Anda di halaman 1dari 25

PENILAIAN STATUS GIZI

ANAMNESIS DAN PENILAIAN STATUS GIZI SECARA KLINIS

DISUSUN OLEH :
NURHIKMA 14120200026
NADHILAH RAIHANAH 14120200038
SHAFIRA PUTRI ANUGRAH 14120200052
ZAKIAH 14120200105
AMALIA MAYSARAH ASHAR 14120200153

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022-2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT


atas luasnya limpahan rahmat dan hidayah-Nya hingga akhirnyaa makalah ini
dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam tidak luput
kita kirimkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, para
sahabatnya serta umatnya yang senantiasa iltizam si atas kebenaran hingga
akhir zaman.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Penilaian Status Gizi. Makalah ini terdiri dari BAB I Pendahuluan,
meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah dan Tujuan, BAB II Pembahasan,
dan BAB III Penutup.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun dan penulisan makalah ini
penuh keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran merupakan bagian yang senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Makassar, 30 Agustus 2022

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................II
DAFTAR ISI......................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah............................................................................4
1.3. Tujuan...............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................6
2.1. Penilaian Status Gizi Secara Klinis...................................................6
2.2. Keunggulan dan Keterbatasan Pemeriksaan Klinis.........................7
2.3. Riwayat Medis...................................................................................8
2.4. Anamnesis.......................................................................................18
2.5. Pemeriksaan Fisik...........................................................................20
BAB III PENUTUP..........................................................................................23
3.1. Kesimpulan.....................................................................................23
3.2. Saran...............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................24

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor di antara


nya bebas dari penyakit atau cacat, keadaan sosial ekonomi yang baik,
keadaan lingkungan yang baik, dan status gizi juga baik. Orang yang m
empunyai status gizi baik tidak mudah terkena penyakit, baik penyakit in
feksi maupun penyakit degeneratif. Status gizi merupakan salah satu fa
ktor penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun p
ada masyarakat kita masih ditemui berbagai penderita penyakit yang be
rhubungan dengan kekurangan gizi. Masalah gizi pada dasarnya merup
akan refleksi konsumsi zat gizi yang belum mencukupi kebutuhan tubuh
Seseorang akan mempunyai status gizi baik, apabila asupan gizi sesua
i dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang kurang dalam makana
n, dapat menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya orang yang asupan
gizinya berlebih akan menderita gizi lebih. (Sumarlin, 2009)
Jadi status gizi adalah gambaran individu sebagai akibat dari asupa
n gizi sehari-hari. Status gizi masyarkat dapat diketahui melalui penilaia
n konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif.
Cara lain sering digunakan untuk mengetahui status gizi yaitu dengan c
ara biokimia, antropometri ataupun secara klinis. Penilaian status gizi m
enjadi penting karena dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan ke
matian terkait dengan status gizi. Oleh karena itu dengan diketahuinya s
tatus gizi, dapat dilakukan upaya untuk memperbaiki tingkat kesehatan
pada masyarakat.(Sumarlin, 2009)

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana penilaian status gizi secara klinis?


1.2.2. Apa saja keunggulan dan keterbatasan pemeriksaan klinis?
1.2.3. Apa itu riwayat medis?
1.2.4. Apa itu anamnesis?

4
1.2.5. Seperti apa pemeriksaan fisik serta metode pemeriksaan fisik?

1.3. Tujuan

Mampu memahami dan menjelaskan mengenai apa itu anamnesis


dan penilaian status gizi secara klinis serta seperti pemeriksaan fisik
yang berhubungan dengan penilaian status gizi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penilaian Status Gizi Secara Klinis

