Anda di halaman 1dari 35

PENATALAKSANAAN

PERDARAHAN
POSTPARTUM
Definisi

◦ Perdarahan postpartum > kehilangan darah


sebanyak lebih dari 1000ml setelah kelahiran
dengan SC dan >500ml persalinan spontan.
◦ Perdarahan post partum dibagi menjadi :
◦ Perdarahan postpartum dini/primer (24 jam
postpartum)
◦ Perdarahan postpartum lanjut/ sekunder (24
jam-6 minggu postprtum)

Cunningham FG. Wlliams Obstetric. 23


edition. McGraw-Hill. New York : 2005
Etiologi
Etiologi dari perdarahan postpartum > 4 T :
◦ Tone : Atonia Uteri
◦ Trauma : Trauma traktus genitalia, ruptur uteri, inversio uteri
◦ Tissue : retained products of conception, adherent placenta
◦ Thrombin : gangguan koagulasi

Queensland Maternity and Neonatal


Clinical Guideline. 2009
Penilaian dan Terapi Awal
◦ Segera menentukan penyebab perdarahan dan pada saat yang
bersamaan dilakukan resusitasi  pertolongan dari orang lain
◦ Eksplorasi uterus s/d organ genitalia bawah
◦ Penilaian Airway, Breathing dan Circulation (ABC) pasien, monitor tanda
vital
◦ Laboratorium dasar
◦ Terapi awal  akses intravena dengan jarum nomor besar,
pemasangan kateter urin, dan pemberian oksigen
HAEMOSTASIS
◦ H (ask for HELP)
◦ Segera minta pertolongan , atau dirujuk kerumah sakit bila
persalinan di bidan / PKM.
◦ A (Asses and resuscitate )
◦ Nilai jumlah darah yang keluar (blood lost)
◦ Nilai kesadaran, tekadan darah , saturasi oksigen
◦ Lakukan pemasangan jalur infus disertai dengan pengambilan
specimen darah untuk memeriksa laboratorium.
◦ Lakukan uji crossmatch , elektrolit, kadar Hb dan profil
pembekuan darah
◦ Berikan cairan kristaloid secara cepat.
E (Establish aetiology,
Ensure availability of
blood)
◦ Tentukan etiologi
perdarahan
◦ Nilai kontraksi uterus
◦ Cari adanya cairan
bebas di abdomen
◦ Check kelengkapan
plasenta dan
selaput plasenta
Penemuan klinis perdarahan
postpartum
Penatalaksanaan langsung
berdasarkan etiologi penyebab
◦ Atonia uterus  masase uterus dan kompresi bimanual serta bila perlu
penambahan obat uterotonika
◦ Retensio jaringan konsepsi (plasenta)  manual plasenta -- masase,
kompresi
◦ bimanual dan pemberian uterotonika
◦ Laserasi jalan lahir  divisualisasi dan dilakukan penjahitan. Bila
terdapat rupture uteri maka laparotomi harus dilakukan.
◦ Abnormalitas pembekuan darah  tekanan langsung pada tempat
perdarahan sehingga dapat meminimalisasikan perdarahan yang
hilang

WHO Guidelines for the Management of Postpartum Haemorrhage and


Retained Placenta. 2009
◦ M (Massage the Uterus )
Perdarahan banyak yang terjadi setelah plasenta lahir, harus ditangani
dengan masase uterus dan pemberian obat-obat uterotonika .
Bila uterus tetap lembek, harus dilakukan kompresi bimanual interna
dengan menggunakan kepalan tangan kanan di dalem uterus dan
telapak tangan kiri melakukan masase di fundus uteri
INTERNAL BIMANUAL
COMPRESSION
External bimanual
compression
◦ O (Oxytocin infusion/ ergometrin/ prostaglandin)
◦ Dapat diberikan oksitosin 40 IU dalam 500 cc NS , kecepatan 125
cc / jam.
◦ Ergomtrin IM/IV 0,2 mg ( dapat diulang setelah 15 menit ) dosis
max 1mg atau 5 dosis perhari.
◦ Bila perdarahan masih perdarahan , berikan misoprostol per
rektal 800 – 1000 ug.

◦ S (Shift to theatre)
◦ Jika perdarahan masih tetap terjadi, evakulasi pasien keruang
operasi. Kompresi bimanual dilakukan selama ibu dibawa ke
ruang operasi.
◦ T (Tamponade intrauterine or uterine packing )
◦ Pada keadaan perdarahan masih berlangsung seteleah
langkah-langkah diatas , pikirkan juga ada kemungkinan
koagulopati dan atoni refrakter.
◦ Tamponade uterus dapat mengurangi perdahan -> memberikan
kesempatan untuk koreksi faktor pembekuan
◦ Tindakan ini dapat menghentikan perdarahan, mencegah
koagulopati karena perdarahan masif dan kebutuhan tindakan
bedah
Teknik Tamponade

Penggunaan:
◦ Sengstaken-Blakemore Tube
◦ Rusch Hydrostatic Urological Balloon
◦ Bakri Balloon
◦ Kateter Foley
◦ Kondom kateter hidrostatik
◦ Ataupun dengan cara klasik menggunakan
kassa tampon intrauterin
Arulkumaran, 2007 (46 penelitian), keberhasilan:
◦ Embolisasi arteri  90,7%
◦ Balon tamponade  84%
◦ Kompresi uterus dengan penjahitan  91,7%
◦ Ligasi arteri iliaka interna atau devaskularisasi uterus 
84,6%

Arulkumaran, Essentials of Obstetric, 2007


Sengstaken-Blakemore Tube
Rusch Hydrostatic : Urologic
Ballon
Bakri Ballon
◦ Introduksi kondom
menggunakan spekulum
◦ Bibir serviks bagian anterior dan
posterior dijepit dengan ring
forsep
◦ Kondom yang sudah diikat pada
ujung set infus/set transfuse
dimasukkan intra kavum uteri
dengan menggunakan tampon
tang
◦ Kondom digembungkan dengan
mengalirkan cairan dari selang infus
◦ Hingga ada tahanan atau perdarahan
berhenti, kemudian cairan infus ditutup
kembali.
◦ Cairan yang dimasukkan antara 250-
500 cc
◦ Maksimal bisa mencapai 2000 cc
Prinsip
Tekanan intrauterin yang cukup untuk menghentikan perdarahan :
◦ Balon memberikan tekanan intrauterin lebih besar dari tekanan sistemik
arteri
◦ Kassa gulung sebagai tampon ke dalam uterus menekan pembuluh
darah, sehingga perdarahan akan berhenti

Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guideline. 2009


Tamponad
e Uterus
A (Apply for Compression Suture )

◦ Teknik B-Lynch : teknik


penanganan perdarahan
pasca persalinan secara
operatif, dengan kompresi
terus menerus pada uterus
seperti halnya kompresi
bimanual, dengan
menggunakan teknik jahitan
vertikal pada uterus dan
horisontal pada segmen
bawah uterus,dengan kriteria
yg harus dipenuhi
sebelumnya.

Foley,Michael R. Obstetric Intensive


Care Manual. McGraw-Hill. 2011
B –Lynch uture Technique
◦ Keuntungan dari prosedur ini
adalah mudah dikerjakan dan
dapat mempertahankan fertilitas.
◦ Kerugian adalah masih
kurangnya data mengenai
efektivitasnya dan keamanan.

Foley,Michael R. Obstetric Intensive Care Manual.


McGraw-Hill. 2011
S (Systemic Pelvic
Devascularization)
◦ a. Ligasi a. uterine
◦ b. Ligasi a. hipogastrika
Ligasi arteri uterine
◦ Ligasi arteri uterine merupakan
cara untuk mengatasi
perdarahan dengan ligasi arteri
uterine bilateral
◦ Keberhasilan dalam mengatasi
perdarahan terbatas pada
kasus dengan mioma uteri,
laserasi intraluminal servikal, dan
plasenta akreta.
Ligasi arteri iliaka interna
(hipogastrika)
◦ Ligasi arteri hipogastrika lebih sulit dibandingkan dengan ligasi arteri
uterina, sehingga harus dikerjakan oleh seorang yang berpengalaman.
◦ Komplikasi dari tindakan ligasi arteri iliaka interna adalah : (1) dapat
menimbulkan gangguan aliran darah pada otot gluteus
(2) Arteri iliaka eksterna ikut di ligase sehingga menimbulkan
iskemi daerah pelvis
(3) cedera pada vena iliaka dan ureter.

WHO Guidelines for the Management of Postpartum Haemorrhage and Retained Placenta. 2009
Foley,Michael R. Obstetric Intensive Care Manual. McGraw-Hill. 2011
Embolisasi Arterial
◦ Pembuluh darah (arteri iliaka interna, uterine atau ovarika) dicapai
dengan cara kateter melalui arteri femoralis
◦ Keberhasilan dalam mengatasi perdarahan postpartum dengan
embolisasi arterial ini mencapai 85-95%.
◦ Menghindari tindakan operatif dan mempertahankan fertilitas.
◦ Komplikasi tindakan adalah perforasi pembuluh darah, hematoma,
infeksi dan nekrosis jaringan.

Foley,Michael R. Obstetric Intensive Care Manual. McGraw-Hill. 2011


S (Subtotal / total Hysterectomy)

◦ Indikasi histerektomi adalah atonia uteri, plasenta akreta, rupture uteri,


robekan pada seksio sesarea dan miom uteri.
◦ Histerektomi dapat dilakukan total atau subtotal tergantung pada
situasi klinis.
◦ Pilihan terakhir  histerektomi segera pada kondisi hemodinamik yang
tidak stabil dan pada perdarahan yang tidak teratasi setelah dicoba
dengan pemberian obat uterotonika dan teknik operatif lainnya

WHO Guidelines for the Management of Postpartum Haemorrhage and Retained Placenta. 2009
Foley,Michael R. Obstetric Intensive Care Manual. McGraw-Hill. 2011
LASERTASI JALAN LAHIR
Tatalaksana laserasi Jalan
lahir
Robekan perineum grade I -> jahit dengan catgut secara jelujur atau
jahitan angka delapan (Figure of eight)
Robekan perineum tingkat II ->
◦ jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi ,ratakan
terlebih dahulu. Pinggir robekan dijepit dengan klem, lalu gunting.
◦ Otot dan mukosa dijahit dengan menggunakan catgut baik dengan
metode interruptus atau jelujur. Jahita mukosa dimulai dari puncak
robekan.
◦ Robekan perineum tingkat III dan IV -> Rujuk

Anda mungkin juga menyukai