Anda di halaman 1dari 36

Berat Badan Lahir Rendah

( BBLR )
Nama kelompok :

 Devrianti Wahyuni P3.73.20.1.17.046


 Hermina Emelia P3.73.20.1.17.054
 Nafia Fadhia P3.73.20.1.17.062
 Safitri Pudjayanti P3.73.20.1.17.070
 Violita P3.73.20.1.17.078
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami
pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR
pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini
berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga
pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak
terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas. Perawat adalah bagian dari
pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada
ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu penulis tertarik membahas
tentang kasus BBLR pada bayi NY. “U” yang akan penulis bahas pada BAB berikutnya.
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada
masalah bayi berat lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi dengan berat badan lahir rendah
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pada bayi dengan berat badan lahir
rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan
hasil pengkajian prioritas masalah keperawatan dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan sehingga dapat
mengatasi masalah yang dihadapi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan pada bayi dengan bayi
berat badan lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
Penulis membatasi makalah ini mencangkup tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan
pada anak/bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
Penyusunan makalah ini terdiri atas empat (IV) bab yang disusun secara sistematis meliputi:
• BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup dan
sistematika penulisan makalah.
• BAB II : Tinjauan teoritis, berisi konsep dasar bayi berat badan lahir tentang
pengertian, anatomi fisiologi, etilogi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan
diagnostik dan penatalaksanaan
• BAB III : Tinjauan kasus, berisi tentang kasus fiktif dan analisa kasus pada
anak/bayi dengan bayi berat badan lahir
• BAB IV : Penutup yang terdiri atas simpulan dari isi
KONSEP DASAR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram
(sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :
a. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya. (Indrasanto, 2008)
Sistem
Pernafasa
n

Sistem
Sistem
Persarafa
Sirkulasi
n

BBLR
Sistem
Sistem
Pencerna
Urinarius
an
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan
bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang
pada bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-
paru pada dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Masalah besar
lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang
inadekuat.
system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu
mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah
karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu
yang belum berfungsi
Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor Lingkungan

1. Faktor penyakit 1. Hydroamnion 1. Tempat tinggal di


(toksemia 2. Kehamilan dataran tinggi
gravidarum, multiple/ganda 2. Radiasi
trauma fisik, dll) 3. Kelainan 3. Zat-zat beracun
2. Faktor usia kromosom

BBLR

Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap blm
subcutan kurang sempurna

Tidak dapat menyimpan Pernafasan belum sempurna Intake nutrisi tidak adekuat
panas

Asupan gizi kurang


O2 dalam darah CO2
Mudah kehilangan panas

Sel-sel kekurangan nutrisi


O2 dalam sel darah rendah Co2
kedinginan tinggi
Kerusakan sel

Asidosis respiratoris
hipotermi Penurunan
BB/kematian

Gangguan pertukaran gas


Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala lebih besar
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
h. Otot hipotonik lemah
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k. Kepala tidak mampu tegak
l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
m. Nadi 100 – 140 kali / menit
Pemeriksaan glucose
darah terhadap
hipoglikemia

Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan


Titer Torch sesuai
indikasi
Pemeriksaan kromosom
sesuai indikasi

Pemantauan elektrolit
Pemeriksaan sinar X sesuai
kebutuhan ( misal : foto thorax )
PENATALAK
SANAAN
Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB


3 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
ASUHAN KEPERAWATAN
• Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas
Sirkulasi normal (120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar
dapat menandakan duktusarteriosus paten (PDA).

Makanan/cairan • Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).

• Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran


Neuroensori kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin
mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar.

• Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak


Pernafasan teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-
60x/mt).

• Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.


Keamanan Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum.

• Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia


Seksualita mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun,
rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan
penumpukan cairan di rongga paru

Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak


subkotis tipis

Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan


immaturitas fungsi imunologik.

Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan
absorbsi makanan.
NO TUJUAN INTERVENSI

1. Setelah mendapat tindakan keparawatan 3x24 jam 1.1. Monitor pernafasan (kedalaman, irama,
tidak terjadi gangguan jalan nafas(nafas efektif)
frekuensi )
Kriteria Hasil : 1.2. Atur posisi kepala lebih tinggi
 Akral hangat 1.3. Monitor keefektifan jalan nafas, kalau kerlu
 Tidak ada sianosis lakukan suction.
 Tangisan aktif dan kuat 1.4. Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap 4 jam
 RR : 30-40x/mt 1.5. Perthankan pemberian O2
 Tidak ada retraksi otot pernafasan 1.6. Pertahankan bayi pada inkubator dengan
penghangat
1.7. Kolaborasii untuk X foto thorax

2. Setelah mendapatkan tindakan keperawatan 2.1. Pertahankan bayi pada inkubator dengan
3x24 jam tidak terjadi gangguan hipotermi kehangatan 37oC
Kriteria Hasil : 2.2. Beri popok dan selimut sesuai kondisi

 Badan hangat 2.3. Ganti segera popok yang basah oleh urine atau

 Suhu : 36,5-37oC faeces


2.4. Hindarkan untuk sering membuka penutup
karena akan menyebabkan fluktuasi suhu dan
peningkatan laju metabolisme
2.5. Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil

.
3. Setelah mendapat tindakan keperawatan 3x24 jam 3.1. Monitor tanda-tanda
tidak terjadi infeksi
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fungsiolaesa)
Kriteria Hasil : 3.2. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
 Tidak ada tanda-tanda dengan bayi
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fungsiolaesa) 3.3. Anjurkan kepada ibu bayi untuk memakai jas saat
 Suhu tubuh normal (36,5-37oC) masuk ruang bayi dan sebelum dan/sesudah kontak
cuci tangan
3.4. Barikan gizi (ASI/PASI) secara adekuat
3.5. Pastikan alat yang kontak dengan bayi bersih/steril
3.6. Berikan antibiotika sesuai program
3.7. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari

4.1. Kaji refleks menghisap dan menelan


Setelah tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
4.2. Monitor input dan output
4. gangguan nutrisi
4.3. Berikan minum sesuai program lewat sonde/spin
Kriteria Hasil :
4.4. Sendawakan bayi sehabis minum
 Diet yang diberikan habis tidak ada residu
4.5. Timbang BB tiap hari.
 Reflek menghisap dan menelan kuat
 BB meningkat 100 gr/3hr.
By. Ny. U (usia 1hari). Bayi tampak menangis lemah, reflek hisap belum ada,

KASUS berat bayi lahir sangat rendah yaitu 1060 gram. Bayi lahir pada tanggal 20 Agustus 2019 di
RSUD Kota Semarang secara spontan diusia kehamilan 30 minggu. Selain itu, setelah lahir
bayi tidak langsung menangus nilai APGAR Score yaitu 6 (asfiksia sedang), oleh karena itu
bayi sekarang dipindah keruang Perinatologi untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.