Penilaian status gizi secara klinis dapat dilakukan dengan melihat


tanda (sign) dan gejala (symptom). Tanda tanda merupakan fenomena
yang dilaporkan oleh pemeriksa sedangkan gejala merupakan
fenomena yang dinyatakan oleh seorang pasien. Pemeriksaan klinik
mempelajari gejala yang muncul dari tubuh sebagai akibat dari
kelebihan atau kekurangan salah satu zat gizi tertentu serta mengamati
& mengevaluasi tanda-tanda klinis atau perubahan fisik yang
ditimbulkan akibat gangguan kesehatan & penyakit kurang gizi. Metode
ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi yang dapat dilihat pada
jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut,
dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan
tubuh seperti kelenjar tiroid. Setiap zat gizi memberikan tampilan klinis
yang berbeda, sehingga cara ini dianggap spesifik namun sangat
subjektif. (Par’i et al., 2015)
Berikut ini merupakan tanda dan gejala beberapa gangguan akibat
kekurangan gizi :(Iqbal & Puspaningtyas, 2020)
1. Kekurangan Energi Protein (KEP)
Tanda dan gejalanya dibedakan antara kwashiorkor dan marasmus.
Tanda dan gejala kwashiorkor adala pembengakakan kaki dan tan
gan, wajah sembab, otot kendur, rambut kemerahan dan mudah pu
tus, muka seperti bulan. Tanda dan gejala marasmus adalah brat b
adan kurang menurut umurnya, muka seperti orang dewasa, kulit k
eriput, rambut berwarna kemerahan dan agak jarang, kelihatan san
gat kurus dan tinggal tulang, diikuti dehidrasi.
2. Kurang Vitamin A (KVA)
Tanda dan gejalanya yaitu buta senja (pada senja hari kemampuan
melihat berkurang), dan xerophtalmia (kelainan pada mata)

6
3. Kurang Besi (anemia)
Tanda dan gejalanya yaitu cepat lelah, napas pendek, denyut jantu
ng kencang, susah buang air besar, nafsu makan kurang, kepala p
using, mata berkunang kunang, serta pucat pada wajah, bibir, telap
ak tangan, telapak kaki, kuku, dan lipatan pelupuk mata sebelah dal
am.
4. Kurang iodium
Tanda dan gejalanya yaitu pembesaran kelenjar gondok, gangguan
pertumbuhan fisik, hambatan mental, bisu-tuli.
5. Kurang Vitamin B12
Tanda dan gejalanya yaitu bibir pecah pecah, sudut bibir luka sobe
k, kulit sekitar hidung yang kering dan kasar berbentuk bintik bintik,
kornea mata banyak terdapat urat darah halus.

2.2. Keunggulan dan Keterbatasan Pemeriksaan Klinis

A. Keunggulan Pemeriksaan Klinis :


Aritonang (2010) menjelaskan tentang kelebihan dari penilaian klinis
sebagai berikut :
Bahwa pemeriksaan klinis disamping murah juga memungkinkan dil
akukan oleh siapa saja yang terlatih dengan pelatihan yang baik dan
supervisi yang rutin maka seseorang yang dapat dilatih untuk menge
nali secara dini tanda tanda klinis gangguan gizi (terutama yang bers
ifat spesifik, seperti avitaminosis A). Beberapa tanda dan gejala mis
alnya xerophtalmia, bitot pot dan rabun senja dapat dikenali. (Par’i et
al., 2015)
B. Keterbatasan Pemeriksaan Klinis :
1. Tidak Spesifik
Hal ini merupakan keterbatasan utama, khususnya pada kasus
kurang gizi ringan atau sedang. Beberapa tanda klinis kemungki
nan besar disebabkan oleh kekurangan lebih dari zat gizi. Misal
nya, cheilosis dan angular stomatitis yang berhubungan dengan
kekurangan masukan riboflavin dan masin, glositis disebabkan o
leh kurangnya masukan riboflavin, masin, asam flat dan vitamin

7
B12. Disamping itu masih ada beberapa factor non gizi yang ka
dang kadang memberikan gejala yang hamper sama. Contohny
a, gabaran klinis karena kurangnya masukan riboflavin juga bias
disebablan oleh infeksi jamur monilia.(Par’i et al., 2015)
2. Tanda Klinis yang Ganda
Seseorang dengan masukan berbagai zat gizi yang rendah (mis
alnya defisiensi protein dan zink, riboflavin, masin dan vitamin
C) mungkin menunjukkan gejalan klinis yang ganda.
3. Suatu Tanda dengan Dua Kemungkinan
Hal ini diartikan bahwa suatu tanda klinis bisa timbul pada masa
perjalanan penyakit atau pada masa pertumbuhan. Contohnya p
ada penderita kurang energi protein pembesaran hati bisa terjad
i pada saat sakit maupun saat penyembuhan.
4. Faktor Manusia (Pemeriksa)
Kesalahan atau perbedaan dalam penilaian oleh pemeriksa satu
dengan pemeriksa yang lainnya bisa terjadi karena perbedaan p
enanganan, keterampilan dan rasa bosan terutama pemeriksaa
n dilakukan secara massal (pada waktu survei). Disamping itu m
asih belum adanya batasan atau kriteria diagnosis yang dapat m
engakibatkan kesalahan atau perbedaan dalam diagnosis.
5. Tanda Tanda Kliniks dengan Gambaran yang Bervariasi
Tidak ada tanda atau gejala klinis berlaku untuk semua golonga
n usia dan seluruh negara. Beberapa tanda klinis dapat bervaria
si tergantung dari usia, etnis, riwayat gangguan gizi sebelumnya,
tingkat aktivitas, pola makan, dan sebagainya.

