Anda di halaman 1dari 40

SIFAT FISIKA

TANAH
Interaction of soil physics with basic and applied sciences
Peran Penting Sifat Fisika Tanah
Sifat fisika tanah seperti warna tanah
tekstur, struktur, kepadatan, porositas,
aerasi, kekuatan, dan suhu merupakan
faktor yang dominan dalam mempengaruhi
penggunaan tanah, terutama dalam
kaitannya dengan ketersediaan oksigen dan
mobilitas air dalam tanah dan kemudahan
penetrasi akar tanaman.
Tanah Sebagai Sitem Tiga Fase
Dispersi
Tiga fase secara alami yang terdapat di tanah adalah : fase padat disebut
matrik tanah; fase cair terdiri dari air tanah, yang selalu terdapat bahan terlarut
sehingga disebut larutan tanah; dan fase gas adalah atmosfer tanah. Matrik
tanah yang terdiri dari bagian padat meliputi partikel-partikel yang komposisi
kimia dan mineralnya bervariasi seperti ukuran, bentuk, dan orientasi. Juga
berisi substansi amorfus, khususnya bahan organik yang terikat di butiran
mineral dan mengikat butiran-butiran membentuk butiran lebih besar yang
disebut agregat. Susunan komponen padat tanah menentukan sifat geometrik
dari ruang pori dimana air dan udara bertahan dan bergerak. Akhirnya, air dan
udara tanah bervariasi komposisinya, dalam waktu dan ruang.
Perbandingan antara ketiga fase ini di tanah terus menerus bervariasi, dan
tergantung kepada variasi dari iklim, vegetasi, dan manajemen. Memberikan
pembaca beberapa ide umum tentang proporsi perbandingan ketiga fase itu,
dapat dilihat pada gambar 2.1., yang menunjukkan komposisi volume dari
sebuah medium-tekstur tanah dimana pada kondisi tersebut kira-kira tanaman
dapat tumbuh baik secara optimal.
Gambar
 Skema komposisi (dalam
volume) dari medium-tekstur
tanah pada kondisi yang
optimal untuk pertumbuhan
tanaman. Catatan bahwa
bagian padat 50 % dan ruang
pori 50 % dari volume tanah,
yang akan dibagi sama antara
air dan udara. Tanda panah
menunjukkan bahwa kedua
komponen ini dapat sangat
bervariasi, daan khususnya
hubungan air dan udara yang
negatif jadi bertambahnya
volume udara akan mengurangi
volume air atau sebaliknya
Komponen pembentuk tanah yang terdiri dari padatan, cair, dan udara jarang berada dalam
kondisi keseimbangan, sehingga selkalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di
permukaan tanah. Perubahan permukaan tanah tersebut dipengaruhi oleh iklim berupa curah
hujan suhu udara, angin dan sinar matahari. Oleh karena itu tanah2 di daerah tropis basah
seperti Indonesia akan mengalami perubahan seperti dari basah menjadi kering, mengembang
dan mengerut, mengalami dispersi dan mengaslami proses flokulasi dan koagulasi yang
membentuk agregat tanah.
Fungsi tanah sebagai media tempat tumbuh tanaman dalam pengelolaannya harus
mampu menyediakan kebutuhan tanaman seperti air dan udara serta unsur hara.
Dengan demikian sifat fisika tanah sangat penting untuk dipelajari dan dipahami agar
dalam pengelolaan tanah akan dapat memberikan media tumbuh yang cocok dan
kondusif bagi tanaman. Fisika tanah merupakan ilmu dasar yang aplikasinya
diterapkan dalam ilmu pertanian seperti budidaya dan teknik pertanian dan berkaitan
dengan cabang ilmu tanah lainnya. Oleh karena kajian fisika tanah berkaitan dengan
pergerakan air di permukaan dan di dalam tanah, maka ilmu ini sangat penting untuk
mendukung pengelolaan tanah dan lingkungan. Selain itu fisika tanah berkaitan erat
dengan konservasi tanah dan air, erosi tanah, degradasi tanah dan hutan, irigasi,
drainase, dan pengelolaan DAS.
Warna tanah
Warna merupakan petunjuk sifat tanah yang paling mudah dideterminasi. Dapat
dijadikan sebagai indikator kualitatif dalam menentukan tingkat kesuburan
tanah, kandungan bahanorganik, aerasi dan drainase. Tanah dengan warna
hitam menunjukkan kandungan bahan organik yang tinggi. Tanah yang banyak
mengandung oksida2 besi atau mineral hematik akan menunjukkan warna
merah dan yang mengandung mineral goethite, besi oksida terhidrasi dengan
mineral limonit akan menunjukkan warna kuning. Adapun tanah yang
mempunyai drainase jelek akan menunjukkan warna terang atau pucat, karena
besi yang terreduksi. Pada tanah jenuh air atau sepanjang tahunnya tergenang
air, akan berwarna kelabu atau gley seperti tanah yang berada pada daerah
cekungan atau sawah.
Ada 4 faktor utama yang mempengaryhi warna tanah :
a)Kandungan bahan organik
b)Kandungan air dan kondisi draenase tanah, baik dalam kondisi jenuh atau tidak
jenuh
c)Adanya oksida besi dan mineral tanahseperti kuarsa, hematit limonit
glauconite.
d)Kondisi fisiografi wilayah seperti wilayah cekungan atau dataran, dan topografi
berlereng.
Penentuan warna tanah di lapangan adalah dengan
menggunakan Munsell soil color charts dengan warna
tanah disusun oleh tiga variabel yaitu HUE, VALUE,
dan CHROMA. Arti dari variabel tersebut adalah:
1.HUE, merupakan warna spektrum yang dominan
sesuai dengan panjang gelombang, HUE terdiri dari
10 R, 2,5 YR, 5 YR, 7,5 YR, 10 YR, 2,5 Y, 5 Y, dan
gley
2.Value, menunjukkan gelap atau terangnya warna
tanah, sesuai dengan banyaknya sinar yang
dipantulkan
3.Chroma, kemurnian atau kekuatan warna spektrum.
Tekstur Tanah
(Soil Texture)
Tekstur Tanah
Tekstur tanah dianggap sebagai ciri dasar tanah yang dengan
manupulasi tanah sifat ini tidak mudah berubah.
Tekstur tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan
zat terlarut udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas
permukaan spesifik, kemudahan tanah memadat dan lain2.
Penyusun tanah adalah butir2 hancuran batuan terdiri dari
pasir, debu dan liat yang dibedakan berdasarkan diameternya
Dengan demikian tekstur tanah adalah perbandingan relatif
fraksi pasir, debu dan liat yang dinyatakan dalam persen (%).
Dalam analisa faraksi bahan organik didestruksi dengan
memakai hidrogen peroksida karena tidak diperhitungkan.
Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa :
1.Tanah2 bertekstur pasir lebih tahan terhadap erosi dibandingkan tanah
bertekstur debu, hal ini disebabkan oleh : (a) tanah bertekstur pasir
mempunyai pori makro yang lebih tinggi, sehingga kapasitas infiltrasinya
tinggi dan (b) tekstur pasir dengan diameter lebih besar (0,02-2,0 mm)
lebih tahan terhadap penghanyutan bila dibandingkan dengan tekstur
debu. Walaupun demikian, tanah2 bertekstur pasir mempunyai
kemantapan agregat yang sangat lemah dan mudah lepas, dimana ikatan
antara partikel2 primernya sangat lemah, sehingga terdispersi dan tererosi
2.Tanah2 bertekstur debu, paling mudah mengalami erosi sebab (a)
ukuran partikel debu 0,002-0,2 mm, akan mudah dihanyutkan air. (b)
mudah mengalami jenuh air sehingga kapasitas infiltrasinya cepat
menurun, dan (c) kemantapan agregat tanahnya sangat lemah, karena
daya kohesi antara partikel primer sangat lemah.
3.Tanah2 bertekstur liat adalah tanah yang paling stabil dan tahan erosi.
Pori makronya rendah sehingga kapasitas infiltrasinya rendah, namun (a)
mempunyai kemantapan agregat yang tinggi dan (b) kapasitas
penampungan airnya tinggi, karena mempunyai luas permukaan yang
lebih luas dibandingakan pasir dan debu.
S
o
i
l

