Anda di halaman 1dari 42

BAGIAN SATU MENGENAL CLOSTRIDIUM TETANI

I
Sejarah Tetanus dan Clostridium tetani

ata tetanus, atau lebih tepatnya penyakit tetanus memang sudah sangat familiar di telinga kita. Tapi tahukah bahwa tetanus ternyata memang sudah dikenal

oleh orang-orang sejak zaman dahulu. Pada zaman dulu tetanus terkenal karena hubungannya antara luka-luka dan kekejangankekejangan otot yang fatal. Kata tetanus sendiri diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari asal kata teinein yang berarti menegang (Wikipedia.co.id). Penyakit ini merupakan satu dari penyakit yang sangat mematikan. Pada tahun 1884 seorang ilmuan bernama Arthur Nicolaler bersama dengan von Behring, berhasil menemukan dan mengisolasi suatu toxin yang mempunyai sifat seperti strychnine dari suatu bakteri anaeroba yang ada di tanah yang kemudian dikenal dengan tetanospasmin.

Selanjutnya

etiologi

dari

temuan

itu

lebih

lanjut

diterangkan pada tahun 1884 oleh Antonio Carle dan Giorgio Rattone. Mereka berdua mempertunjukkan sifat kontaminasi toksin dari bakteri itu untuk pertama kalinya. Pada saat itu Antonio Carle dan Giorgio Rattone mengembangbiakan bakteri tanah tersebut di dalam tubuh kelinci-kelinci percobaan. Syaraf di pangkal paha kelinci-kelinci percobaan tersebut disuntik dengan nanah dari suatu kasus tetanus manusia yang fatal di tahun yang sama. Serangkaian eksperimen akhirnya menemukan titik terang. Pada tahun 1889 suatu mikroorganisme (bakteri) yang diberi nama Clostridium tetani dapat diisolasi dari suatu korban manusia oleh Kitasato Shibasaburo.

(Kitasato Shibasaburo)

Waktu itu dia sedang bekerja dengan R. Koch di Jerman. Kitasato kemudian menunjukkan bahwa ternyata suatu

mikroorganisme bisa menghasilkan penyakit. Itu dia ketahui ketika dia menyuntikan mikroorganisme tersebut ke dalam tubuh binatang-binatang. Kitasato juga menemukan sesuatu yang menggembirakan dari percobaannya itu, bahwa ternyata toksin yang dihasilkan dari bakteri Clostridium tersebut tersebut bisa dinetralkan oleh zat darah penyerang kuman (antibody) yang spesifik. Karena temuannya itu, Kitasato akhirnya bertanggung jawab untuk mengembangkan vaksin pelindung pertama yang dapat melawan penyakit yang disebabkan toksin Clostridium tetani tersebut.

Clostridium tetani

Serangkain penelitian semakin gencar dilakukan oleh para ilmuan. Akhirnya pada tahun 1897, Edmond Nocard berhasil menunjukkan bahwa ternyata penolak toksin Clostridium tetani itu mampu membangkitkan kekebalan pasif di dalam tubuh manusia yang kemudian bisa digunakan untuk perlindungan dari toksin bakteri tersebut.

Edmond Nocard

Temuan terbesar, yaitu pada tahun 1924, vaksin tetanus pertama yang dinamakan lirtoksin dapat dikembangkan oleh P. Descombey dan kemudian secara luas banyak digunakan untuk pencegahan tetanus karena perang dunia II. lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan pencegahan dari tetanus. Pada tahun 1926, mulailah dikembangkan vaksin toksoid yang dapat merangsang pembentukan imunitas. (Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases : 2000) Pada masa sekarang seiring teknologi yang semakin canggih, vaksin-vaksin anti tetanus banyak dikembangkan dan semakin beraneka ragam. Akan tetapi keberhasilan dalam membasmi penyakit yang disebabkan Clostridium tetani ini tidak hanya bergantung dari berapa banyak vaksin yang dapat membunuhnya, yang terpenting adalah manusianya yang harus senantiasa menjaga diri dan lingkungannya agar mikroba tersebut tidak lagi bisa berkembang karena tempat hidupnya yang tidak lagi memungkinkan.

2
Karakteristik Mikroba Clostridium tetani
Kingdom Division Class Order Family Genus Species : Bacteria : Firmicutes : Clostridia : Clostridiales : Clostridiaceae : Clostridium : Clostridium tetani Flgge, 1886

Clostridium tetani

idak begitu banyak orang yang tahu tentang bagaimana bentuk dari Clostridium tetani ini. Mungkin hanya orangorang yang bergelut dalam bidang mikrobiologi saja yang

