0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
33 tayangan38 halaman
1. Dokumen tersebut memberikan panduan lengkap mengenai tabel standar DHA (District Health Account) untuk mengumpulkan dan menganalisis data anggaran kesehatan secara komprehensif di tingkat kabupaten/kota.
2. Data anggaran dikumpulkan dari berbagai instansi pemerintah dan nonpemerintah, kemudian dikonversi ke delapan kategori mata anggaran DHA untuk memudahkan analisis.
3. Hasil analisis meliputi estimasi belanja ke
1. Dokumen tersebut memberikan panduan lengkap mengenai tabel standar DHA (District Health Account) untuk mengumpulkan dan menganalisis data anggaran kesehatan secara komprehensif di tingkat kabupaten/kota.
2. Data anggaran dikumpulkan dari berbagai instansi pemerintah dan nonpemerintah, kemudian dikonversi ke delapan kategori mata anggaran DHA untuk memudahkan analisis.
3. Hasil analisis meliputi estimasi belanja ke
1. Dokumen tersebut memberikan panduan lengkap mengenai tabel standar DHA (District Health Account) untuk mengumpulkan dan menganalisis data anggaran kesehatan secara komprehensif di tingkat kabupaten/kota.
2. Data anggaran dikumpulkan dari berbagai instansi pemerintah dan nonpemerintah, kemudian dikonversi ke delapan kategori mata anggaran DHA untuk memudahkan analisis.
3. Hasil analisis meliputi estimasi belanja ke
pelaksanaan DHA adalah bagaimana memperoleh data anggaran/belanja kesehatan selengkap mungkin.
• Belanja kesehatan terdapat diberbagai
instansi yang ada di kab./kota baik instansi pemerintah maupun non pemerintah. Dalam DHA, data anggaran kesehatan yang dikumpulkan adalah realisasi anggaran kesehatan.
Data realisasi anggaran pada instansi
pemerintah dapat dilihat pada dokumen: • SPM (Surat Perintah Membayar) • SAI (Sistem Akutansi Instansi) • Surat pengesahan pertanggung jawaban bendahara pengeluaran • Pertanggung jawaban realisasi APBD • Instansi Pemerintah, anggaran kesehatan terbesar berada di Dinkes dan RSUD. Instansi lainnya spt: Dukcapil KB, Dinas Sosial, BPMPD, PU, Dinas Pendidikan, Bag. Kesra Setda dll.
• Instansi Non Pemerintah dapat berasal dari
fasilitas pelayanan kesehatan swasta, LSM, Perusahaan Swasta dll. Untuk memperoleh data mengenai besaran pembiayaan kesehatan yang dikeluarkan oleh rumah tangga dapat dilakukan melalui analisis data Susenas. Data Susenas dapat mewakili kondisi penduduk sebuah kabupaten/kota.
Hasil analisis data Susenas untuk keperluan DHA sbb:
1. Rata-rata pengeluaran total rumah tangga per tahun. 2. Rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan per tahun. 3. Rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk asuransi kesehatan per tahun. 4. Total (kabupaten) untuk 1, 2, dan 3. 5. Rincian di atas menurut tingkat pengeluaran rumah tangga di bagi 5 tingkat (quintiles). • Setelah seluruh data pembiayaan kesehatan diperoleh, tahap selanjutnya adalah melakukan konversi biaya / anggaran kesehatan ke dalam 8 kelompok kode mata anggaran dimensi dalam DHA. Konversi ini adalah tahapan kegiatan untuk memberikan identifikasi dari setiap rupiah yang dikeluarkan ke dalam kode akutansi DHA yang ada.
• Untuk membantu proses konversi ini telah
disediakan instrument dalam Program Excell. Instrumen disusun berdasarkan 8 kode mata anggaran tersebut. Analisis data yang telah dimasukkan dalam spreadsheet dapat dilakukan dengan menggunakan program excell, yaitu dengan menggunakan pivot tabel.
Ada 3 langkah dalam analisis data yang perlu
dilakukan, yaitu: 1. Estimasi pengeluaran/belanja kesehatan per kapita. 2. Analisis Univariate. 3. Analisis Bivariate. Estimasi pengeluaran/belanja kesehatan per kapita
Belanja kesehatan per kapita total adalah “belanja
kesehatan total” dibagi dengan jumlah penduduk di kab./kota bersangkutan. Pertama, hitung jumlah angka dalam kolom pertama spreadsheet. Bagi jumlah tersebut dengan jumlah penduduk kab./kota pada tahun yang sama. Hasilnya adalah perkiraan belanja kesehatan per kapita di kab./kota tersebut. Analisis Univariate Analisis ini akan menghasilkan tabel frekuensi distribusi kategori biaya atau belanja untuk masing-masing dimensi DHA. Hasil perhitungan ini akan menghasilkan nilai absolute dan % pengeluaran untuk setiap dimensi DHA. Tabel-1 : Biaya/belanja kesehatan menurut sumber dana. Tabel-2 : Biaya/belanja kesehatan menurut pengelola dana. Tabel-3 : Biaya/belanja kesehatan menurut jenis kegiatan/fungsi. Tabel-4 : Biaya/belanja kesehatan menurut mata anggaran belanja (input produksi). Tabel-5 : Biaya/belanja kesehatan menurut penyedia pelayanan. Tabel-6 : Biaya/belanja kesehatan menurut program. Tabel-7 : Biaya/belanja kesehatan menurut jenjang kegiatan. Tabel-8 : Biaya/belanja kesehatan menurut kelompok penerima manfaat. 