T
e
x
t
u
r Your Hands will Get “Dirty”

e
Major Components of Soil
Pore Space (50%) Soil Space (50%)
• Organic Matter
 This may contain air
• Mineral Matter
and/or water
Analisis Ukuran Partikel
 Bouyoucos merancang metoda
hydrometer untuk menentukan kandungan
pasir, debu dan liat tanpa
memisahkannya.
 Dibuat berdasarkan hukum Stokes : yang
menghubungkan kecepatan penurunan
terbatas dari suatu bola lunak dan kasar
dalam suatu cairan yang kental yang
diketahui densitas dan viskositasnya.
Persamaan :
 V = 2gr2(d1-d2)

 Dimana :
 V= Kecepatan jatuhnya (cm/dt)
 G= percepatan grafitasi (cm/dt2)
 R= equivalent jari-jari partikel (cm)
 D1= densitas partikel (g/cm3)
 D2= densitas medium (g/cm3)
 ɳ = viskositas medium (dyne detik/cm2)
Fine-earth fraction
The Three Soil Separates

 Sand - 2.0 - 0.05 mm


 Silt – 50 – 2 um
 Clay - < 2 um
Kelas Tekstur Tanah
1. Pasir (sand)
2. Pasir berlempung (loamy sand)
3. Lempung berpasir (sandy loam)
4. Lempung (loam)
5. Lempung berdebu (silt loam)
6. Lempung liat berdebu (silty clay loam)
7. Lempung liat berpasir (sandy clay loam)
8. Lempung berliat (clay loam)
9. Liat berpasir ( sandy clay)
10. Liat Berdebu (silty clay)
11. Debu (silt)
12. Liat (clay)
Sand + Silt + Clay
40 % Sand = 100%
40 % Silt Texture = LOAM
20 % Clay
Determination of Texture
 Field Procedure (metode lapang)
– The “Feel” Method (metoda perasaan)
– Estimating Sand and Clay Content
– Field Test Kit – “Volume Method”
 Laboratory Procedure (Analisa Laboratorium)
– Hydrometer
– Sieve (ayakan)
– Pipette (pipet)
Soil does not form a cast:
Textural class is SAND
Forms a cast of moist soil material.
Textural class is LOAMY SAND
Struktur Tanah
(Soil Structure)
Menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-
partikel tanah primer (pasir, debu dan liat) sampai
pada partikel-partikel skunder (ped) yang disebut
agregat. Struktur tanah merupakan suatu sifat
yang penting dalam menentukan dan
mempengaruhi kondisi fisik tanah dan
perkembangan akar tanaman, peredaran udara
atau aerasi tanah, tata air dan panas, ketersediaan
unsur hara dan perombakan bahan organik serta
kegiatan mikroba tanah.
Agregat tanah sebagai kesatuan partikel tanah yang melekat satu
dengan yang lainnya lebih kuat dibandingkan dengan partikel
sekitarnya. Adu dua proses awal dalam pembentukan agregat tanah,
yaitu flokulasi dan fragmentasi. Flokulasi terjadi jika partikel tanah
yang pada awalnya dalam keadaan terdispersi, kemudian bergabung
membentuk agregat. Fragmentasi terjadi jika tanah dalam keadaan
masif, kemudian terpecah-pecah membentuk agregat yang lebih kecil
Struktur tanah dan stabilitas agregat menentukan beberapa ciri tanah
diantaranya : (a) hubungan tanah dan air; (b) aerasi; (c) pergerakan;
(d) infiltrasi; (e) permeabilitas; dan (f) pencucian hara. Sifat2 tersebut
sangat menentukan produktivitas tanah. Berhasilnya cara pengelolaan
tanah, terutama pada lahan kering sangat tergantung dari cara
pengelolaan struktur tanah.
Struktur tanah atau agregat butir2 primer dapat digolongkan dalam
agregat mikro dan agregat makro. Agregat mikro berukuran antara
0,25 mm sampai 0,5 mm. agregat makro berukuran 0,6 mm sampai
10 mm dan agregat yang berukuran lebih dari 10 mm disebut dengan
bongkah (clod)
 Tanah Tanpa Struktur
 Single Grained: Soil is broken into
individual particles that do not stick
together. Always accompanies a loose
consistence. Commonly found in sandy
soils.
 Granular: ped yang relatif tidak porous,
kecil dan agak bulat, tidak untuk
menggabungkan ped. Ukuran diameter
kurang dari 0,5 cm dan terdapat pada
horison A
 Platy (lempeng): ped seperti piringan.
Piringan-piringan saling tumpang tindih
dan melemahkan. Terdapat pada horison
E di hutan dan tanah liat padat.
 Blocky (Balok): Irregular blocks that are
usually 1.5 - 5.0 cm in diameter.
 Massive (Pejal) : Soil has no visible
structure, is hard to break apart and
appears in very large clods
 Prismatik (Prisma) : ped seperti pilar
tanpa tutup yang melingkar. Beberapa
ped prisma pecah membentuk ped balok