2.3. Riwayat Medis

Pemeriksaan klinis terbagi dua, yaitu:


1. Medical history (riwayat medis), yaitu catatan perkembangan penyak
it atau semua kejadian yang berhubungan dengan gejala yang timbu
l pada penderita beserta faktor faktor yang mempengaruhinya. (Par’i
et al., 2015)
a. Dalam Riwayat Medis

8
Mencatat semua kejadian kejadian yang berhubungan dengan g
ejala yang timbul pada penderira serta faktor yang mempengaruh
i timbulnya penyakit tersebut
b. Data Dikumpulkan
Data dikumpulkan dengan cara wawancara pada pasien dan kelu
arga (anamnesa) atau observasi pada rumah dan lingkungan pe
nderita
c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui penyebab masal
ah gizi primer seperti konsumsi makanan atau sebab lain seperti
penyakit penyerta, konsumsi obat dan genetic

Terdapat beberapa catatan dalam Riwayat Medis yaitu : (Vidyarini,


2019)
a. Identitas penderita : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
suku
b. Lingkungan fisik dan social budaya berkaitan dengan timbulnya p
enyakit (kondisi geografis, kandungan mineral tanah, adat istiada
t, kebiasaan, dan kepercayaan)
c. Sejarah timbulnya penyakit (kapan berat badan mulai turun, gejal
a muntah, serta adanya gejala gejala lain)
d. Data tambahan (penyakit lainnya seperti anemia, radang usus, p
enyakit infeksi atau kronis)

2. Pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati gejala gizi baik sign
(gejala yang diamati) dan symptom (gejala yang tidak dapat diamati
tetapi dirasakan oleh penderita gangguan gizi). Pemeriksaan klinis di
lakukan dengan memeriksa tanda-tanda yang muncul pada beberap
a organ misalnya rambut, gigi, wajah, mata, bibir dan lain-lain.
Riwayat medis atau tanda tanda klinis dikelompokan ke dalam bagian
berikut ini: (Par’i et al., 2015)
1. Rambut
Pada bagian rambut ditandai dengan:

9
a. Kurang bercahaya (lack of clustee) : rambut kusam dan k
ering
b. Rambut tipis dan jarang (thinness and aparness)
c. Rambut kurang kuat/mudah putus (straighness)
d. Tanda bendera (flag sign) dikarakteristikkan dengan pita
selang-seling dari terang/gelapnya warna sepanjang ram
but.
2. Wajah
Bagian wajah berhubungan dengan kekurangan gizi ditandai de
ngan:
a. Penurunan pigmentasi
b. Wajah seperti bulan
c. Pengeringan selaput mata
d. Bintik bitot
e. Pengeringan kornea
3. Mata
Bagian mata berhubungan dengan kekurangan gizi yang ditand
ai dengan:
a. Selaput mata pucat
b. Keratomalasia
c. Angular Palpebritis
d. Corneal vascularization
e. Conjunctival infection and circumcorneal
f. Corneal arcus
g. Xantromata
h. Corneal scars
4. Bibir
Tanda klinis pada bibir meliputi:
a. Angular stomatitis
b. Jaringan parut angular
c. Cheilosis
5. Lidah
Tanda klinis pada lidah meliputi:
a. Edema dari lidah

10
b. Lidah mentah atau scarlet
c. Lidah magenta
d. Atrofi papilla
Kelompok 2 : kemungkinan berhubungan dengan kekura
ngan gizi
e. Papila hiperamic dan hypertrophic
f. Fissures
Kelompok 3 : tak berhubungan dengan kekurangan gizi
g. Geographic tongue
6. Gigi
Tanda klinis gigi berhubungan dengan kekurangan gizi meliputi:
a. Mottled enamel
b. Karies gigi
c. Pengikisan (attrition)
d. Hipolasia email (enamel hypoplasia)
e. Erosi email (enamel erosion)
7. Gusi
Tanda klinis pada gizi berhubungan dengan kekurangan gizi ad
alah:
a. Spongy, bleeding gums
Kelompok 2 : kemungkinan berhubungan dengan kekura
ngan gizi
b. Recesion of gums.
8. Kelenjar
Tanda klinis yang berhubungan dengan kekurangan gizi adalah:
a. Pembesaran tiroid
b. Pembesaran parotid
Kelompok 2 : kemungkinan berhubungan dengan kekuranga
n gizi
c. Gynaecomastia
9. Kulit
Tanda klinis pada kulit berhubungan dengan kekurangan gizi ad
alah:

11
a. Xerosis: mengalami kekeringan tanpa mengandung air. T
anda-tanda kulit ini sangat berhubungan dengan lingkung
an (kondisi kotor, iklim), dan jarang terjadi dari genetik.
b. Follicular hyperkeratosis
Tipe 1: membentuk plak yang mirip duri, kulit sekitarnya k
ering dan kekurangan jumlah kelembaban normal. Kondis
i ini diistilahkan kulit katak.
Tipe 2: folikel rambut berisi darah atau pigmen, ada lingk
aran jingga di sekitarnya, kulit tidak selalu kering. Tandan
ya kurang jelas pada orang yang kulit gelap.
c. Petechiae: Membran berlendir ada bintik kecil pada kulit k
eduanya sulit terlihat pada orang gelap
d. Pellagrous: Pigmen berlebihan dengan atau tanpa pengel
upasan kulit. Terjadi pada bagian tubuh yg sering terkena
sinar matahari seperti dagu dan lengan depan. Akut : kulit
merah, bengkak, pecah2, gatal dan terasa terbakar. Kroni
s: kulit menebal, kasar disertai kering, bersisik dan berpig
men coklat
e. Flaky-paint rash: Berbintik atau belang, mengelupas serin
g mirip luka bakar pada tahap ke-2, biasanya pada pantat
dan bagian belakang paha. Ini disebut crazy pavement d
ermatosis.
1) Scrotal and vulval dermatosis. Lesi dari kulit skortu
m ato vulva sangat gatal
2) Mosaic dermatosis
f. Plak mosaic lebar tipis sering terdapat di tengah, tetapi c
enderung mengelupas pada sekelilingnya
g. Thickening dan pigmentation
h. Penebalan difusi dengan pigmentasi titik penekan. Area y
g terpengaruh bisa berkerut
10. Kuku
Tanda-tanda klinis pada kuku yaitu:
a. Koilonychia

12
Kuku berbentuk sendok pada orang dewasa atatau karen
a kurang Fe. Umumnya pada kuku jempol pada masyara
kat yang sering berkaki telanjang
11. Jaringan bawah kulit
Tanda jaringan bawah kulit berhubungan dengan kekurangan gi
zi adalah:
a. Bilateral edema
Pertama terlihat pada kaki dan mata kaki bisa meluas pa
da area lain dalam keadaan parah. Dapat diketahui deng
an memberi tekanan kuat selama 3 detik dengan satu jari
dibawah portion tibia. Positif jika terdapat lubang yang terl
ihat dan terasa.
b. Lemak bawah kulit
Estimasi dapat dilakukan dengan alat caliper
12. Sistem tulang dan otot
a. Tanda sistem tulang dan otot berhubungan dengan kekur
angan gizi adalah: Muscular wasting Dapat dideteksi den
gan pengamatan bisep atau trisep. Secara kasar dapat di
lihat pada kemampuan anak untuk mengangkat kepala d
an kemampuan bangun dari posisi tidur ke duduk
b. Craniotabes Melunaknya daerah tengkorak biasanya terj
adi pada tulang ocipital dan pariental
13. Sistem internal
a. Sistm gastrointestinal
b. Hepatomigali
c. Sistem saraf: perubahan mental
d. Sistem kardiovaskuler: ada pembesaran jantung
e. Sistem saraf pusat: kehilangan sensor dan daya gerak yg
lemah.
Adapun riwayat medis atau tanda dan gejala beberapa gangguan akibat
kekurangan gizi yaitu :
1. Tanda Tanda Klinis Marasmus
Cara memeriksa tanda-tanda Klinis Marasmus dan Kwashiorkor yaitu,
saat membuka pakaian anak untuk ditimbang, kemungkinan dapat terlihat