paham benar mengenai Si kecil yang satu ini. Clostridium tetani merupakan salah satu jenis organisme (bakteri) prokariotik (tidak memiliki membran inti). Karena ketiadaan membran inti pada bakteri ini, meteri genetik (DNA dan RNA) dari bakteri ini melayang-layang bebas di daerah sitoplasma yang dinamakan nukleoid. Salah satu struktur yang penting dari bakteri Clostridium tetani ini sebagaimana bakteri-bakteri lain pada umumnya adalah dinding sel. Clostridium tetani termasuk dalam bakteri Gram positif. Apa itu bakteri Gram positif? Bakteri gram positif yaitu bakteri-bakteri memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat. Dilihat dari segi bentuk yang dapat teramati melalui mikroskop, Clostridium tetani ini berbentuk batang lurus, langsing seperti stick drum yang berukuran sekitar 2-5 x 0,4-0,5 milimikro. Selama pertumbuhan vegetatif, organisme ini tidak dapat bertahan terhadap kehadiran oksigen dan sangat sensitif terhadap panas. Bakteri ini memiliki alat gerak berupa flagella (bulu cambuk) yang memberikan mobilitas terbatas. Mikroorganisme ini termasuk bakteri anaerob obligat yang dapat membentuk spora Pada keadaan dewasa, bakteri ini dapat mengembangkan spora terminal, yang memberikan penampilan yang khas. Spora yang dibentuk oleh Clostridium tetani ini sangat resisten terhadap

panas dan antiseptik. Ia dapat tahan walaupun telah diautoklaf pada suhu 249.8F (121 0C) selama 10-15 menit dan juga resisten terhadap fenol serta agen kimia lainnya.

Clostridium tetani berbentuk seperti stick drum

Clostridium tetani ini ditemukan dalam dua bentuk, sebagai spora (aktif) atau sebagai sel vegetatif (aktif) yang dapat berkembang biak. Sel bakteri aktif inilah yang mampu

menghasilkan dua buah eksotoksin, yaitu tetanolysin dan tetanospasmin. Eksotoksin yang berupa tetanospamin yang dapat menyebabkan penyakit tetanus. Tetanospasmin juga merupakan toksin yang cukup kuat, perkiraan dosis mematikan minimal dari kadar toksin (tenospamin) adalah 2,5 nanogram per kilogram berat badan atau 175 nanogram untuk 70 kilogram (154lb) manusia. Disamping itu dikenal pula eksotoksin yang berupa tetanolisin yang hemolisis. Peranan dari eksotoksin ini kurang berarti dalam proses penyakit. Kedua toksin ini labil pada pemanasan dengan suhu 65 0C dan akan hancur dalam lima menit.

Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun lesitinase, tidak memecah protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan glukosa juga tidak menghasilkan gas H2S, tetapi bakteri ini mampu menghasilkan gelatinase, dan indol positif.

Clostridium tetani

Bakteri ini tersebar luas di tanah terutama tanah yang tercemar tinja manusia dan. Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan juga pada heroin yang terkontaminasi dan pada talk

yang gagal uji. Spora dari Clostridium tetani dapat hidup lama pada jaringan tubuh dan hidup selama bertahun-tahun di dalam tanah dan kotoran hewan. Umumnya, spora bakteri ini terdistribusi pada tanah dan saluran penceranaan serta feses dari kuda, domba, anjing, kucing, tikus, babi, dan ayam. Ketika bakteri tersebut berada di dalam tubuh, ia akan menghasilkan neurotoksin (sejenis protein yang bertindak sebagai racun yang menyerang bagian sistem saraf).

(heroin bisa terkontaminasi C.tetani)

Kalau ditinjau dari ukuran atau karakternya, kita bisa saja beranggapan bahwa jasad ini tidak akan berpengaruh sama sekali. Akan tetapi ternyata Si kecil ini bisa menjadi pembunuh manusia yang paling berbahaya. Tanpa kita sadari sama sekali, kita hampir selalu menemui Si kecil ini kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu yang paling penting yang harus kita cermati adalah kita harus senantiasa berhati-hati karena di balik jasadnya yang sangat

10

kecil dan tidak terlihat, Si kecil ini sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup kita dan dia juga sulit untuk dimusnahkan. Pengetahuan yang luas dan konsep hidup sehat bisa dijadikan tameng untuk tetap terjaga dari bahaya Clostridium tetani ini.

11

BAGIAN DUA TIADA HARI TANPA CLOSTRIDIUM TETANI

1
Semua Karena Si kecil Clostridium tetani

(Kejang akut karena tetanus)

Saya mulai dengan cerita yang saya ambil dari internet, hasil kutifan dari sebuah majalah.

Alim, warga Yogyakarta, tak sengaja tertusuk paku saat membetulkan genting di rumahnya. Ia tak menyangka, ternyata luka kecil itu mengharuskannya dirawat di rumah sakit Selama berminggu-minggu. Tubuhnya kejang-kejang, dan ia dirawat di ruang ICU. Rupanya, ia terinfeksi tetanus.

12

Kira-kira 6 bulan yang lalu anak laki-laki saya yang nomor dua berusia 9 tahun meninggal akibat tetanus. Saya heran sekali karena rasanya dia luka tertusuk paku di telapak kakinya sudah hampir sebulan, kok baru timbul gejala-gejala seperti kaku otot rahang, leher, dada dan perut dan kejang-kejang, padahal luka dikakinya sudah tidak terlalu terlihat dan sudah saya obati pakai Betadine. Walaupun sempat masuk rumah sakit tapi nyawa anak saya tidak tertolong lagi (Majalah NIKAH, Vol.3, No.11 Pebruari 2005)

ama yang saya sematkan untuk bakteri yang satu ini adalah Si kecil, karena sesuai bentuknya yang sangat kecil akan tetapi kehadirannya sama sekali tidak bisa

dikecilkan. Inilah bakteri yang sangat dekat dengan kita, Clostridium tetani. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa

Clostridium tetani ini adalah bakteri yang menyebabkan penyakit tetanus. Mungkin sering kita dengar ada sodara, teman atau siapa saja yang terjangkit penyakit ini. Kemudian, apa sebenarnya penyakit tetanus ini? Tetanus disebabkan adalah suatu penyakit infeksi tetani. akut Kuman yang ini

oleh

kuman

Clostridium

menghasilkan racun yang dapat mempengaruhi jaringan saraf manusia. Racun ini akan menjalar di sepanjang saluran saraf tepi, sampai ke susunan saraf pusat, dan mengikuti aliran darah.

