Anda di halaman 1dari 39

SKENARIO 3

ANAK YANG LAMBAN


Kelompok B-5
Tittania Safitri Krisanda 1102015240
Mutiara Permata Sari 1102015151
Mutia Hayu 1102014176
Nurul Astrid Rumbia 1102013219
Natasya Puspita Dewi 1102015162
Puteri Kemala Indah F 1102015179
Rizkiyah Juniarti 1102012252
Tamara Ramadhan Soeharto 1102015236
Natasha Mita Dwidita 1102015160
Primadilla Rahma Anggia A. 1102015178
Skenario ANAK YANG LAMBAN
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun, dibawa ibunya ke puskesmas karena menurut
guru di sekolah, pasien tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah. Pasien sering
mendapat nilai yang jelek, padahal saat diterangkan oleh gurunya pasien selalu tampak
memperhatikan gurunya, pasien belum lancer membaca dan menulis, pasien sudah
lancar berbicara, dapat makan, mandi, dan berpakaian sendiri. Saat ini pasien masih
duduk di kelas I SD karena tidak naik kelas.
Pasien kemudian dirujuk untuk penilaian intelligence Quotien (IQ) dan didapatkan nilai 55
yang menunjukkan pasien terdiagnosa sebagai retardasi mental ringan. Pasien
disarankan untuk bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB), tetapi ortu tidak melakukan hal
tersebut karena masalah biaya.
Pasien berasal dari keluarga dengan tingkat social ekonomi rendah, menempati rumah
kontrakan yang sempit, ditempati oleh tujjuh anggota keluarga. Sebagai anak bungsu
dari lima bersaudara, pasien lebih banyak diasuh oleh kakak perempuannya yang paling
tua; kedua orang tua bekerja, ayah buruh kasar dan ibu buruh cuci, sehingga pemberian
makan pada usia balita tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi.
Dengan tekad yang kuat akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) yang bergerak mengelola Zakat-Infak-Shodaqoh (ZIS), akhirnya orang
tua pasien memasukkan anaknya ke SLB sebagai tanggung jawab dan wujud dari
kewajiban orang tua kepada anak untuk mendapatkan pendidikan khusus yang
dilanjutkan dengan pendidikan keterampilan, agar klien dapat hidup mandiri, tidak
tergantung pada orang lain.
Kata Sulit
1. Retardasi Mental
Suatu keadaan dengan intelegensi yang kurang
sejak masa perkembangan dan gangguan adaptif
sosial.

2. IQ
Angka yang menjelaskan tingkat kecerdasan
seseorang yang dibandingkan dengan sesamanya
dalam satu populasi.

3. SLB
Lembaga pendidikan khusus bagi penyandang
gangguan fisik dan mental.
Pertanyaan
1. Berapa nilai normal IQ?
2. Mengapa dari 5 bersaudara hanya satu yang
menderita retardasi mental?
3. Mengapa pasien dikatagorikan sebagai retardasi
mental ringan?
4. Sejak kapan retardasi mental dapat dideteksi?
5. Apa penyebab retardasi mental?
6. Bagaimana cara mengetahui tingkatan IQ?
7. Bagaimana tatalaksana retardasi mental?
8. Bagaimana pencegahan dari retardasi mental?
9. Apa saja perkembangan normal seperti yang
dilakukan anak usia 8 tahun?
10.Bagaimana kebutuhan nutrisi yang baik pada usia
balita?
11.Siapa saja yang berhak menerima zakat?
12.Apakah tingkat sosial dan ekonomi rendah dapat
mempengaruhi retardasi mental?
Jawaban
1. Nilai IQ:
Diatas rata-rata: 110-120
Normal / rata–rata: 91-110
IQ rendah yang masih dalam kategori normal: 80-90
Keterbelakangan mental: 70-79
Ringan: 50-69 Sedang: 35-49
Berat: 20-34 Sangat berat: <20

