Anda di halaman 1dari 15

Pendidikan Agama

Membumikan Islam di Indonesia Islam B


(UXN11012)

MUHAMMAD ALPARADI,
S.Pd.I.,M.Pd.I

Kelompok 9
1. Rahayu Rizki Putri (1903112281)
2. Erfa Julia S (1903112274) Prodi S-1 Matematika 2019
3. Lina Dini Ningsih (1903113215 )
Jurusan Matematika

FMIPA
Membumikan Islam Di
Indonesia

Islam dalam bentuk dasarnya adalah wahyu Allah yang merupakan


sesuatu yang nirbahasa,juga bermanifestasi dalam bentuk tanda-tanda
(āyāt) yang difirmankan. Wahyu dalam bentuk asalnya ditempatkan
disebut dengan lauh al-Mahfuz, dari sana ia memancarkan dirinya
melalui tanda-tanda (āyāt) yang terdapat dalam seluruh ciptaan Allah
Transformasi Wahyu dan Implementasinya terhadap
Corak Keberagaman
Membumikan Islam Di
Indonesia Perbedaan Ekspresi dan Praktik Keberagaman

Pribumisasi Islam dari Aspek


Historis,Sosiologis,Teologis, dan Filosofis

Urgensi Pribumisasi Islam

Pribumisasi Islam sebagai Upaya Membumisasikan Islam


di Indonesia
Transformasi Wahyu dan
Implementasinya Terhadap Corak

Ayat

Wahyu


Corak
Wahyu Nirbahasa
Muhkamat
High Tradition
Wahyu yang
Low Tradition
Mutasyabihat


Islam
Difirmankan

Keberagaman
High
Tradition

ISLAM
Low Tradition
High Tradition Low Tradition

Kebenaran islam mutlak Islam dalam kandungan nash


dibaca,dimengerti,dipahami,kemudian
ditafsirkan dan dipraktikkan dalam
masyarakat yang situasi dan kondisinya
berbeda-beda.
Islam adalah firman Allah SWT
yang menjelaskan syariat-syariat
-Nya yang dimaksudkan sebagai
petunjuk bagi manusia untuk
mencapai kebahagiaan di dunia Islam yang terkandung dalam
dan akhirat,termaktub dalam nash nash (teks suci) bergumul
(teks suci) kemudian dihimpun dengan realitas sosial pada
dalam shuhuf dan Kitab Suci (Al- berbagai masyarakat yang
Quranul Karim) berbeda secara kultural.
WAHYU

WAHYU NIRBAHASA WAHYU YANG DIFIRMANKAN

Tanda-tanda,instruksi,arahan,nasihat,pelajaran Tanda-tanda,instruksi,arahan,nasihat,pelajaran
dan ketentuan Allah yang nirbahasa,dan dan ketentuan Allah yang difirmankan melalui
mewujud dalam alam semesta dan utusan-Nya (malaikat) dan diakses secara
isinya,termasuk dinamika sosial budaya yang khusus oleh orang-orang pilihan yang disebut
terjadi di dalamnya sebagai nabi dan rasul
Ayat - Ayat

Menurut Sahrur, dalam “Al-Quran wa al-Kitab”,


• Tanda tanda Allah yang ditangkap secara universal disebut
dengan ayat-ayat muhkamat. Ayat-ayat muhkamat dibaca dan
dimaknai secara komprehensif oleh nabi/rasul,kemudian
dijadikan sebuah pelajaran,nasihat,ketentuan,instruksi,dan
informasi dari Allah yang berbentuk bahasa.

• Tanda tanda yang dibaca secara berbeda-beda sesuai dengan


perkembangan kemampuan nalar manusia disebut dengan ayat-
ayat mutasyabihat
Wahyu nirbahasa sebagai ayat yang terbentang,akan tetapi baru
diidentifikasi sebagai sebutan manakala ia telah dipersepsi oleh nabi dan
rasul.

Wahyu yang difirmankan sebagai alat untuk menjawab beberapa


permasalahan yang tidak ditemukan jawabannya dalam tanda-tanda Allah
yang terbentang, untuk memotivasi manusia agar semakin detail dalam
membaca dan memahami alam yang terbentang,sehingga bisa
memperoleh makna dari setiap fenomena

Faktor sosial-budaya dan bakat intelektual yang dimiliki oleh masing-


masing nabi membuat wahyu terfirman dengan teknik dan content yang
berbeda.
Dalam Islam,wahyu diakses oleh Nabi Muhammad SAW dan disebut Al-Quran. Al-Quran
Al-Karim merupakan bentuk relasi antara nalar manusia,wahyu terbentang, dan karunia
rahmat Allah. Mulanya Al-Quran disampaikan secara lisan,sesuai dengan tuntutan
konteks situasional waktu diturunkan, yaitu pertanyaan tentang sebuah
masalah,problematika sosial-budaya yang harus dicari solusinya,dan misi kenabian
untuk merombak budaya suatu umat.

Pada zaman nabi, Al-Quran sering kali menggunakan ragam ungkapan dan ekspresi
kebahasaan yang mengedepankan keterbukaan dan pemaknaan yang dinamis,selama
tidak menyimpang dari konteks komunikasi. Al-Quran adalah pedoman gerak dan
bersikap sehingga begitu mendengar wacana lisan Al-Quran umat manusia dapat
langsung memfungsionalisasikan dalam realita kehidupan. Implikasinya, nabi banyak
menoleransi berbagai model pembacaan Al-Quran asalkan masih sejalan dengan tujuan
agama yaitu untuk menyucikan jiwa agar manusia dapat tunduk dan patuh kepada
Allah. Berbagai model pembacaan Al-Quran mengacu pada tiga aspek utama,yaitu teks
Al-Quran sebagai sebuah kesatuan tema,konteks historis,dan konteks pembacaan.
Perbedaan pembacaan terhadap mushaf Al-Quran dan Hadits
menimbulkan epistemologi pemahaman beragama yang berbeda pula
termasuk dalam penetapan hukum.
Perbedaan epistemologi dalam penetapan hukum menurut Abdul Fatah
al-Bayanuni, yaitu:
• Perbedaan mengenai kaidah-kaidah ushul .

• Perbedaan dalam memahami dalil


• Perbedaan dalam menyikapi dalil yang bertentangan
• Perbedaan dalam menetapkan sumber hukum
Perbedaan epistemologi beragama tersebut
berimplikasi pada perbedaan ekspresi dan praktik
beragama dalam sebuah komunitas, ditambah
dengan perbedaan konteks social-budaya, politik,
dan geografis.

Sebagai contoh: bangsa Maroko lebih memilih


menggunakan mazhab Maliki dibandingkan mazhab-
mazhab lainnya, sedangkan di Indonesia mazhab
Syafi’i lebih banyak digunakan dibandingkan
mazhab lainnya.

Dengan modernitas dan globalisasi,Islam


merupakan nilai universal yang harus beradaptasi
dengan nilai-nilai budaya lokal untuk menghasilkan
suatu norma dan budaya tertentu.
Benar-Salah dalam Ber-Islam

Tidak sepatutnya kita mencari benar salah dalam ber-Islam.


Namun,yang lebih baik adalah mencari cara ber-Islam yang lebih
tepat atau sesuai cara dengan situasi kondisi yang melingkupinya.
Kesesuaian dan ketepatan dalam ekspresi beragama ditentukan oleh
konteks budaya,geografis,dan historis. Perbedaan ekspresi tersebut
semakin memperkaya corak dan model keberagaman di internal
umat islam yang semakin memperkaya khazanah budaya Islam dan
memperkokoh Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Anda mungkin juga menyukai