Anda di halaman 1dari 18

BAB VII

SUHU DAN KALOR


8.1 Kalorimeter

8.1.1 Skala Suhu Termometer

sistem yang telah mencapai kesetimbangan panasnya haruslah mempunyai


suhu yang sama diseluruh bagiannya

“Hukum kenol Termodinamika” (zeroth low of thermodynamics).


untuk memberi ukuran pada suhu itu maka terlebih dahulu harus ditetapkan skala
alat pengukur

“skala termometer”

Termometer skala Celcius

skala suhu berdasarkan perubahan wujud air murni dimana pada tekanan 1
atmosfer angka nol termometer diletakkan pada titik beku air dan pada titik
didihnya diletakkan angka 100 dengan skala suhu 1/100 bagian antara titik beku
dan titik didih air
Termometer skala Reamur

mendefinisikan skala suhu termometer pada tekanan 1 atmosfer titik beku air
pada angka 0 sedang pada titik didih air pada angka 80, dimana antara titik beku
dan titik didih air dibagi atas 80 skala yang sama

tR = 4tC/5

Termometer skala Farenheit

Dalam hal ini titik beku air diletakkan pada angka 32 sedang titik didih pada
angka 212 dimana skala suhunya merupakan 1/180 bagian antara kedua titik
tersebut

tF = 32oF + 9tC/5
fakta penelitian dibidang termodinamika menunjukan bahwa dialam ini terdapat
adanya “suhu mutlak” terkecil

“skala suhu kelvin”

Dalam hal ini suhu terkecil itu diambil sebagai titik O mutlak yang terletak
pada angka – 273,16oC (dalam perhitungan praktis dibulatkan menjadi – 273 oC)

T = t + 273,16oC
Contoh 1:

Temperatur tubuh n normal adalah 98,6oF. Berapakah temperatur normal tubuh


jika dinyatakan dalam Celcius ?
Jawab :

T (oC) = (5/9){T(oF)-32}

= (5/9)(98,6-32) = 37,0oC
8.2. Kalor dan Wujud Suatu Benda

suatu besaran yang kita namakan “kalor” yang merupakan suatu kuantitas
panas dinyatakan dalam satuan kalori

satu kalori didefinisikan sebagai kuantitas panas yang diperlukan


untuk menaikkan suhu satu gram air murni (H2o) dari 19,5oC

penyelidikan yang dilakukan oleh Joule bila tenaga mekanik yang


diberikan pada suatu sistem dapat diisolir sedemikian rupa sehingga tak
ada tenaga yng hilang, maka dari hasil eksperimen itu tenaga mekanik 4,2
joule setara dengan 1 kalori

4,2 joule = 1 kalori.


Setelah definisi satuan panas kita definisikan maka segera kita dapat
merumuskan sangkkutan antara kuantitas kalor dengan perubahan suhu.Dalam
hal ini andaikan kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu m gram suatu benda
dari to ke t1 = to + Δt, kita lambangkan dengan ΔQ, maka

ΔQ ∞ m (t1 – to) = c m Δt

Dengan demikian kita dapat mendefinisikan

lim 1 Q 1 dQ
c 
t  0 m t m dt
Sebagai “ kalor jenis “ suatu benda.Jadi nyatalah bahwa besarnya kalor yang diserap
suatu benda jika suhunya dinaikan sebesar Δt adalah
ΔQ = m c Δt
Perlu kita catat disini bahwa besaran mc pada persamaan diatas sering dinamakan
“ harga air kalorimeter” yang mempunyai satuan.

 mc   kalori 
 derajat 
Suhu (oC)

100
Fase uap
C D
0 Fase transisi es ke air
A
Q
-25

Sekarang kalau kita tinjau grafik perubahan wujud air (H2O) dalam bidang ( t , Q )
maka diagramnya akan tampak seperti Gambar 8.1. Pada diagram tersebut
tampak dengan jelas bahwa pada daerah penelitian antara dua wujud maka
tampak bahwa suhu benda tidak berubah namun terjadi perubahan kalor. Pada
peralihan tersebut Q sebanding dengan massa benda (Q ∞ m) dengan demikian
menurut grafik diatas.
Qo – Qc = Q ( penguapan air )= u m

Dimana u = panas penguapan / pengembunan air, dan


Q1 – Qo = Q ( peleburan es ) = L m
Dimana L = panas peleburan / pembekuan air.
Perlu dicatat disini bahwa dalam praktek untuk keperluan perhitungan yang tidak
teliti biasanya diambil u = 540 kalori/gram dan L = 80 kalori/gram
Contoh 2 :

Sepotong aluminium ( C = 0,21 kal/groC) dengan massa 20 gram bersuhu 90oC


dijatuhkan pada balok es besar bersuhu 0oC. Berapakah es dapat dilebur oleh
potongan aluminium itu?
Jawab :
Kalor lebur es = 80 kal/gr
Kalor yang dilepaskan aluminium :
ΔQ1 = (m C Δt)Al

= ( 20 gr )(0,21 kal/groC)(90oC) = 378 kalori

Kalor yang diterima es :