13

Adanya racun ini mengakibatkan kekakuan otot di seluruh tubuh, terutama otot pengunyah dan otot batang tubuh. Penyakit tetanus kebanyakan juga terdapat pada anakanak yang belum pernah mendapatkan imunasi tetanus (DPT). Dan pada umumnya terdapat pada anak dari keluarga yang belum mengerti pentingnya imunasi dan pemeliharaan kesehatan, seperti kebersihan lingkungan dan perorangan. Clostridium tetani yang masuk ke tubuh yang cedera mengeluarkan neurotoksin mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi bentuk spora ke dalam (periode inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus, gas ganggren, dipteri, botulisme). Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan. Penyakit ini juga bisa disebabkan karena cedera akut yang menghasilkan lesi di kulit. Kebanyakan kasus tetanus disebabkan hasil dari laserasi (terpotong) atau abrasi (terkikis) seperti : Luka-luka tembus pada kulit atau yang menimbulkan kerusakan luas

14

(Luka sobekan bisa mengakibatkan tetanus)

Luka-luka di bawah kuku Luka bekas suntikan narkoba Bekas irisan umbilicus pada bayi Abses gigi dan luka yang mengandung bakteri dari tinja, dll.

(luka tusukan bisa mengakibatkan tetanus)

15

Clostridium tetani hidup dan berkembang pada tanah, debu, kotoran hewan, dan sebagainya. Luka yang terkontaminasi adalah mata rantai di mana bakteri tetanus berkembang biak. Tetanus sering menginfeksi luka, terutama luka akibat tusukan benda tertantu, seperti paku, jarum, duri, dan sejenisnya. Ini menjadi kasus klasik penyebab Clostridium tetani yang banyak menginfeksi. Clostridium tetani juga dapat menginfeksi luka bakar, luka injeksi, sobekan dan lain-lain.

(Kototran hewan bisa menjadi tempat hidup C.tetani)

Clostridium tetani terutama banyak ditemukan di daerah tropis. Kenapa di daerah tropis? Daerah tropis terkenal dengan iklimnya yang panas dan berangin. Seperti yang telah kita tahu sebelumnya, tempat hidup Clostridium tetani ini salah satunya di

16

tanah yang tercemar. Dengan keadaan iklim yang panas dan angin yang kencang, debu-debu tanah yangg kotor mudah tersapu dan sangat mungkin sekali menempel pada luka terbuka. Seperti halnya di Indonesia yang banyak ditemukan kasus tetanus. Setelah mengenal tentang tetanus, kita kembali untuk melihat fenomena cerita atas. Orang awam pasti mengatakan tidak masuk akal hanya karena tertusuk paku kecil bisa dirawat di rumah sakit berminggu-minggu bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Tetapi setelah kita cermati, ternyata itu semua merupakan ulah suatu mikroba yang bernama Clostridium tetani. Ada banyak kemungkinan mengapa bakteri Clostridium tetani ini bisa masuk ke tubuh dan menyebabkan tetanus. Bisa saja bakteri ini menempel di paku dan kemudian tertanam di jaringan tubuh pada saat terluka, bisa juga karena lukanya dibiarkan begitu saja, debu yang mengandung mikroba ini masuk ke dalam luka dan kemudian berkembang biak. Atau sangat mungkin walaupun lukanya dirawat, tetapi dengan tangan dan alat-alat yang tidak bersih (steril), itu semua bisa memicu masuk dan berkembangnya bakteri tetanus. Yang sering terjadi dan menjadi masalah terbesar adalah minimnya pengetahuan dan minimnya kesadaran tentang bahaya luka, kemudian orang selalu beranggapan itu hanya luka kecil, luka tidak seberapa, 2-3 hari juga bisa sembuh dan tidak mungkin mematikan. Karena persepsi itu maka kemudian lukanya tidak dibersihkan, tidak dirawat dan dibiarkan begitu saja karena toh tidak akan mengakibatkan apaapa. Padahal infeksi karena Clostridium tetani ini tidak

17

berlangsung spontan dan gejalanya tidak bisa terlihat pada saat terluka. Hal-hal semacam ini yang kemudian mengantarkan orangorang dengan luka tidak seberapa ke kondisi kritis bahkan kematian. Tentang bagaimana Clostridium tetani bisa

mengakibatkan penyakit, dapat dijelaskan secara ilmiah. Infeksi oleh kuman Clostridium tetani ini dimulai dari masuknya spora ke dalam luka. Spora itu akan berkembang dan mengeluarkan neurotoksin (tetanospamin) yang akan

menyebabkan otot-otot menjadi kejang (spasme). Toksin tetanus mempengaruhi mata rantai interaksi antara saraf dan otot. Daerah ini disebut sambungan neuromuskuler. Pada keadaan anaerobik, spora bakteri ini akan bergerminasi menjadi sel vegetatif. Selanjutnya, toksin akan menyebar ke seluruh bagian tubuh melalui peredaran darah dan sistem limpa. Toksin tersebut bersifat seperti antigen dan akan beraktivitas pada tempat-tempat tertentu seperti pusat sistem saraf termasuk otak. Tetanospasmin mengikat saraf motorik yang mengontrol otot, memasuki akson (filamen yang memanjang dari sel-sel saraf), dan perjalanan dalam akson sampai mencapai tubuh saraf motorik di sumsum tulang belakang atau otak (proses transportasi intraneuronal disebut retrograde). Eksotoksin yang dihasilkan akan melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Toksin bermigrasi ke dalam sinaps (ruang kecil antara sel-sel saraf penting untuk transmisi sinyal di antara sel saraf) di mana ia mengikat ke terminal saraf presynaptic. Gejala

18

klonis yang ditimbulakan dari toksin tersebut adalah dengan menghentikan pelepasan neurotransmitter inhibisi tertentu (glisin dan asam gamma-aminobutyric). Toksin yang dikeluarkan Clostridium tetani tersebut memperkuat sinyal kimia dari saraf ke otot yang menyebabkan otot-otot memperketat kontraksi dan menginfeksi sistem urat saraf otot. Pada akhirnya karena saraf motorik tidak memiliki hambat sinyal dari saraf lainnya, sinyal kimia pada saraf motorik dari otot semakin intensif, kondisi tersebut mengakibatkan kejang otot lokal atau umum. Kontraksi otot yang tidak terkontrol dan menghambat menjadikan otot rigid paralysis (kehilangan kemampuan untuk bergerak) pada voluntary muscles (otot yang geraknya dapat dikontrol) yang sering disebut lockjaw karena biasanya pertama kali muncul pada otot rahang dan wajah. Kontraksi kejang ini juga sangat kuat, bahkan dapat merobek otot atau fraktur kompresi pada tulang punggung. Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan pernafasan dan rasio kematian sangatlah tinggi.

(Kejang otot)

19

(Alur infeksi bakteri tetanus)

Ternyata

sangat

kompleks

bagaimana

racun

dari

Clostridium tetani ini mempengarungi fungsi tubuh. Penyakit yang ditimbulkannya pun benar-benar tidak sesederhana jasadnya. Bila kita terkena luka, kita tidak dapat mendeteksi langsung apakah kita terkena kuman Clostridium tetani atau tidak. Apalagi luka kecil pun bisa mengakibatkan tetanus. Sebagai catatan saja, bakteri Clostridium tetani juga bisa masuk lewat gigi berlubang yang dikorek-korek dengan tusuk gigi atau benda lain yang tidak bersih. Bakteri ini dapat juga masuk lewat telinga, jika kita

20

membersihkannya dengan barang yang tidak bersih. Tetanus juga bisa terjadi pada orang yang tidak diimunisasi atau pada orang yang telah gagal untuk mempertahankan kekebalan tubuhnya, bahkan bisa juga terjadi untuk ibu dan anak yang baru lahir (melahirkan dan melalui tunggul tali pusar). Racun kuat yang dihasilkan ketika bakteri tetanus berkembang biak adalah penyebab utama penyakit ini. Toksin Tetanus dapat

mempengaruhi neonatus dan menyebabkan kejang otot. Ini biasanya terjadi dalam dua minggu pertama setelah kelahiran dan dapat dikaitkan dengan metode sanitasi yang buruk dalam merawat tunggul tali pusat dari neonatus. Tetanus tak segera dapat terdeteksi karena masa inkubasi penyakit ini berlangsung hingga 21 hari setelah masuknya Clostridium tetani ke dalam tubuh. Begitu mudahnya Si kecil ini masuk dan menginfeksi manusia. Beberapa luka sepele justru mengantarkan kita ke gerbang kematian, ditambah lagi ketidaktahuan penderita luka yang banyak mengabaikan strerilitas lukanya yang menyebabkan Si kecil itu mendapat tempat tinggal. Semua orang tidak bisa terhindarkan dari terluka, tetapi tidak semua orang bisa diinfeksi oleh Si kecil. Bagaimanapun mencegah lebih baik daripada mengobati. Vaksin (imunisasi) merupakan satu dari banyak tindakan pencegahan. Dari catatan, karena program vaksinasi tetanus, hanya tiga kasus tetanus neonatal dilaporkan sejak tahun 1990, dan dalam setiap kasus adalah ibu-ibu yang tidak lengkap di imunisasi tetanus toksoid. Yang penting dan menjadi pusat

21

perhatian adalah menjaga higienitas diri dan lingkungan berarti menanggalkan rumah-rumah bagi Si kecil untuk tetap survive.

22

2
1 Bakteri = 5 Kali Bahaya Tetanus

a, tetanus adalah karya dari Clostridium tetani. Tapi tahukah walaupun hanya satu, tetapi terdapat 5 kemungkinan bahaya tetanus yang bisa kita derita. Ada 5

macam tetanus yang bisa disebabkan oleh Si kecil, yaitu: A. Tetanus local Ditandai dengan rasa nyeri dan spasmus otot di bagian proksimal luka, gejala ini dapat terjadi selama beberapa minggu dan menghilang tanpa gejala sisa. Bentuk ini dapat berkembang menjadi bentuk umum dengan kasus fatal kirakira 1%. B. Tetanus umum Merupakan bentuk tetanus yang paling banyak dijumpai dan dapat timbul mendadak. Trismus merupakan gejala awal yang paling sering dijumpai kemudian terjadi spasmus otot maseter bersamaan dengan kekakuan otot leher dan kesukaran menelan. Biasanya disertai kegelisahan dan iritabilitas. Trismus yang menetap menyebabkan ekspresi wajah dengan karakteristik berupa risus sardonicus. Kontraksi otot yang meluas pada otot-otot perut menyebabkan perut papan dan kontraksi otot punggung yang menetap menyebabkan

23

opistotonus. Dapat timbul kejang tetani bermacam grup otot yang menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bawah. Selama periode ini penderita berada dalarn kesadaran penuh . C. Tetanus sefalik Jenis ini jarang dijumpai. Tetanus sefalik ini memiliki masa inkubasi 1-2 hari dan biasanya terjadi setelah luka di kepala, wajah atau otitis media. Jenis ini banyak kasus yang memperlihatkan berkembang menjadi tipe umum. Tetanus tipe ini mempunyai prognosis buruk. D. Ascending Tetanus Suatu bentuk penyakit tetanus yng pada awalnya berbentuk lokal biasanya mengenai tungkai dan kemudian menyebar mengenai seluruh tubuh. Setelah terjadi tetanus lokal, toksin disekitar luka masuk cukup banyak dengan cara asenderen masuk ke dalam SSP. E. Tetanus neonatorum Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali pusat, umumnya karena tehnik pemotongan tali pusat yang aseptik dan ibu yang tidak mendapat imunisasi yang adekuat. Gejala yang sering timbul adalah

ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable diikuti oleh kekakuan dan spasme. Kematian biasanya disebabkan henti nafas, hipoksia, pneumonia, kolaps sirkulasi dan kegagalan jantung paru.

24

Dari penjelasan di atas kita bisa mengetahui apa ciri dan perbedaan dai kelima penyakit tetanus tersebut. Kelima macam penyakit tetanus tersebut bisa saja kita alami. Perlu kewaspadaan dan pengetahuan agar tindakan preventif dan penatalaksanaan bisa kita lakukan. Jika tindakan preventif tersebut sudah tidak bisa lagi, maka segeralah lakukan tindakan pengobatan. Kita yang memilih mau sakit atau sehat, dan kita harus konsekuen atas pilihan kita.

25

3
Tetanus dan Negara Berkembang

enyakit tetanus masih sering ditemui di seluruh dunia dan merupakan penyakit endemik di 90 negara berkembang. Bentuk yang paling sering pada anak adalah tetanus

neonatorum yang menyebabkan kematian sekitar 500.000 bayi tiap tahun karena para ibu tidak diimunisasi. Sedangkan tetanus pada anak yang lebih besar berhubungan dengan luka, sering karena luka tusuk akibat objek yang kotor walaupun ada juga kasus tanpa riwayat trauma tetapi sangat jarang, terutama pada tetanus dengan masa inkubasi yang lama. Spora Clostridium tetani dapat ditemukan dalam tanah dan pada lingkungan yang hangat, terutama di daerah rural dan penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara berkembang. Angka kejadian dan kematian karena tetanus di Indonesia masih tinggi. Indonesia merupakan negara ke-5 diantara 10 negara berkembang yang angka kematian tetanus neonatorumnya tinggi. Pada tahun 1988 jumlah kematian neonatus 54633 dan pada tahun 1992 berjumlah 33264 sedangkan angka kematian tetanus neonatorum pada tahun 1988 sebesar 10,9 % dan tahun 1992 sebesar 7,3 %. Angka tersebut cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara tetangga yakni Vietnam dengan jumlah kematian

26

karena tetanus neonatorum tahun 1988 sebanyak 9598 dan tahun 1992 berjumlah 85550 dan angka kematian tahun 1988 dan 1992 adalah 4.8 % dan 4,2 % secara berurutan. The Word Health Organization memperkirakan bahwa pada tahun 1999 terdapat setidaknya 377.000 kematian akibat tetanus dan kebanyakan terjadi pada masa acteria (Neonatal tetanus NT. NT merupakan salah satu dari pemunuh bayi paling utama didunia. Lebih dari setengah kematian bayi diakibatkan oleh NT di Asia Selatan. Kematian biasanya terjadi akibat kegagalan fungsi pernafasan, yang umumnya 50%. Pada tahun 2002 penyakit tetanus membunuh tidak kurang dari 180.000 jiwa bayi yang ada didunia. Grafik diatas adalah grafik angka dari orang yang terkena penyakit tetanus dari tahun 19802007. Setiap tahun orang yang terkena penyakit tetanus meningkat dari tahun sebelumnya. Tetanus memiliki angka kematian yang tinggi. (Krugmans Infections Diseases of Children: 2003) sampai 50%, Mortalitas di Amerika Serikat dilaporkan 62 % ,masih tinggi dan di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta didpatkan angka 80 % untuk tetanus neonatorum dan 30 % untuk tetanus anak. Kematian biasanya terjadi pada penderita yang sangat muda, sangat tua, pemakai obat suntik, frekuensi kejang yang tinggi, kenaikan suhu tubuh yang tinggi, pengobatan yang terlambat dan jika gejalanya memburuk dengan segera atau jika pengobatan tertunda.

27

(Tetanus neonatorum pada bayi baru lahir)

Dari endemic tetanus di beberapa negara berkembang di atas, dapat disimpulkan bahwa organisme penyebab penyakit tersebut pastilah sangat melimpah di negara yang bersangkutan. Apa yang perlu kita cermati? adalah bagaimana mikroba tersebut bisa begitu melimpah. Di negara berkembang pada umumnya, sarana sanitasi dan kebersihan lingkungan masih sangat memprihatinkan. Sampah, limbah sangat sering kita jumpai tidak pada tempat yang semestinya. Bahkan sungai-sungai untuk sumber air bersih pun sudah tercemar.

28

(Kondisi salah satu sungai di Indonesia)

Dilihat dari tempat hidup Closridium tetani sebelumnya, bukankah begitu ideal tempat-tempat tersebut untuk dijadikan tempat berkembang biak mereka? Kemudian dari segi kebersihan perorangannya pun sama memprihatinkannya. Masih banyak sekali orang awam yang tidak paham bagaimana kebersihan itu amat sangat penting bagi kesehatan mereka. Contoh konkretnya masih banyak yang mandi di air kotor dan minum air yang tercemar. Banyak orang membuang kotoran di mana saja. Banyak orang yang terluka dan karena ketidaktahuan mereka, lukanya dibiarkan begitu saja hingga infeksi dan bahkan tetanus. Yang lebih parah dari itu adalah penanganan pada bayi yang belum lahir. Masih banyak di negara berkembang yang menggunakan jasa

29

dukun beranak pada saat memutus tali pusat si anak, apakah terjamin sterilitasnya? Sangat miris melihat relita yang terjadi di negara-negara berkembang ini.

(kawasan kumuh di Jakarta)

Memang untuk hal ini ada hubungannya dengan peran pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Baik dari segi finansial maupun pendidikannya. Akan tetapi tugas menjaga kesehatan dan kebersihan adalah tugas pemerintah semata? Tentulah tidak, perlu kerja sama antar semua elemen masyarakat untuk sama-sama menjaga kesehatan diri dan lingkungan agar mikroba yang menjadi momok menakutkan itu berhenti bereproduksi. Jika kita bandingkan dengan negara-negara maju, angka kematian karena tetanus atau penyakit lain sangatlah kecil. Mengapa demikian? Karena higienitas di negara-negara tersebut sudah benar-benar terperhatikan. Mereka sudah sadar betul bahwa hidup higienis itu jaminan sehat, sehingga bakteri sekelas Clostridium tetani pun enggan hidup atau bahkan tepatnya punah

30

dilingkungan seperti itu. Akan tetapi lain halnya di negara berkembang.

Manusia (host) Buang kotoran sembarangan

TETANUS
UNHIGIENE C. tetani berkembang (agent)

Menempel pada luka tak terawat

Berkembang di tanah (environment)

Terbawa debu

Sadar hidup higienis itu tidak begitu sulit tetapi sering diabaikan. Kesadaran masyarakat kita khususnya akan pentingnya menjaga kebersihan masih sangat minim dibandingkan dengan masyarakat di negara-negara maju. Ditekankan sekali lagi preventif itu jauh lebih baik. Akan tetapi kebanyakan orang menganggap mereka tidak akan pernah sakit sebelum mereka benar-benar sakit. Sudah jelas mengapa negara berkembang yang dipilih oleh Clostridium tetani untuk hidup. Seakan-akan negara berkembang adalah surganya para mikroba. Memang begitu banyak alasan yang mendasari hal tersebut. Singkatnya adalah kotor merupakan sumber mikroba pembawa penyakit.

31

(debu polusi di Jakarta)

Kalaupun memang pada ahirnya kita terinfeksi bakteri Clostridium tetani, penatalaksanaan yang tepat dan dilakukan secara intensif dapat sangat berguna. Penyakit tetanus pada neonatus mempunyai case fatality rate yang tinggi (70-90%) sehingga bila tetanus dapat didiagnosis secara dini dan ditangani dengan baik maka dapat lebih menurunkan angka kematian.

32

4
Tetanus, Status Sosial, dan Gaya Hidup
Hubungan bakteri, status sosial dan gaya hidup? Jika dilihat sepintas memang terlihat tidak ada keterkaitan yang khusus antara ketiga aspek tersebut, akan tetapi dalam kehidupan, ketiga aspek tersebut sangatlah berpengaruh satu sama lain. Ditinjau dari status sosial, beberapa temuan mengatakan bahwa penyakit tetanus (Clostridium tetani) banyak diderita oleh golongan menengah ke bawah. Jika dikaji lebih lanjut, ini memang sangat masuk akal. Pada strata sosial ini, pendidikan sangat minim. Hanya beberapa persen dari jumlah keseluruhan mereka yang pernah mengemban bangku sekolah, dan hanya sepersekian persen yang pernah bersekolah tinggi. Ini menjadi salah satu alasan mengapa kasus tetanus sering terjadi pada kalangan ini. Orang-orang pada golongan ini memiliki pekerjaan yang kasar dan lebih beresiko terkena luka, misalnya buruh, kuli bangunan bahkan pemulung. Karena minimnya pendidikan yang mereka terima, perlakuan apabila mereka terluka yang paling lumrah adalah dibiarkan begitu saja, terlebih ketika luka itu dianggap luka kecil. Dari segi pencegahan pun begitu, tidak banyak dari mereka yang pernah diimunisasi anti tetanus. Alasannya tentu

33

mereka akan mengatakan itu tidak penting karena ketidaktahuan mereka akan manfaatnya.

(Pemungut sampah di TPA)

Saya punya sodara yang ibu jarinya teriris golok saat meraut bambu. Lukanya lumayan dalam dan besar serta mengeluarkan banyak darah. Perlakuan yang dia lakukan terhadap lukanya hanyalah dicuci, kemudian diberi Betadine dan dibalut oleh sobekan kain bekas. Ayah saya menyarankannya untuk pergi ke Puskesmas yang dekat dari rumah, tetapi dia bersikeras tidak mau. Beberapa hari kemudian lukanya tidak kunjung membaik malah jarinya kian membengkak, dia masih tidak mau pergi ke Puskesmas. Beberapa hari kemudian dia mengalami demam dan setelah dipaksa akhirnya dia mau diajak ke Puskesmas. Menurut

34

petugas kesehatan disana, lukanya infeksi dan jika tidak ditangani lebih lanjut bisa menyebabkan tetanus.

(Penanganan luka yang baik)

Dari pengalaman itu bisa diambil suatu kesimpulan bahwa selain higienitas terhadap luka, pengetahuan pun jadi sama pentingnya. Orang awam tidak tahu apa itu Clostridium tetani, apa itu tetanus. Maka dari itu kebanyakan dari mereka bisa dikatakan sebagai pemelihara bakteri. Clostridium tetani ini sangat suka luka kotor dan tempat yang tercemark steril. Mereka bisa tumbuh dengan nyaman dalam kondisi seperti ini. Dilihat dari gaya hidupnya, orang-orang kalangan menegah ke bawah mempunyai gaya hidup yang tidak sehat. Rumah-rumah ada dipinggir sungai, buang sampah dan kotoran di mana saja, tidak menggunakan alas kaki, makan makanan sisa, dll. Dengan kondisi seperti ini otomatis bakteri Clostridium tetani akan berkembang biak dengan pesat. Bakteri merasa difasilitasi dengan keadaan seperti ini. Maka tidaklah mengherankan berbagai kasus penyakit sering terjadi dan begitu pula dengan kasus tetnus ini.

35

Sisi ekonomi pun menjadi fakta tersendiri. Ketika mereka sakit, ketika mereka luka mereka tidak bergegas berobat karena alasan biaya. Ketika keadaan kian memburuk dan itu tidak segera diatasi. Inilah penyebab mengapa angka kematian tertinggi ada pada kalangan ini. Ada fakta menarik tentang sekelompok orang yang mempunyai penyimpangan gaya hidup. Gaya hidup beberapa kelompok ini seperti psikopat dan hobi menyakiti diri mereka dengan benda tajam, bisa menggunakan silet, paku, pisau, pecahan kaca dll. Ajaibnya prilaku mereka ini disertai dengan perawatan luka yang cermat dan tepat sehingga sangat sedikit sekali dari mereka yang terinfeksi tetanus. Kembali ke permasalahan, bukan berarti masyarakat dengan keadaan ekonomi yang mapan terbebas dari tetanus, akan tetapi secara gaya hidup, penatalaksanaan, pengetahuan dan financial mereka jauh lebih mapan, sehingga resiko terkena bakteri Clostridium tetani atau kematian akibat tetanus bisa ditekan jumlahnya. Maka dari itu perlu dilakukan penyuluhan yang lebih gencar khususnya pada masyarakat kalangan menengah kebawah akan pentingnya hidup higienis, pentingnya imunisasi dan pentingnya penatalaksanaan saat luka. Hidup sehat itu tidak perlu biaya besar sebenarnya, yang utama adalah kesadaran per individu bahwa kita sakit karena ulah kita sendiri. Selalu saya katakana, mencegah jauh lebih baik daripada mengobati.

36

BAGIAN TIGA
3 Pulau di Indonesia Bebas Tetanus
Dari 58 negara berisiko tinggi tetanus maternal (kelahiran) dan neonatal (kelahiran), 3 pulau di Indonesia yaitu Jawa, Bali dan Sumatera sudah dinyatakan eliminasi tetanus oleh WHO. Tetanus maternal dan neonatal (TMN) merupakan tetanus yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran. Kondisi ini sangat berisiko dengan tingkat kematian mencapai 100 persen bila tidak ditangai dengan intensif. Tetanus neonatorum (TN) merupakan tetanus yang terjadi pada bayi antara hari ke-3 dan 28 setelah lahir. Sedangkan tetanus maternal (TM) merupakan tetanus yang terjadi pada ibu hamil dan dalam 6 minggu setelah melahirkan.

37

Kondisi ini disebabkan oleh neurotoxin yang dihasilkan oleh spora C.tetani pada luka anaerob (tertutup). Spora tetanus ini ada dimana-mana, seperti di tanah dan kotoran hewan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan eliminasi tetanus maternal dan neonatal secara global di 58 negara risiko tinggi pada tahun 2015, termasuk Indonesia. Tapi pada tahun 2010 ini, 3 pulau di Indonesia sudah dinyatakan eliminasi TMN. "Eliminasi TMN artinya ada kurang dari 1 per 1.000 kelahiran hidup yang terdeteksi di kabupaten," ujar Dirjen Pengendalian penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemkes, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM & H, DTCE, dalam temu media di Gedung Kemkes, Jakarta Menurut Prof Tjandra, untuk pulau Jawa dan Bali sudah dinyatakan eliminasi TMN sejak bukan Oktober 2010 lalu dan sudah ada surat dari Director Departement of Family Health and Research for Regional Director WHO. Sedangkan untuk pulau Sumatera, baru dilakukan penilaian hari Senin lalu dan dinyatakan eliminasi TMN namun belum ada surat resminya dari WHO. "Dengan demikian, sudah lebih dari 80 persen populasi di Indonesia telah mencapai eliminasi TMN dan lebih cepat dari target global. Dari 58 negara yang risiko tinggi, ada 18 negara yang dinyatakan eliminasi termasuk Indonesia," jelas Prof Tjandra. Untuk mencapai keberhasilan ini, berbagai upaya sudah dilakukan antara lain pemberian rutin imunisasi Tetanus Toksoid

38

(TT) pada anak sekolah dan wanita usia subur (WUS), termasuk ibu hamil.

(Imunisasi)

Selain itu, juga diterapkan persalinan bersih dan aman pada pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, serta pemeriksaan neonatal dan penyuluhan perawatan tali pusat. Ada dua cara pencegahan tetanus pada seseorang yang terluka, yaitu dengan memberinya imunisasi dengan tetanus toxoid (TT, yang isinya racun bakteri tetanus alias Clostridium tetani yang dilemahkan) atau dengan memberinya serum antitoksin (pilihannya ATS atau imunoglobulin). Sekarang ATS sudah mulai ditinggalkan karena sering memicu reaksi alergi. Adapun imunoglobulin khusus untuk tetanus adalah human tetanus immunoglobulin atau HTIG.

39

Tapi tidak semua luka perlu mendapat pencegahan tetanus. Cara menilai apakah seseorang membutuhkan

pencegahan atau tidak dengan memperhatikan beberapa hal berikut: Nilailah apakah luka kotor atau tidak. Luka baru disebut kotor kalau lukanya bersifat luka tusuk (tertusuk paku, tertusuk benda tajam, dan sejenisnya), luka disertai patah tulang terbuka, luka digigit hewan (seperti anjing atau ikan hiu), luka yang tercemar tanah atau tinja (tinja binatang termasuk), atau luka yang sudah berbau busuk dan banyak nanahnya. Selebihnya, kalau cuma luka lecet atau luka goresan, dianggap luka bersih. Tanyakan ke korban luka tersebut, kapan terakhir dia mendapat vaksinasi TT. Kebanyakan orang pasti lupa. Kalau sampai si korban menjawab lupa (atau kita tidak bisa mengetahuinya karena suatu dan lain hal), anggap saja si korban belum pernah dapat imunisasi sama sekali. Satu kali vaksinasi TT berkhasiat selama 10 tahun. Jadi jika seseorang ingat dirinya pernah divaksin TT dalam 10 tahun terakhir, dia dianggap sudah vaksin TT. Setelah menentukan jenis luka dan riwayat vaksinasinya, barulah ditentukan apakah metode pencegahan yang akan diberikan kepada si korban luka. Luka bersih, vaksinasi TT terakhir < 10 tahun yang lalu: Tidak usah diberi apa-apa. Luka bersih, vaksinasi TT terakhir > 10 tahun yang lalu atau tidak diketahui: berikan vaksinasi TT 0.5 mL.

40

Luka kotor, vaksinasi TT terakhir < 10 tahun yang lalu: Berikan imunoglobulin 250-500 unit jika lukanya benar-benar kotor.

Luka kotor, vaksinasi TT terakhir > 10 tahun yang lalu atau tidak diketahui: berikan vaksinasi TT 0.5 mL dengan imunoglobulin 250-500 unit. Berikan keduanya di tempat terpisah karena efek

imunoglobulin dapat menetralkan TT. Biasanya satu di lengan kanan dan yang satu lagi di lengan kiri. Antibiotik tetrasiklin dan penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih lanjut, supaya racun yang ada mati.

(Pemberian vaksin dan antibiotic) Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). Bagi yang sudah dewasa sebaiknya menerima booster.

41

Melihat kemajuan ini berarti Clostridium tetani yang menjadi penyebab utama tetanus bisa diberantas dan ditekan perkembangannya. Program-program yang dilaksanakan

merupakan perwujudan dari hidup higienis dan tindakan preventif (imunisasi). Dengan berhasilnya program pemerintah ini sekaligus membuktikan bahwa higienitas dan tindakan preventif yang tepat mengurangi bahkan memusnahkan tetanus (Clostridium tetani).

42

Anda mungkin juga menyukai