Disusun Oleh : 1. Fahmi Kurniadi 1. Abd. Gafur 2. Fitrotunnur Fidri W 2. Abd. Majid 3. Ismi Nurlaily S 3. Cindy Angela H 4. Moh As’ad 4. Dandi Purwanto 5. Septiana Icha S 5. Elsya Faradima 6. Zhadella Nuril F Kasus Pada tanggal 25 Januari 2018, ada seorang pasien berumur 57 tahun datang ke IGD bersama keluarganya. Keluarga mengatakan bahwa pasien ditemukan tidak sadarkan diri ± 1 jam yang lalu di sawah dekat rumahnya, pasien diduga kelelahan saat bekerja. Setelah dilakukan pengkajian, oleh dokter di perintahkan untuk dirawat di ruang ICU. Setelah masuk ruang ICU, keluarganya dipanggil untuk dimintai keterangan perihal BPJS, uang perawatan selama sehari, alat dan obat yang harganya tidak murah. Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak mempunyai BPJS. Keluarga bingung menanggung biayanya karena berasal dari keluarga kurang mampu. Sehingga keluarganya meminta pasien untuk dipulangkan saja dan akan dirawat di rumah. APS Pulang paksa/Pulang Atas Permintaan Sendiri adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masih memerlukan rawat inap dan belum diperbolehkan pulang. Tetapi atas permintaan sendiri atau keluarga memutuskan untuk pulang atau menghentikan rawat inap di rumah sakit. Tanggung jawab atas kejadian yang dialami oleh pasien setelah pulang paksa menjadi tanggung jawab pasien sendiri atau keluarga yang memutuskan. Hal ini dituangkan dalam surat pernyataan yang harus di tanda tangani oleh pasien, petugas rumah sakit, dan saksi. APS merupakan hak otonomi pasien. Ketika pasien pulang, pasien harus paham diagnosis dan rencana pelayanan medis yang akan dikerjakan oleh dokter. Setelah mendapat penjelasan dan memahami penjelasan tersebut, keputusan pasien untuk menerima rencana pelayanan atau tidak dapat dibuat dengan tepat. Sebelum pasien pulang, staf keperawatan harus mematuhi langkah-langkah berikut : 1) mengkaji status pasien, 2) memberi tahu dokter yang memeriksa pasien dan memberitahukannya tentang; permintaan pasien untuk pemulangan, alasan pasien (seperti yang dinyatakan oleh pasien), pengkajian terhadap kondisi mental dan fisik pasien yang terakhir, adanya informasi penting lain berkaitan dengan permintaan tersebut. Pelayanan kesehatan yang berkualitas di rumah sakit menjadi harapan bagi masyarakat untuk membantu mereka dalam mengatasi masalah kesehatan yang mereka hadapi. Pelayanan kesehatan yang berkualitas akan mempersingkat waktu ekonomis masyarakat yang terbuang karena dirinya atau keluargnya sakit dan sebaliknya apabila pelayanan kesehatan kurang optimal akan memperpanjang waktu perawatan di rumah sakit yang berdampak pada menurunnya produktifitas. Rumah Sakit memiliki peran yang strategis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standard yang ditetapkan (Kemenkes, 2008). Ketidakpuasan pasien dan keluarga pada pelayanan kesehatan di rumah sakit seringkali menyebabkan konflik dalam diri pasien sendiri maupun keluarganya terhadap pemberi pelayanan sehingga memicu ketegangan. Kejadian yang sering terjadi dari ketidakpuasan pasien atau keluarga terhadap pelayanan di rumah sakit adalah meminta pindah ruang perawatan, pindah rumah sakit (dirujuk) atau meminta pulang paksa bahkan ada yang memilih kabur (Gunawan, 2013).