13
tanda-tanda klinis kurang gizi tingkat berat. Penting untuk mengetahui tan
da klinis marasmus atau kwashiorkor karena mereka membutuhkan pera
watan khusus yang segera, yang meliputi pemberian makanan khusus, p
emantauan pertumbuhan, pemberian obat seperti antibiotik, dan lain-lain.
Tidak tergantung berat badan, anak dengan gejala seperti ini harus seger
a dirujuk dan ditangani. Pada kekurangan gizi Marasmus akan ditandai:
a. Keadaan kurang gizi tingkat berat ini ditandai dengan anak sangat kur
us dengan penampilan tulang berbalut kulit. Hal ini disebabkan oleh k
ehilangan otot dan jaringan lemak sehingga wajah anak terlihat tua, tu
lang rusuk menonjol dan lipatan kulit pada pantat memperlihatkan seo
lah-olah anak sedang memakai celana longgar (baggy pants). Berat b
adan menurut umur dan berat badan menurut panjang/tinggi biasanya
sangat rendah. Sedangkan pada kekurangan gizi Kwashiorkor ditanda
i dengan penurunan berat badan tetapi tidak jelas karena ada edema
(bengkak akibat banyaknya cairan dalam jaringan tubuh). Anak terliha
t apatis, rewel, tampak sakit, dan tidak mau makan. Wajahnya bulat (k
arena edema), rambut tipis, jarang dan berubah warna, kulit kering da
n mengelupas.
Dalam modul Penilaian Pertumbuhan yang diterbitkan oleh Kementeri
Kesehatan RI, tahun 2011 menyatakan bahwa pada kekurangan gizi d
engan Marasmic kwashiorkor tanda klinis sebagai berikut.
b. Walaupun kwashiorkor dan marasmus menunjukkan gejala yang berb
eda, tetapi pada masyarakat yang banyak terdapat kasus gizi buruk, d
apat terjadi gejala campuran. Sebagai contoh seorang anak dengan k
eadaan sangat kurus seperti marasmus, disertai dengan gejala perub
ahan pada kulit dan rambut atau edema seperti pada penderita kwash
iorkor. Bagian atas badannya kurus, tetapi bagian bawah badan mem
bengkak dengan edema.
Edema pada kedua punggung kaki merupakan suatu tanda bahwa se
orang anak memerlukan rujukan, meskipun tanda-tanda klinis kwashio
rkor lainnya tidak terlihat. Edema harus terlihat pada kedua punggung
kaki. Jika bengkak hanya tampak pada satu punggung kaki, kemungki
nan disebabkan oleh hal lain misalnya infeksi. Untuk memeriksa edem
a, tekankan ibu jari anda dengan lembut pada punggung kaki beberap

14
a detik. Jika anak menderita edema, maka akan tampak cekungan ket
ika ibu jari diangkat. Seorang anak dengan edema pada kedua pungg
ung kaki dianggap menderita gizi buruk (severely underweight) tanpa
menilai hasil penimbangan. Walaupun anak ditimbang dan diukur panj
ang badannya, tetapi tidak untuk menentukan Indeks Massa Tubuh.
Di samping kekurangan gizi terdapat juga kelebihan gizi terutama keg
emukan dengan ditandai berbagai tanda klinis yaitu:
a. Hiperpigmentasi di daerah kuduk, lipatan ketiak dan lipatan paha
b. Iritasi dan lecet di daerah-daerah lipatan (intertrigo furunkulosis)
c. Blount disease (kaki pengkor)
d. Skoliosis (tulang belakang melengkung)
e. Anak berpayudara lebih besar
f. Nafsu makan berlebihan
g. Gangguan system pernapasan

2. Tanda Klinis Anemia


Anemia adalah suatu kondisi tubuh di mana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah
salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untu
k mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh.
Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Keku
rangan oksigen dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala a
ntara lain kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan akti
vitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan memb
entuk sel darah merah/eritrosit. Anemia merupakan suatu gejala yang har
us dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan sesuai dengan
penyebabnya. Penegakkan diagnosis anemia dilakukan dengan pemeriks
aaan laboratorium kadar hemoglobin/Hb dalam darah dengan mengguna
kan metode Cyanmethemoglobin (WHO, 2001). Hal ini sesuai dengan Pe
rmenkes Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Pusat Kesehatan Masyarakat.Remaja Putri dan Wanita Usia Subur mend
erita anemia bila kadar hemoglobin darah menunjukkan nilai kurang dari
12 g/dL.

