Anda di halaman 1dari 8

BAKTERI

CLOSTRIDIUM TETANI
Kelompok 5 :
Bella Anggraini
Dhita Eka
Eka Tyas
Isti Masyfufah
Kenyo Alfiani Hestiningtyas
KLASIFIKASI BAKTERI
CLOSTRIDIUM TETANI
Bakteri Clostridium
Tetani Klasifikasi Ilmiah
 Kingdom : Bakteri
 Filum : Firmicutes
 Kelas : Clostridia
 Ordo : Clostridiales
 Keluarga : Clostridiaceae
 Genus : Clostridium
 Spesies : C. tetani

Nama binomial
Clostridium tetani
Sejarah
 Tetanus dikenal orang-orang kuno, yang mengakui hubungan antara
luka dan kejang otot fatal. Pada tahun 1884, Arthur Nicolaier
mengisolasi strychnine -seperti toksin tetanus dari hidup bebas,
bakteri tanah anaerob. Etiologi penyakit ini lebih lanjut dijelaskan
pada tahun 1890 oleh Antonie Carl dan Giorgio Rattone , yang
menunjukkan transmissibility tetanus untuk pertama kalinya. Mereka
menghasilkan tetanus pada kelinci dengan menyuntikkan saraf siatik
dengan nanah dari kasus tetanus manusia fatal dalam tahun yang
sama.

 Pada tahun 1889, C. tetani diisolasi dari korban manusia, oleh


Kitasato Shibasaburō , yang kemudian menunjukkan bahwa
organisme bisa menghasilkan penyakit ketika disuntikkan ke
binatang, dan bahwa toksin bisa dinetralkan oleh spesifik antibodi .
Pada tahun 1897, Edmond Nocard menunjukkan bahwa tetanus
antitoksin diinduksi kekebalan pasif pada manusia, dan dapat
digunakan untuk profilaksis dan pengobatan. Tetanus Vaksin toksoid
dikembangkan oleh P. Descombey pada tahun 1924, dan secara luas
digunakan untuk mencegah tetanus disebabkan oleh luka
Karakteristik

Berbentuk batang bakteri ini bersifat Gram positif

sangat kuat karena mereka


tahan terhadap panas dan Bersifat Pantogen
sebagian antiseptik

Syarat hidup optimalnya adalah berukuran panjang 2-5 mikron,


pada kondisi tidak ada oksigen lebar 0,4-0,5 mikron, serta
(anaerob) dapat bergerak
SIKLUS HIDUP
Proses Patogenesis
 Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di alam, tanah,
kotoran manusia dan hewan terutama kuda peliharaan dan di
daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa
berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan
jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan
kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser
yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari
kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada
pembedahan, (Indirasari, 2014).
 Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia biasanya
melalui luka dalam bentuk spora. Penyakit akan muncul bila
spora tumbuh menjadi bentuk vegetatif yang menghasilkan
tetanospasmin pada keadaan tekanan oksigen rendah, nekrosis
jaringan atau berkurangnya potensi oksigen. Masa inkubasi dan
beratnya penyakit terutama ditentukan oleh kondisi luka.
Beratnya penyakit terutama berhubungan dengan jumlah dan
kecepatan produksi toksin serta jumlah toksin yang mencapai
susunan saraf pusat, (Indirasari, 2014).
Pengobatan
Pemberian Pemberian
Antibiotik Antikolvusan
Diberikan parenteral Peniciline . Penyebab utama kematian
Bila sensitif terhadap peniciline, pada tetanus neonatorum
obat dapat diganti dengan preparat adalah kejang klonik yang
lain seperti tetrasiklin . Antibiotika hebat, muscular dan
ini hanya bertujuan membunuh laryngeal spasm beserta
bentuk vegetatif dari C. tetani, komplikaisnya. Dengan
bukan untuk toksin yang penggunaan obat – obatan
dihasilkannya. sedasi/muscle relaxans,
diharapkan kejang dapat
Pemberian diatasi.
Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus
Immunoglobulin (TIG) dengan dosis 3000-6000 U,
satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh
diberikan secara intravena karena TIG mengandung
"anti complementary aggregates of globulin ", yang
mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang
serius
Pencegahan
 Pencegahan merupakan tindakan paling penting, yang
dapat dilakukan dengan cara :
1. Imunisasi aktif dengan toksoid
2. Perawatan luka menurut cara yang tepat
3. Penggunaan antitoksi profilaksis

 Namun sampai pada saat ini pemberian imunisasi


dengan tetanus toksoid merupakan satu-satunya cara
dalam pencegahan terjadinya tetanus. Pencegahan
dengan pemberian imunisasi telah dapat dimulai sejak
anak berusia 2 bulan, dengan cara pemberian imunisasi
aktif (DPT atau DT).

Anda mungkin juga menyukai