Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS BENCANA

KELOMPOK 1
BENCANA TERORISME
Bom Bali 2002 (disebut juga Bom Bali I) adalah
rangkaian tiga peristiwa pengeboman yang terjadi pada
malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Dua ledakan
pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di
Jalan Legian, Kuta, Bali, sedangkan ledakan terakhir
terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat,
walaupun jaraknya cukup berjauhan. Rangkaian
pengeboman ini merupakan pengeboman pertama yang
kemudian disusul oleh pengeboman dalam skala yang
jauh lebih kecil yang juga bertempat di Bali pada tahun
2005. Tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka
atau cedera, kebanyakan korban merupakan wisatawan
asing yang sedang berkunjung ke lokasi yang merupakan
tempat wisata tersebut. Peristiwa ini dianggap sebagai
peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.
LANJ
Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri
yang telah dibentuk untuk menangani kasus ini
menyimpulkan, bom yang digunakan berjenis TNT seberat
1 kg dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot
antara 50–150 kg.[
Serangan teroris pada Oktober 2002 di Bali merupakan
guncangan luar biasa bagi Indonesia dan masyarakat
internasional, yang sekaligus merusak citra Bali sebagai
tempat wisata yang damai dan aman.
RESPON PEMERINTAH PUSAT
Akhir November 2002, pemerintah pusat membentuk Tim
Koordinasi Pemulihan Pariwisata Nasional yang diketuai Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) dan terdiri dari
enam kelompok kerja (Pokja) yang masing-masing menangani
bidang:
(i) keamanan di tempat-tempat wisata
Mendapatkan anggaran dari pemerintah sebesar 100 miliar
dalam waktu jangka pendek pada tim pemulihan pariwisata
nasional.
(ii) promosi dan penyelenggaraan even
pemerintah menganggarkan dana sekitar Rp. 8 milyar untuk
Kantor Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata untuk
mengkoordinasi dan mempersiapkan kampanye dan even yang
merangsang kepariwisataan (sudah cair).
LANJ

iii) pembangunan prasarana


(iv) transportasi
(v) insentif anggaran dan
Pemerintah menganggarkan dana sekitar Rp. 12 milyar untuk
Kantor Menko Kesra untuk operasi penyelamatan, persiapan,
dan koordinasi (sudah cair).
(vi) jaring pengaman sosial (JPS)
Pemerintah menganggarkan dana sekitar Rp. 36 milyar untuk
pemulihan keamanan kepada Departement Pertahanan dan
Keamanan untuk program revitalisasi sistem keamanan
(sudah disetujui).
RESPON MASYARAKAT

Masyarakat internasional dengan cepat menanggapi krisis


Bali. Respon diberikan dalam bentuk restrukturisasi program
yang sudah ada untuk menanggulangi krisis maupun
komitmen untuk menyalurkan sumber daya baru.
LANJ

▪ Diprakarsai lembaga pemerintahan, Palang Merah Indonesia


(PMI), dan masyarakat Bali, dan dibantu oleh masyarakat
internasional, operasi tanggap darurat secara besar-besaran
dilancarkan selama mingguminggu pertama tragedi 12
Oktober 2002. Palang Merah Australia menyalurkan bantuan
awal dan jasa pelacakan (AUS $174.451), memasok tiga mobil
ambulan (AUS $281.000), meluncurkan proyek penyakit TBC
(AUS $400.000), menyalurkan bantuan kepada bank darah
setempat (AUS $250.000)
RECOVERY

Satuan Tugas Pemulihan Bali (PATA) dibentuk pada Desember


2002.
Satgas Pemulihan Bali yang dibentuk Pacific Asia Travel
Association (PATA) mengunjungi Bali dan memberikan
serangkaian rekomendasi yang berkaitan dengan upaya
pemulihan pariwisata Bali dan Indonesia, yaitu: • Semua
unsur yang terkait dengan pariwisata Bali harus bersatu untuk
menghasilkan satu agenda kegiatan. • Mengambil langkah-
langkah guna melakukan perencanaan pariwisata 57 Bab 3:
Respon secara cermat yang melingkupi permasalahan-
permasalahan dibidang keselamatan dan keamanan. •
Perumusan Rencana Penanganan Krisis Terpadu untuk Bali. •
Membangun kembali dan meluaskan 'nama' Bali agar
mencakup semua kebudayaan dan pusaka budaya. •
Memasarkan 'nama' Bali melalui pasarpasar kontemporer dan
kemitraan dibidang pemasaran.
KEWASPADAAN

Prioritas jangka pendek adalah kewaspadaan keamanan,


pelaksanaan program-program yang sudah ada, dan
monitoring dampak. Pemajuan lingkungan yang aman. Bali
dan industri pariwisata Indonesia membutuhkan upaya-upaya
berkelanjutan yang menangani ancaman terorisme dan
kekerasan dan menciptakan lingkungan yang aman bagi
penduduk Indonesia maupun wisatawan.
LANJ
Lingkungan yang aman merupakan prasyarat bagi upaya-upaya
revitalisasi sektor swasta dan membantu upaya masyarakat yang
berkelanjutan. Untuk itu dibutuhkan:
a. Ringkasan Eksekutif Pada tingkat nasional, pemerintah
melanjutkan upaya untuk mencegah serangan-serangan di
masa mendatang.
b. Bantuan untuk upaya Pemerintah Indonesia untuk menguatkan
dialog dan kerjasama efektif antara sektor swasta, masyarakat,
dan kepolisian untuk memastikan partisipasi semua pihak yang
berkepentingan dalam menciptakan lingkungan yang aman.
c. Bantuan untuk upaya profesionalisasi kepolisian dan
mengembangkan proyekproyek percontohan pemolisian
masyarakat yang terarah dan berbasis wilayah di daerah-daerah
rentan, yang bertujuan untuk memantapkan hubungan polisi-
masyarakat dan perancangan prakarsa-prakarsa pencegahan
ketegangan sosial dan tindak kekerasan.
GAMBAR
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai