Pre-Operasi)

mencari Fungsi metabolik terganggu Inhibisi Na-atapse (Na, Ca, K) Influx air
46

KASUS KATARAK 13 September 2011 Memblok pupil tekanan intra okuler Menekan saraf Refleks nyeri Persepsi nyeri Nyeri

3. Diagnosa Keperawatan Pre-Operasi 1. Resiko cidera b.d perubahan persepsi sensori d.d pandangan kabur 2. Kurang pengetahuan b.d dengan kurang informasi d.d keluarga klien ingin tau lebih banyak tentang operasi Post-Operasi 1. Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler d.d mata kanan klien sakit saat menunduk.

47

KASUS KATARAK 13 September 2011 4. Rencana Asuhan Keperawatan No 1. Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi cidera b.d perubahan persepsi sensori d.d pandangan kabur. Tujuan Tupen: Klien mampu mencegah aktivitas yang meningkatkan risiko cedera. Intervensi 1. Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping Tupan: Klien tidak mengalami cedera atau gangguan visual Mata kembali normal 3. Orientasikan pasien pada ruangan. yang memadai, menggunakan teknik bimbingan penglihatan. 2. Bantu pasien menata lingkungan. 2.Memanfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera. 3.Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan. 4. Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan 5. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma. 5.Tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih lanjut. 6. Gunakan prosedur yang memadai ketika 6.Cedera dapat terjadi bila wadah obat 4.kaca mata dapat melindungi mata terhadap cedera. Rasional 1.Menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan.

48

KASUS KATARAK 13 September 2011 memberikan obat mata. 2. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi d.d keluarga klien ingin tau lebih banyak tentang operasi. Tupen: klien/ keluarga klien mendapatkan informasi yang cukup berkaitan dengan proses operasi Mandiri 1. Diskusikan kemampuan klien sekarang untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri dan aktivitas sehari-hari klien Tupan: kembali ke rumah dan bisa merawat diri dengan aman dalam lingkungan yang telah disiapkan, mengembangkan rencana perawatan diri dalam perubahan hidup yang diinginkan. 3. Jelaskan rutinitas predan pasca operasi pada klien 2. Ajarkan klien aktivitas perawatan diri yang diperlukan 2. Meningkatkan kepatuhan klien. Klien harus memiliki pengetahuan sebeelum mereka dapat mengimplementasik an tindakan keperawatan di rumah. 3. Mrmberiksn informassi yang memadai kepada klien 4. Beri penjelasan pada klien terkait proses operasi 3. Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler d.d mata kanan klien sakit Tupen: Mandiri 1. Mengetahui intervensi lanjutan 4. Menurunkan tingkat kecemasan klien 1. Menentukan kebutuhan bantuan, karena sebagian didasarkan pada tingkat fungsi klien sekarang. menyentuh mata.

Menunjukkan skala 1. Instruksikan pasien nyeri berkurang


49

untuk

KASUS KATARAK 13 September 2011 saat menunduk. Tupan: Menunjukkan skala nyeri hilang menginformasikan kepada perawat jika pengurangan nyeri tidak dapat dicapai 2. Lakukan pengkajian ulang nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya. 3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan memenuhi kebutuhan rasa nyaman yang telah berhasil 4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (misalnya suhu ruangan, cahaya, dan kegaduhan) 5. Anjurkan klien untuk 5. Menurunkan TIO posisi semi-fowler 6. Hindari sentuhan pada area yang nyeri
50

2. Sebagai indikator menentukan intervensi lanjutan

3. Mengetahui sejauh mana keberhasilan intervensi dan sebagai indicator menentukan intervensi lanjutan 4. Meningkatkan raas nyaman

6. Kontak langsung dapat menyebabkan

KASUS KATARAK 13 September 2011 nyeri bertambah. 7. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi Kolaborasi 1. Berikan analgetik 1. Mengurangi rasa nyeri 7. Mengalihkan rasa nyeri klien

51

KASUS KATARAK 13 September 2011 DAFTAR PUSTAKA

Ilyas S., 2008. Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Istiqomah. Indriana N.2004. Askep Klien Gangguan Mata. Jakarta.EGC Radjiman T, dkk. Ilmu Penyakit Mata, Penerbit Airlangga, Surabaya, 1984. h:1-8.

Mason H. Anatomy and Physiology of the Eye, in Mason, H. & McCall, S. Visual Impairment: Access to Education for Children and Young People, David Fulton Publishers, London, 1999. p:30-38.

DAFTAR WEBSITE:

www.kosmojaya.com www.medicastore.com

52

Anda mungkin juga menyukai