yang lebih kecil. Terdapat di horison Bt
 Columnar : ped seperti pilar dengan tutup
yang melingkar diikat secara lateral oleh
ped pilar lainnya yang membentuk tolakan
ped. Dijumpai pada horison Bt.
Mekanisme Pembentukan Agregat
Gaya yang menyatukan butir2 primer menjadi
agregat adalah : (a) gaya intermolekuler (gaya van
der Waals dan ikatan H); (b) gaya kapiler yang
timbul oleh adanya meniskus; dan (c) gaya kimia
termasuk pengaruh kation yang teradsorpsi. Gaya
intermolekuler terjadi jika butir2 primer berdekatan
satu sama lain dan merupakan gaya terpenting
dalam pembentukan struktur mikro. Untuk dapat
berdekatan butir2 primer tersebut harus
terflokulasi atau terkoagulasi terlebih dahulu
Pembentukan Struktur Mikro
a. Mekanisme Pembentukan :
1.Pengikatan secara fisik butir2 primer oleh mycelia jamur dan
actinomycetes. Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa liat.
2.Pengikatan secara kimia butir2 primer melalui ikatan muatan
positif liat dengan gugus negatip (carboxyl atau hidrosulfit) pada
senyawa organik yang berbentuk rantai panjang (polimer)
3.Pengikatan secara kimia butir2 liat oleh ikatan antara muatan
negatif dengan gugus negatif (carboxyl) pada senyawa organik
berrantai panjang dengan perantara pertautan basa (Ca, Mg, Fe)
dan ikatan hidrogen.
4.Pengikatan secara kimia butir2 liat melalui ikatan antara muatan
negatif dengan muatan positif (ammine, amide, amino) pada
senyawa organik berbentuk rantai (polimer).
b. Susunan Hierarki
Dalamsusunan hierarkinya, struktur tanah dibentuk dari
peristiwa flokulasi di antara partikel tanah, menjadi flokul,
flokul bergabung menjadi agregat mikro dan agregat mikro
berkelompok membentuk agregat makro. Dibawah kondisi
tanah flokulasiterjadi secara spontan, tergantung pada
kandungan liat dan kondisi tanahnya, akan tetapi untuk
sebagian tanah, bahan organik masih memainkan peranan
penting dalam menggabungkan bahan partikel tanah. Senyawa
organik seperti polisakarida yang berinteraksi secara kimia
dengan Fe dan Al mempengaruhi proses flokulasi dengan
mengarahkan liat dalam satu arah bidang datar yang sama
dan membentuk jembatan di antara masing2 partikel tanah
untuk mengikatnya. Bahan organik bisa berinteraksi secara
kimia dengan bahan kolloid lainnya karena ia bisa berkelakuan
seperti kation, anion dan bahan tanpa polar ion di alam.
Pembentukan Struktur Makro
Agregat makro dapat terbentuk oleh peristiwa2 :
a)Stabilitas kimia atau sementasi
b)Efek pengeringan yang mempertinggi gaya kapiler
c)Pengikatan butir2 kasar (agregat mikro) oleh bahan
organik seperti : humus, krilium, gelatin, polyuronida,
bitumen, polyvinyl alkohol, polyvinyl asetat.
d)Tegangan dan tekanan yang secara mekanik
diberikan kepada tanah sehingga pada tempat2
tertentu terjadi bagian2 yang bertambah BD nya akan
membentuk bongkah2 bila tanah dipecah kembali.
Bahan organik yang berperan dalam pemantapan ataupun
pengikatan agregat mikro menjadi agregat makro di antara
nya tumbuhan rendah seperti fungi (jamur). Peningkatan
populasi fungi akan meningkatkan kemampuan agregasi
partikel penyusun tanah. Mikroba dan miselianya, yang
berupa benang2, akan berfunsi sebagai perajut/perekat
antar partikel tanah. Pertumbuhan miselia jamur lebih
efektif mengikat partikel tanah daripada mikroba kecil
seperti bakteri. Sehingga dengan adanya bahan organik
dan fungi yang bermiselia akan menyebabkan struktur
tanah lebih stabil sehingga nilai erodibilitas tanah rendah
dan menyebabkan partikel2 tanah, tahan terhadap proses
dispersi dan erosi. Stabilitas agregat akan menurun drastis
pada tanah yang ditanami dengan kondisi permukaan yang
bersih (clean weeding), tetapi akan meningkat pada tanah
pada tanah yang ditanami dalam kondisi berumput.
Erosi dan Struktur Tanah
Terdapat 2 aspek struktur tanah yang penting
dalam hubungannya dengan erosi tanah :
a.Sifat fisiko-kimia liat yang menyebabkan
terjadinya flokulasi.
b.Adanya bahan pengikat butir2 primer sehingga
terbentuknya agregat tanah yang mantap.

Anda mungkin juga menyukai