15
Kekurangan gizi besi pada tahap awal mungkin tidak menimbulkan
gejala anemia tapi sudah mempengaruhi fungsi organ. Penderita kekuran
gan gizi besi jumlahnya 2,5 kali lebih banyak dari jumlah penderita anemi
a kekurangan gizi besi.
1) Penyebab Anemia
Ada 3 penyebab anemia, yaitu:
a. Defisiensi zat gizi :
1. Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merup
akan pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk pe
mbuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/
eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting dalam pembuatan
hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12.
2. Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS,
dan keganasan sering disertai anemia, karena kekurangan asu
pan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri
b. Perdarahan (Loss of blood volume)
1. Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang me
ngakibatkan kadar Hb menurun.
2. Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan
c. Hemolitik
1. Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai kar
ena terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi
(hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa.
2. Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara gene
tik yang menyebabkan anemia karena sel darah merah/eritrosit
cepat pecah, sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dala
m tubuh.
2) Gejala Klinis Anemia
Gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah 5 L (Lesu, L
etih, Lemah, Lelah, Lalai), disertai sakit kepala dan pusing (kepala mu
ter), mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, cepat capai serta s
ulit konsentrasi. Secara klinis penderita anemia ditandai dengan “puca
t” pada muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan telapak tangan.
3) Dampak Anemia

16
Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada remaja put
ri dan Wanita Usia Subur di antaranya:
a. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah
terkena penyakit infeksi
b. Menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangn
ya oksigen ke sel otot dan sel otak
c. Menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja.
3. Tanda Klinis Kekurangan Vitamin A
Kurang vitamin A akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubu
h terhadap penyakit yang berpengaruh pada kelangsungan hidup anak. K
elainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan d
an lengan atas bagian belakang, kulit tampak kering dan bersisik seperti i
kan.
Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KV
A yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bi
la anak menderita penyakit campak, diare, ISPA (infeksi saluran pernafas
an akut) dan penyakit infeksi lainnya.
1. Akibat kekurangan Vitamin A
a. Kurang Vitamin A (KVA) pada anak-anak yang berada di daerah p
engungsian dapat menyebabkan mereka rentan terhadap berbag
ai penyakti infeksi, sehingga mudah sakit
b. Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, di
are atau penyakit infeksi lain, penyakit tersebut akan bertambah p
arah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghamb
at kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat y
ang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh
c. Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan mengki
batkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak seger
a mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan
d. Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai risiko lebih tinggi
untuk menderita KVA karena ASI merupakan sumber vitamin A ya
ng baik.

4. Tanda Klinis Akibat Kekurangan Iodium/GAKI

17
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan g
ejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur iodium seca
ra terus menerus, dalam jangka waktu yang cukup lama. Kekurangan iodi
um memberikan gambaran klinik yang meliputi pembesaran kelenjar gon
dok, gangguan pertumbuhan fisik, hambatan mental, bisu-tuli. Gondok bi
asanya disertai dengan gejala-gejala yaitu malas dan lamban, kelenjar tir
oid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perk
embangan janin, dan bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang perma
nen serta hambatan pertumbuhan yang disebut kretinisme.

2.4. Anamnesis

Anamnesis atau keluhan pasien merupakan wawancara medis yan


g dilakukan oleh dokter terhadap pasiennya untuk memperoleh informasi
mengenai kondisi yang sedang dialami oleh pasien agar dokter dapat m
enyimpulkan diagnosis penyakit dari pasien tersebut (Markum, 2000). Tu
juan dari anamnesis adalah untuk mendapatkan informasi yang menyelu
ruh mengenai kesehatan pasien dan menjaga hubungan komunikasi yan
g baik antara dokter dan pasien secara profesional agar dokter dapat me
ngekspresikan empati terhadap pasiennya dan sebaliknya (Markum, 200
0). Berkomunikasi secara empatik termasuk salah satu aspek penting da
lam interaksi antara dokter dengan pasiennya, karena dapat memberika
n kepuasan tersendiri bagi pasien (Ohm et al., 2013). (Wiranata, 2013)
Anamnesis masih dianggap sangat penting untuk pengambilan ke
putusan klinis, menurut Bernard Lown mengatakan bahwa data yang dip
eroleh dari anamnesis dapat memberikan informasi sekitar 75% untuk m
embuat diagnosis penyakit pasien sebelum dokter melakukan pemeriksa
an fisik (Ohm et al., 2013). Pengambilan keputusan pada diagnosis medi
s ditentukan dari tiga hal yaitu, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil i
nvestigasi dari laboratorium (Hampton et al., 1975). (Wiranata, 2013)
Anamnesis dibagi menjadi dua jenis, yaitu autoanamnesis dan all
oanamnesis. Autoanamnesis adalah wawancara medis yang dilakukan s
ecara langsung antara dokter dan pasien itu sendiri, sedangkan alloana
mnesis dilakukan oleh dokter dengan keluarga pasien yang membawa p