1. Tabel Sumber Pembiayaan (SB) • Sumber mana yang dominan dalam pembiayaan kesehatan daerah. • Melihat tingkat kemandirian daerah dalam pembiayaan kesehatan atau sebaliknya tingkat ketergantungan daerah terhadap anggaran pusat. • Sejauh mana peranan bantuan luar negeri (pinjaman atau hibah). • Angka-angka dalam tabel dibagi dengan jumlah total penduduk sehingga diperoleh biaya kesehatan per kapita. • WHO menyatakan anggaran kesehatan ideal : US $ 34/capita (sebagai patokan tentang kecukupan anggaran kesehatan di kab./kota. 2. Tabel Pengelola Anggaran (PA) • Menunjukkan berapa banyak instansi/organisasi yang mengelola anggaran kesehatan dan berapa besar peran masing-masing (perlunya koordinasi). • Menunjukkan sejauh mana desentralisasi anggaran kesehatan sudah diterapkan. • Menunjukkan sejauh mana asuransi/jaminan kesehatan sudah berperan. • Membandingkan peran Dinkes dan RSUD untuk menunjukkan apakah ada keseimbangan antara program kesehatan masyarakat dengan program pelayanan kuratif. 3. Tabel Jenis Penyelenggara Pelayanan (PL) • Memperlihatkan distribusi belanja kesehatan menurut penyelia/penyelenggara pelayanan kesehatan (membandingkan peranan faskes milik pemerintah, faskes milik swasta dan kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat atau LSM). • Perbandingan hasil DHA dalam beberapa tahun dapat menunjukkan perkembangan peranan faskes swasta dalam sistem pelayanan kesehatan kab./kota. 4. Tabel Jenis Kegiatan (JK) • Kinerja program kesehatan sangat ditentukan oleh kegiatan langsung seperti kegiatan pelayanan kuratif dan kegiatan kesehatan masyarakat di lapangan. • Apakah penyusunan anggaran sudah berbasis kinerja. • Idealnya porsi anggaran untuk kegiatan langsung harus lebih besar daripada porsi anggaran untuk kegiatan tidak langsung. 5. Tabel Jenis Mata Anggaran (MA) • Dapat mengungkapkan kebenaran sinyalemen adanya kecenderungan membelanjakan dana kesehatan untuk investas fsik dankurang untuk kegiatan operasional (membandingkan % belanja investasi, % belanja operasional dan % belanja pemeliharaan). • Dalam beberapa tahun dapat dibandingkan kenaikan biaya gaji relative terhadap biaya investasi. Salah satu kelemahan dalam anggaran pemerintah adalah kenaikan gaji relative stagnan dibandingkan dengan kenaikan biaya lain. Logikanya, kalau biaya investasi dan biaya operasional lain (selain gaji) juga naik, seharusnya biaya gaji juga naik karena terjadi kenaikan volume pekerjaan. • Memperlihatkan konsistensi belanja kesehatan dengan prinsip anggaran berbasis kinerja. Belanja yang cenderung tinggi untuk biaya investasi tidak efektif untuk meningkatkan kinerja. 6. Tabel Jenis Program (PR) • Memperlihatkan apakah belanja kesehatan sudah sesuai dengan prioritas program kesehatan. • Prioritas program kesehatan telah ditetapkan dalam beberapa peraturan dan komitmen, misalnya: PP 38 Tahun 2007, Permendagri 13 Tahun 2006 dan perubahannya, Kepmenkes 741 Tahun 2008 tentang SPM dan lain-lain. • Kalau sebagian besar belanja terpakai untuk Program Pengobatan Umum maka program- program lain kemungkinan kekurangan biaya. 7. Tabel Jenjang Kegiatan (JJ) • Perbaikan kinerja program sebagian besar ditentukan intensitas kegiatan di tingkat pelayanan (Puskesmas, RSUD) dan masyarakat. • Kalau anggaran belanja banyak di tingkat provinsi, ini menunjukkan staf kab./kota banyak menghabiskan waktu untuk berbagai kegiatan di tingkat provinsi (pelatihan, rapat koordinasi dll). • Kalau belanja kesehatan banyak di kab./kota, ada kemungkinan lemahnya intensitas kegiatan di tingkat kecamatan dan masyarakat. 8. Tabel Penerima Manfaat (PM) • Menunjukkan apakah daerah sudah cukup melakukan investasi SDM. • Belanja untuk kesehatan tenaga kerja/usia produktif berpengaruh terhadap produktifitas tenaga/angkatan kerja • Belanja untuk usila menunjukkan “care” sector kesehatan terhadap kesejahteraan penduduk lansia. Analisis Bivariate
Analisis ini akan menghasilkan table silang
(crosstabs) dua dimensi DHA (dalam satu table). Untuk setiap program akan muncul 7 tabel silang. Tabel-tabel bivariate tersebut berguna untuk melihat kinerja program tertentu, misalnya KIA, Imunisasi, Gizi dll. Tabel-tabel yang dilakukan analisis silang (crosstabs) : • Tabel-09 : Program Kesehatan menurut Sumber Pembiayaan (SB) • Tabel-10 : Program Kesehatan menurut Pengelola Anggaran (PA) • Tabel-11 : Program Kesehatan menurut Penyedia Pelayanan (PL) • Tabel-12 : Program Kesehatan menurut Jenis Kegiatan (JK) • Tabel-13 : Program Kesehatan menurut Mata Anggaran (MA) • Tabel-14 : Program Kesehatan menurut Jenjang (JJ) • Tabel-15 : Program Kesehatan menurut Penerima Manfaat (PM) • Tabel-16 : Mata Anggaran menurut Jenis Kegiatan Analisis silang diperlukan karena program kesehatan erat kaitannya dengan Human Capital Invesment dan Produktivitas Penduduk. Program Kesehatan yang dimaksud adalah :
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro