Anda di halaman 1dari 11

KAPITA SELEKTA

Fosfor Merah
OLEH : BAIQ INTAN FEBRIYENI PUTRI
201910401011020

PEMBIMBING : dr. Hadi Wandono, Sp.PD, KGEH, FINASIM

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSU HAJI SURABAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


2019
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke
dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis
dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian.
Fosfor merah

 Fosfor merah dapat dibentuk dengan memanaskan fosfor


putih 300 ° C (572 ° F) tanpa adanya udara atau dengan
memaparkan fosfor putih ke sinar matahari  mengkristal
patofisiologi
Gas fosfin berikatan dengan HCl di lambung diserap ke
seluruh saluran pencernaan organ-organ memberikan efek
toksik sistemik yang melibatkan jantung, paru-paru, ginjal,
hepar dengan manifestasi aritmia, syok, asidosis dan edema
paru.
Setelah penyerapan fosfin dioksidasi menjadi asam oksi.
Fosfin diekskresikan dalam urin sebagai hipofosfit dan juga
melalui paru-paru dalam bentuk yang tidak berubah.
Selama inhalasi atau pernafasan setelah konsumsi 
cedera pada membran kapiler  cedera oksidatif
yang menyebabkan cedera paru akut.
Laporan penggunaan fosfor merah

Data toksisitas melaporkan yaitu inhalasi akut pada tikus, anjing, kelinci
didapatkan adanya :
Iritasi dan peradangan pada saluran pernapasan  dilihat dari Histo PA 
nekrotik, lesi inflamasi di dinding trakea dan laring, kongesti paru.
paparannya selama 1 jam dengan 111 mg /m3
Dampak fosfor merah

Letalitas akut
a. Pada manusia : atypical pneumonia, kematian (konsentrasi hingga
40mg/m3), semakin tinggi konsentrasi maka  terjadi paparan akut
tidak dapat ditoleransi.
Gejala awal berupa : kesulitan bernafas, iritasi pada mata dan
selaput lendir.
b. Hewan :
Tikus  gangguan pernapasan lebih parah, edeme paru, nekrosis dan
peradangan pada laring dan trakea dan kematian
Kelinci  kongesti ringan, dan nekrosis kortikal diginjal
Marmut  kesulitan bernafas, nekrosis dan peradangan pada laring dan
trakea
Penggunaan fosfor merah

1. Metamfetamin  meningkatkan neurotransmitter dopamine,


serotonin, NE pada sel neurotransmitter pada SSP  NE >>
peningkatan denyut jantung, palpitasi, anoreksia, midriasis.
Dopamin >>  delusi dan psikosis.

2. Pestisida golongan fumigant yaitu fosfid. Apabila fosfid itu tertelan


atau dikonsumsi dapat menyebabkan efek atau gejala klinis berupa
sakit kepala, pusing, mual muntah.
Tatalaksana
Kesimpulan

Paparan inhalasi terhadap asap fosfor merah atau asap dari karet fosfor /
butil merah secara konsisten menghasilkan iritasi dan radang pernapasan dan
pada konsentrasi yang lebih tinggi menyebabkan kematian. Di mana analisis
histopatologis dilakukan, pada manusia,tikus,dan kelinci, marmot dll
dikaitkan dengan lesi nekrotik dan inflamasi yang parah di laring dan trakea,
serta kongesti paru-paru dan edema. Namun, kelinci pada percobaan hanya
menunjukkan kongesti alveolar di paru-paru dan tidak ada lesi laring atau
trakea. Respons beracun terhadap fosfor merah dan karet fosfor merah /
butyl asap umumnya dikaitkan dengan kadar asam fosfat yang tinggi.
Penggunaan lainnya adalah pada stimulant dan pestisida. Tatalaksananya
adalah kedatangan awal, resusitasi, diagnosis, pemantauan intensif, dan
terapi suportif dapat memberikan hasil yang baik.
Daftar Pustaka

 Acute Exposure Guideline Levels, 2010, Red Phosphorus, Cas Reg. No. 7723-
14-0, pp 3-22
 Gurjar M, Arvin K, Afzal et al, 2011, Managing aluminum phosphide
poisonings, Journal Of Emergencies Trauma and Shock, Vol 4, No 3, pp 378-
384
 Rosesntein L, 2011, Red Phosphorus As A Reducing Agent, Journal of the
American Chemical Society (ACS Publication), Vol 42, No 5, pp 883
 Skinner H, 2011, Methamphetamine Synthesis Via Hydriodic Acid/Red
Phosphorus Reduction Of Ephedrine, Journal Of Forensic Science
International, Vol 48, No 2, pp 123-134

Anda mungkin juga menyukai