Ibu Klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya di bidan


tiap 2 bulan sekali. Selama kehamilan ditemukan riwayat penyakit kehamilan TORCH. G:3
P:1 A:2. Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu, ditandai dengan ketuban
pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam dan bayi lahir pada jam 14.45 WIB.
Panjang lahir 34 cm dan berat lahir 1060 gram. Setelah kelahiran bayi sempat tidak
menangis dan langsung dipasang kanul O2 dengan resusitasi selama 3 menit dengan nilai
APGAR Score 6, keadaan lemah, nafas tidak teratur.
Analisa kasus
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2019 jam 08.00 WIB
a. Identitas Data
1) Nama : By. Ny. U
2) Alamat : Jembangan Kec. Sukolilo Kab. Pati
3) Tanggal Lahir/ Umur : 20 Agustus 2019 / 1Hari
4) Jenis Kelamin : Perempuan
5) Agama : Islam
6) No. Register : 302468
7) Tanggal Masuk/ Jam : 21 Agustus 2019 jam 15.00
8) Diagnosa Medis : Neonatus Preterm, BBLSR, Asfiksia Berat,
Neonatus Infeksius
Nama Penanggung Jawab
1) Nama Ayah : Tn. W
2) Pendidikan : SMA
3) Pekerjaan : Wiraswasta
4) Ibu : Ny. U
5) Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
b. Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir sangat rendah yaitu 1060 gram.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi lahir pada tanggal 19 Agustus 2019 di RSUD Kota Semarang secara spontan diusia kehamilan 30 minggu
dengan berat bayi lahir yaitu 1060 gram. Selain itu setelah lahir bayi tidak langsung menangis dengan nilai apgar
score yaitu 4-5-6 (asfiksia sedang), oleh karena itu bayi sekarang dipindah keruang Perinatologi untuk mendapat
tindakan lebih lanjut.
d. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1) Pre Natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya di bidan tiap 2 bulan sekali. Selama kehamilan
ditemukan riwayat penyakit kehamilan TORCH. G : 3 P : 1 A : 2.

2)Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu, ditandai dengan ketuban pecah sebelum persalinan, lama
persalinan 1 jam dan bayi lahir pada jam 14.45 WIB. Panjang lahir 34 cm dan berat lahir 1060 gram.

3) Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dan langsung dipasang kanul O2 dengan resusitasi selama 3 menit
dengan nilai apgar score 4-5-6, keadaan lemah, nafas tidak teratur.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Genogram

Keterangan
= Laki-laki = Pasien
= Perempuan = Tinggal serumah

f. Riwayat Sosial
1) Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh perawat dan sesekali ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah sakit
2) Hubungan dengan Keluarga
Ibu klien bisa mengunjungi, melihat, dan menyentuh bayinya saat berkunjung mskipun bayi dalam incubator, sedangkan ayahnya tidak boleh
melihat bayinya karena sudah aturan dari pihak rumah sakit.
g. Pola Sehari-hari
1) Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam sekali sekitar 30 cc melalui selang
OGT
2) Eliminasi Urine dan Feses
Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna hitam, lembek cair, bau khas feses bayi. BAK
menggunakan pempers dan diganti setian 6 jam sekali dan terisi ± 100 cc
3) Istirahat dan Tidur
Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan merasa kotor setelah BAB dan BAK, rata-rata
tidur per hari yaitu 20-22 jam
4) Peran dan Hubungan
Keluarga mengatakan anak akan diasuh oleh orang tuanya sendiri, dan selama ini ibu bayi menengok
keruang perinatology
5) Toleransi Stress dan Koping
Klien menangis saat merasa lapar, tidak nyaman, dan saat kotor
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1 DS : - Resiko hipotermi Jaringan lemak subkotis tipis
DO :
- Akral sedikit dingin
- Lahir premature 30 minggu
- BBLRS 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Perawatan dalam incubator
2 DS : - Resiko Infeksi Prematuritas dan system imun
DO : yang tidak adekuat
- Keadaan umum lemah
- Lahir premature 30 minggu
- BB 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Lekosit 24.7/uL
3 DS : - Ketidakseimbangan nutrisi : Prematuritas, ketidakmampuan
DO : kurang dari kebutuhan tubuh mengabsorbsi nutrisi
- Terpasang selang OGT
- Reflek hisap lemah
- BB 1060 gram
- Terpasang infus umbilical D5%
4 DS : - Ketidakefektifan jalan nafas Penumpukan cairan di rongga
DO : paru
- Terpasang ventilator 2lt/menit
- RR 40x/menit
- Perkusi paru dullness
- Auskultsi paru ronkhi
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF

1 21/8/2019 Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan


penumpukan cairan dirongga paru

2 21/8/2019 Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan subkotis


tipis
3 21/8/2019 Ketidakefektifan nutrisi : kurang darin kebutuhan tubuh
berhubungan dengan prematuritas, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrisi

4 21/8/2019 Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas dan


system imun yang tidak adekuat
DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
TUJUAN TINDAKAN RASIONAL
1 Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan - Observasi TTV, cuping - Sebagai acuan penatalaksanaan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 hidung, retraksi dada tindakan
penumpukan cairan dirongga jam jalan nafas adekuat, - Berikan terapi O2
paru, penurunan ekspansi dengan kriteria hasil : 2lt/menit - Mensuplai O2 dalam tubuh
paru - Pernafasan adekuat - Posisikan klien semi - Memberikan rasa nyaman klien
16-30 x/menit fowler - Jalan nafas tidak ada sumbatan
- Perkusi paru sonor - Jaga kepatenan jalan
- Auskultasi vesikuler nafas : suction
- Tidak ada
penumpukan cairan
di paru
2 Resiko hipotermi Setelah dilakukan tindakan -Pantau suhu setiap 3 jam - Sebagai acuan penatalaksanaan
berhubungan dengan jaringan keperawatan selama 3x24 sekali tindakan
subkotis tipis jam hipotermi tubuh stabil , -Atur suhu incubator sesuai - Mengikuti program yang
dengan kriteria hasil : indikasi dianjurkan
- Suhu tubuh normal -Hindarkan bayi kontak
36-37,5°C langsung dengan sumber
- Akral hangat dingin/panas - Menjaga kenyamanan klien
- Bayi tidak menggigil - Ganti popok bila basah
3 Ketidakefektifan nutrisi : kurang Setelah dilakukan tindakan - Monitor BB klien - mengetahui perkembangan
dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 nutrisi bayi
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi terpenuhi , - Pasang selang OGT - membantu suplai nutrisi
prematuritas, ketidakmampuan dengan kriteria hasil : untuk tubuh
mengabsorbsi nutrisi - BB seimbang 2500-3500 - indikasi bayi mampu
gram - Kaji kemampuan reflek menyerap nutrisi
- Reflek hisap kuat hisap - mengatur keseimbangan
- Intake ASI adekuat cairan pada klien
- Monitor asupan intake dan
output cairan - asupan nutrisi bayi bisa
- Kolaborasi dengan ahli gizi tercukupi
untuk pemberian nutrisi
4 Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Pantau tanda gejala infeksi - Sebagai acuan
dengan Prematuritas dan system keperawatan selama 3x24 :suhu, lekosit, penurunan penatalaksanaan tindakan
imun yang tidak adekuat tidak terjadi infeksi, dengan BB
kriteria hasil : - Batasi jumlah pengunjung - Memberi kenyamanan pada
- Tidak ada tanda tanda klien
infeksi - Gunakan teknik aseptic - Agar tidak terjadinya infeksi
Jumlah lekosit dalam batas selama berinteraksi dengan pada klien
normal 5000-10000 klien
- Bersihkan incubator secara
- Menjaga incubator tetap
berkala
terjaga kebersihannya
- Berikan anti biotik sesuai
- Mencegah penyebaran
advis dokter infeksi
NO DX TANGGAL JAM TINDAKAN RESPON KLIEN TTD
1,2,3,4 21 Agustus 2019
08.00 - Mengobservasi ttv,cuping hidung retraksi dada S:-
O : Nadi : 132x/mnt , RR : 40x/mnt , S :
36,2
1 -Memberikan terapi O2 2ltr/menit
09.00 S:-
O : klien tampak terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2 98%

1 -Memposisikan semi fowler S:-


10.00 O: klien tampak nyaman dengan posisi
semi fowler

S:-
2 -Memantau suhu klien O : Suhu klien 36,2
10.30
-Memonitor BB klien S:-
3 O : BB : 1060 gram , LD : 26 cm , PB :
11.00 34cm , LK : 23cm