18
asien tersebut ke dokter (Markum, 2000). Menurut penelitian Markum (2
000), data anamnesis dikelompokkan menjadi enam bagian data penting,
yaitu identitas pasien, riwayat penyakit sekarang (didahului dengan kelu
han utama), riwayat penyakit dahulu, anamnesis sistem, riwayat kesehat
an keluarga, dan riwayat pribadi terkait sosial, ekonomi, dan budaya.
Tahapan melakukan anamnesis ialah, Initial exploration (keluhan ut
ama); Further exploration (RPS, RPD, RPK), dan riwayat personal sosial
ekonomi lingkungan.
1. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien sangat mengganggu sehingga mend
orong pasien mencari pertolongan medik. Misalnya demam, nyeri ke
pala, muntah, luka, diare, batuk, nyeri perut
2. RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)
Riwayat perjalanan penyakit, menggambarkan kronologis penyakit s
ecara lengkap dan jelas dimulai dari masa sehat hingga masa awal
sakit. Seperti lokasi keluhan pasien, waktu perjalanan sakit yang dim
ulai dari awal timbulnya sakit, durasi sakit dan seberapa sering sakit
itu diderita. Kemudian menjelaskan dengan spesifik apa yang dirasa
kan/ dikeluhkan misal rasa nyeri seperi di tusuk dll.
3. RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)
Riwayat ini mencakup dari penyakit fisik maupun mental/ psikiatrik y
ang pernah diderita sebelumnya. Seperti, riwayat trauma, pernah op
name dll.
4. RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)
Penyakit dengan kecenderungan herediter atau penyakit menular ba
waan yang ada pada keluarga seperti, diabetes, alergi, lepra, TBC dl
l.
5. Riwayat Personal
Riwayat kehamilan, imunisasi dan kebiasaan gaya hidup (merokok,
konsumsi alkohol dll)
6. Sosial Ekonomi Lingkungan
Situasi pendidikan, pekerjaan, situasi rumah/keluarga dan kondisi lin
gkungan.

19
Pencatatan hasil dari anamnesis ditulis di suatu blangko khusus
yang sudah dirancang sebelumnya atau biasa dikenal dengan sebutan
“rekam medis”. Rekam medis ini bersifat rahasia yang dilindungi oleh h
ukum dan UU sehingga tenaga medis perlu menjaga dan merahasiaka
n hal tersebut kepada siapapun sampai ada izin dari pasien. Setelah it
u, akan ada rangkuman anamnesis yang mengungkapkan kembali den
gan singkat hasil dari anamnesis dengan kemampuan clinical reasonin
g. Dari hasil rangkuman tersebut akan digunakan sebagai tindak lanjut
untuk melakukan pemeriksaan klinis.

2.5. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses da


ri seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit. Pemeriksaan fisik (Head to Toe) merupakan pemeriksaa
n tubuh pasien secara keseluruhan atau hanya beberapa bagian saja y
ang dianggap perlu oleh dokter yang bersangkutan. Hasil pemeriksaan
akan dicatat dalam rekam medis. Pemeriksaan fisik dan rekam medis a
kan membantu dalam penegakan diagnosis dan perencanaan perawata
n pasien.(Kedokteran et al., 2021)
a. Tujuan Pemeriksaan Fisik
1. Mengumpulkan data kesehatan klien
2. Mengidentifikasi diagnosa
3. Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan
4. Mengevaluasi status fisiologi klien

b. Metode dan Langkah Pemeriksaan Fisik


Dalam pemeriksaan fisik dilakuka dengan beberapa langkah yaitu :
(Munthe, 2017)
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan metode pemeriksaan pasien dengan
melihat langsung seluruh tubuh pasien atau hanya bagian terten
tu yang diperlukan. Metode ini berupaya melihat kondisi klien de
ngan menggunakan ‘sense of again’ baik melalui mata telanjang