ΔQ2 = L m = ( 80 kal/gr)(m)
Azaz Black :
ΔQ1 = ΔQ2
378 kal = 80 m kal

m = 378/80 ≈ 4,7 gram


8.3. Pemuaian Benda Padat dan Benda Cair karena Perubahan Suhu

1.Pemuaian Panjang
Dari hasil pengamatan ternyata bahwa perubahan panjang akibat pemanasan
sebanding dengan panjang sebelum diberi tambahan panas dan sebanding
pula dengan perubahan suhu sebagai akibat pemanasan . Jadi menurut uraian
kita ini perubahan panjang itu.
Δl ∞ lo Δt atau Δl = α lo Δt
dimana : lo = panjang mula-mula, Δt = perubahan suhu
Δl = perubahan panjang akibat pemanasan, α = koefisien muai panjang
Dengan demikian panjang l setelah pemanasan akan diberikan oleh :
l = lo + Δl= lo + lo α Δt = lo ( l + α Δt )

Dengan mensubsitusikan Δt = t – to
Contoh 3 :
Sebuah skala meter terbuat dari baja diusahakan agar pada jelajah tertentu memiliki
akurasi 5 x 10-5 mm. Hitunglah perubahan / variasi maksimum temperatur selama
pengukuran berlangsung.
Jawab :

Δl = α L ΔT
5 x 10-5 mm = (11 x 10-6/oC)(1,0 mm) ΔT
ΔT≈ 5oC
Contoh 4 :
Sebuah balok baja mempunyai panjang 200 meter pada temperatur 20 oC. kalau
temperatur ekstrimnya (temperatur yang dimungkinkan berekspansi ) adalah – 30oC
hingga +40oC, berapakah panjang ekspansi maupun kontraksinya.
koefisien muai panjang baja adalah 12 x 106/oC.
Jawab :
Panjang ekspansi :
ΔL = (12 x 10-6/oC)(200m)(40oC – 20oC) = 4,8 x 10-2 m ( bertambah sepanjang 4,8 cm)
Panjang Kontraksi ;
ΔL = (12 x 10-6/oC)(200m)(-30oC – 20oC) = -12,0 x 10-2 m
( bertambah panjang 12 cm)
2. Pemuaian Luas
tinjaulah suatu keping empat persegi panjang (misalnya dari suatu bahan
logam),pada suhu Sekarang to, sisi-sisinya adalah ao dan bo selanjutnya kita
panaskan hingga suhunya menjadi t, maka panjang sisi-sisinya sekarang akan
menjadi a dan b.

bo b
ao a

Menurut sifat muai panjang maka :


a = ao (l + α (t-to) ) dan b = bo (l + α (t-to))
Sehingga luasnya sekarang menjadi :
A = ao bo { l + α (t-to)}{ l + α (t-to)} = Ao{l+2α(t-to)+α2(t-to)2}
berhubungan karena α kecil sekali, maka α2<<α sehingga kita dapat mendekati

A = Ao {l +2α(t-to)} = Ao {l + β (t-to)}

Dimana β = 2α merupakan koefisien muai luasan


3. Pemuaian Volume
Untuk mudahnya analisa disini kita tinjau pararel epipedium siku-siku, yang
pada suhu to misalkan panjang rusuk-rusuknya adalah ao,bo dan co. Berikutnya
kita panaskan hingga suhu t, maka rusuk-rusuknya sekarang menjadi a,b dan c.

c0 c

b
a0 a

Akibatnya volumenya akan menjadi


V = aoboco { 1 + α (t – to)}3
= Vo { 1 + 3α (t – to)}+3α2 (t – to)2 +α3 (t – to)3}
berhubungan karena α kecil sekali, maka α2<<α sehingga kita dapat mendekati

V = Vo { l + 3α (t – to)} = Vo {l + γ (t-to)}
Dimana γ = 3α menyatakan koefisien muai volume
Selanjutnya dengan mudah dapat kita pahami bahwa akibat pemanasan tersebut
massa benda dapat dianggap tidak berubah. Jadi disini dipenuhi sifat invariansi
massa benda terhadap pemanasan. Dengan demikian dipenuhi

ρo Vo = ρ V = ρ Vo (l + γ Δt)

Sehingga diperoleh :
o o
 
1  t  1    t  t o 
ρo = massa jenis benda pada suhu to

ρ = massa jenis benda pada suhu t

Dari rumus diatas dengan jelas tampak bahwa massa jenis benda akan makin
kecil bila suhunya dinaikkan.
Material Koefisien Muai Panjang Koefisien Muai
α (oC)-1 x 10-6 Volume
Γ ( C)-1 x 10-6
o

Padat
Aluminium 25 75
Kuningan 19 56
Besi atau Baja 12 35
Timah 29 87
Gelas (pirex) 3 9
Gelas (biasa) 9 27
quarts 0,4 1
Beton atau batu bata ≈ 12 ≈ 36
Marmer 1,4-3,5 4-10
Cair
Bensin 950
Mercuri 180
Etil Alkohol 1100
Glycerin 500
Air 210
Gas
Udara (dan gas-gas 3400
lain pada tekanan
atmosfer)
Contoh 5 :
Suatu kubus metal dipanaskan hingga volumenya bertambah sebesar 0,1 volume
mula-mula. Bila suhu mula-mula To dan koefisien muai panjang metal adalah a,
maka hitunglah suhu akhirnya.
Jawab :
VT = Vo ( l + γ ΔT)

Misalkan suhu akhir T, γ = 3a dan ΔV = 0,1Vo

VT – Vo = Vo (3a)(T-To),

Atau ΔV = Vo (3a)(T-To)
0,1Vo = Vo (3a)(T-To)

T – To = 1/ 30 a atau T = To + 1/30a

Anda mungkin juga menyukai