S:-
-Membersihkan incubator secara berkala O : Incubator tampak bersih
4
12.00
3 14.00 -mengkaji reflek hisap S:-
O : Reflek hisap klien tampak lemah
3 15.00 -memasang selang OGT S:-
O : Terpasang selang OGT pada klien
3 18.00 -mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi S:-
O : klien mendapat diit susu 30cc/OGT
1 21 Agustus 2019 - memberikan terapi O2 2lt/menit S:-
03.00 O : klien tampak terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2 88%
1 05.00 - menjaga kepatenan jalan nafas : suction S:-
O : Cairan dalam tabung suction tampak
jernih
1,2,3,4 10.00 - mengobservasi ttv,cuping hidung retraksi dada S:-
O : Suhu : 36°C Nadi : 100x/menit, RR :
48/menit

4 10.15 - memberikan anti biotik sesuai advis dokter S:-


O : klien mendapat terapi PO Ferlin drop
1x0,3cc
3 12.00 - mengkaji kemampuan reflek hisap S:-
O : reflek hisapklien masih tampak lemah
2 13.00 - mengatur suhu incubator sesuai indikasi S:-
O : Terlihat suhu incubator klien 34oC
4 17.00 - membatasi jumlah pengunjung S :-
O : tampak hanya ada satu pengunjung di
ruangan
3 17.30 - Memonitor asupan intake dan output cairan S:-
O : terlihat diit yang diberikan habis, tidak
ada residu
3 20.00 - mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi S:-
O : klien mendapat diit susu BBLR
30cc/OGT
1,2,3,4 21 Agustus 2019 - mengobservasi ttv,cuping hidung retraksi dada S:-
10.00 O : suhu : 36,4oC , nadi : 100x/menit RR :
45x/menit
1 10.20 - Memberikan terapi O2 2ltr/menit S:-
O : klien masih tampak terpasang ventilator
O2 2ltr/mnt dengan SPO2 90%
2 12.00 - Mengganti popok bila basah S : ( klien menangis)
O : klien tampak menangis saat popoknya
diganti
4 12.15 - menggunakan teknik aseptic selama berinteraksi dengan
klien

4 12.40 - memberikan anti biotik sesuai advis dokter S:-


O : klien terpasang infus umbilical 5%
dengan teraphi PO Ferlin drop 1x0,3cc
3 14.00 - mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi S : -
O : klien masih terpasang OGT dengan diit
30cc
NO
TANGGAL JAM EVALUASI TTD
DX
S:-
1 O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan SPO2 98% , auskultasi
paru : ronchi
A : Masalah teratasi sebagian
21-8-2019
P : Lanjutkan intervensi
14.00
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler
S:-
O : Suhu : 36,2
A : Masalah belum teratasi
14.00
2 P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
dingin/panas
S:-
O : BB : 1060gram
A : Masalah belum teratasi
14.00
P : Lanjutkan intervensi
3 - Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi

14.00
S:-
O : Hasil leukosit klien 24.7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit, penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- batasi jumlah pengunjung
4 - gunakan tekhnik aseptic selama berinteraksi dengan klien
S : -
1 21-8-2019 S : -
14.00 O : Cairan dalam tabung suction tampak jernih
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi
dada
- Posisikan klien semi fowler
S : -
2 14.00 O : Suhu : 36oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung
dengan sumber dingin/panas
S : -

3 14.00 O : Klien tampak masih terpasang OGT dengan diit


30cc
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output
cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi

S : -
4 14.00 O : Leukosit 24.7
A : Masalah belum teratasi
S : -
1 21-8-2019 O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan SPO2
14.00 90% , auskultasi : ronchi
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler
S :-
O : Suhu 36,4oC
2 14.00 A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
dingin/panas
- Ganti popok bila basah
S :-
O : Klien tampak masih terpasang infus umbilikel 5%

3 14.00 A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
nutrisi
S :
O : Hasil leukosit 24,7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4 14.00 - pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB

Anda mungkin juga menyukai