20
atau alat bantu penerangan (lampu). Inspeksi adalah kegiatan a
ktif, proses ketika perawat harus mengetahui apa yang dilihatny
a dan dimana lokasinya. Metode inspeksi ini digunakan untuk m
engkaji warna kulit, bentuk, posisi, ukuran dan lainnya dari tubu
h pasien.
Pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentr
asi untuk melihat pasien secara seksama, persistem dan tidak t
erburu-buru sejak pertama bertemu dengan cara memperoleh ri
wayat pasien dan terutama sepanjang pemeriksaan fisik dilakuk
an. Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciu
man untuk mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan lebih memvali
dasi apa yang dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan suara atau
bau dari pasien. Pemeriksa kemudian akan mengumpulkan dan
menggolongkan informasi yang diterima oleh semua indera ters
ebut yang akan membantu dalam membuat keputusan diagnosi
s atau terapi.
2. Palpasi
Palpasi merupakan metode pemeriksaan pasien dengan mengg
unakan ‘sense of touch’. Palpasi adalah suatu tindakan pemerik
saan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian t
ubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Tangan dan jari-jar
i adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulka
n data, misalnya metode palpasi ini dapat digunakan untuk men
deteksi suhu tubuh (temperatur), adanya getaran, pergerakan, b
entuk, kosistensi dan ukuran.
3. Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengar
kan bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermu
kaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilak
ukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh. P
erjalanan getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan
media yang dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Kar
akter bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, b
entuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat gelombang s

21
uara yaitu semakin banyak jaringan, semakin lemah hantaranny
a dan udara/ gas paling resonan.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan car
a mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya m
enggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang d
idengarkan adalah: bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

22
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari materi yang telah dipaparkan diatas dapat


disimpulkan bahwa penilaian status gizi secara klinis dapat dilakukan
dengan melihat tanda tanda serta gejala gejala yang mengakibatkan
kelebihan atau kekurangan salah satu zat gizi tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Adapun keunggulan pemeriksaan
klinis yaitu pemeriksaan klinis bisa dilakukan oleh siapa saja yang
terlatih.
Adapun Anamnesis atau keluhan pasien merupakan wawancara
medis yang dilakukan oleh dokter terhadap pasiennya untuk
memperoleh informasi mengenai kondisi yang sedang dialami oleh
pasien agar dokter dapat menyimpulkan diagnosis penyakit dari pasien
tersebut. Terdapat tahapan melakukan anamnesis yaitu mengetahui
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dulu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat personal, serta sosial ekonomi
lingkungan.

3.2. Saran

Setelah mempelajari dan membaca materi yang telah dipaparkan


diharapkan pembaca dapat memahami bahwa dalam melakukan
anamnesis dan penilaian status gizi secara klinis, harus dilakukan
secara cermat agar didapatkan hasil yang tepat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, M., & Puspaningtyas, D. E. (2020). Penilaian Status Gizi. Penerbit


Salemba.
Kedokteran, P. S., Kedokteran, F., Ilmu, D. A. N., & Yogyakarta, U. M. (2021).
Buku panduan ketrampilan medik.
Munthe, A. P. R. F. (2017). Pengkajian Dalam Proses Keperawatan
Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik Abstrak Latar belakang. Kesehatan,
1(1), 2–5.
Par’i, H. M., Wiyono, S., & Harjatmo, T. P. (2015). Penilaian Status Gizi. Syria
Studies, 7(1), 289–303.
https://www.researchgate.net/publication/269107473_What_is_governan
ce/link/548173090cf22525dcb61443/download%0Ahttp://
www.econ.upf.edu/~reynal/Civil
wars_12December2010.pdf%0Ahttps://think-asia.org/handle/11540/8282
%0Ahttps://www.jstor.org/stable/41857625
Sumarlin, R. (2009). Penilaian Status Gizi. American Journal of Research
Communication, 5(August), 12–42.
http://downloads.esri.com/archydro/archydro/Doc/Overview of Arc Hydro
terrain preprocessing
workflows.pdf%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.jhydrol.2017.11.003%0Ahttp://
sites.tufts.edu/gis/files/2013/11/Watershed-and-Drainage-Delineation-by-
Pour-Point.pdf%0Awww
Vidyarini, A. (2019). Pemeriksaan Klinis. Kedokteran, 49–51.
Wiranata, budiarto. (2013). Teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Kesehatan, 3(2000), 7.

24
25

Anda mungkin juga menyukai