2. Faktor lingkungan social ekonomi: kedua orang bekerja, Kurang asupan nutrisi,
Anak yang diasuh oleh kakak
3. Karena mengalami gangguan berbahasa, namun masih mampu berkomunikasi
4. 18 bulan
5. Keracunan timah hitam, kelainan kromosom, kehamilan diatas usia 40 tahun,
genetik, kekurangan nutrisi, lingkungan, infeksi, trauma di kepala
6. Melakukan test IQ
7. Farmakologi: metilfenida untuk memperbaiki keseimbangan emosi dan kognitif,
Non farmakologi: konseling dan pendidikan SLB, support keluarga, dan test IQ
8. Tidak hamil usia lebih dari 40 tahun, nutrisi yang baik, screening TORCH
prakehamilan, ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan MPASI
9. Membaca, menulis, makan dan berpakaian sendiri
10.Asam amino esensial, omega 3, omega 6, vitamin B kompleks, iodium
11.Fakir, miskin, yatim piatu, musafir, jihad, hamba sahaya, amil zakat, dan muallaf
12.Bisa, karena tingkat social ekonomi rendah dapat memengaruhi asupan nutrisi
anak
Hipotesis
Retardasi mental merupakan suatu keadaan dengan
intelegensi yang kurang sejak masa perkembangan
dan gangguan adaptif sosial yang dapat disebabkan
oleh keracunan timah hitam, kelainan kromosom,
kehamilan diatas usia 40 tahun, genetik, kekurangan
nutrisi, lingkungan, infeksi, trauma di kepala. Hal ini
ditandai dengan adanya gangguan berbahasa dan
dapat dideteksi dini sejak usia 18 bulan. Retardasi
mental dapat ditangani dengan memperbaiki
keseimbangan emosi dan kognitif, konseling dan
pendidikan SLB, support keluarga dan dicegah
dengan tidak hamil usia lebih dari 40 tahun, nutrisi
yang baik, screening TORCH prakehamilan, ASI
eksklusif sampai usia 6 bulan dan MPASI.
Sasaran Belajar
 

LI 1 Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental

LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Retardasi Mental

LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Retardasi Mental

LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Retardasi Mental

LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Retardasi Mental

LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Retardasi Mental

LO 1.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Retardasi

Mental

LO 1.7 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Retardasi Mental

LO 1.8 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Retardasi Mental

LO 1.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Retardasi Mental

LI 2 Memahami dan Menjelaskan Nutrisi Tumbuh Kembang Anak

LI 3 Memahami dan Menjelaskan Fiqih Kewajiban Orang Tua terhadap Anak


LI. 1. Memahami dan
Menjelaskan Retardasi Mental
Definisi
1. The American Association Deficiency (AAMD)
dan Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV)
mendefinisikan retardasi mental sebagai
fungsi intelektual keseluruhan yang secara
bermakna di bawah rata-rata yang
menyebabkan atau berhubungan dengan
gangguan pada perilaku adaktif dan
bermanifestasi selama periode
perkembangan yaitu sebelum usia 18 tahun.
(Kaplan, 2008)
2. Menurut World Health Organization (WHO)
retardasi mental adalah kemampuan mental
yang tidak mencukupi
Epidemiologi
Retardasi mental diperkirakan bahwa 80 – 90% individu dalam
populasi dengan retardasi mental dalam kisaran ringan, sementara
hanya 5% populasi dengan retardasi mental yang gangguannya berat
sampai sangat berat. Prevalensi retardasi mental ringan berbanding
terbalik dengan status sosial ekonomi, sementara ketidakmampuan
sedang sampai berat terjadi dengan frekuensi yang sama pada hampir
semua kelompok pendapatan. Karena diagnosis retardasi mental
didasarkan pada penilaian perilaku penyesuaian diri dan tidak hanya
pada IQ, maka epidemiologinya juga bervariasi sejalan dengan siklus
hidup. Insidens retardasi yang pada mulanya dilaporkan meningkat
sejalan dengan usia, jumlahnya meningkat dengan tajam pada awal
tahun – tahun sekolah dan menurun pada akhir masa remaja.
Etiologi
Non-organik Organik
• Kemiskinan • prakonsepsi
• Keluarga tidak • Pranatal
harmonis • Perinatal
• Penelantaran anak • Post natal
• Interaksi anak-
pengasuh yang
tidak baik
Klasifikasi
Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman Penggolongan
Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ/DSM II 1968) adalah:
1. Retardasi mental taraf sangat berat = Idiot (IQ 0-19) :
Tidak dapat dilatih dan dididik tidak dapat merawat
dirinya sendiri.
2. Retardasi mental taraf berat = Imbecile berat (IQ 20-
35): Dapat dilatih dan tak dapat dididik.
3. Retardasi mental sedang = Imbecile ringan (IQ 36-51) :
Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable & Educable)
sampai ke taraf kelas II - III SD.
4. Retardasi mental taraf ringan = Debil (IQ 52-67) : Dapat
dilatih dan dididik.
5. Retardasi mental taraf perbatasan = Subnormal (IQ
68-85) : Dapat dididik di sekolah biasa, meskipun tiap
kelas dicapai dalam 2 tahun.
Ada 4 taraf Retardasi Mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut
skala inteligensi Wechsler (Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM,
p. 26), yaitu:
1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.
2. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ
40 – 54.
3. Retardasi mental berat (severe mental retardation) dengan IQ 20 –
39.
4. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan
IQ 20 kebawah.
Menurut nilai IQ-nya,maka intelegensi
seseorang dapat digolongkan sebagai
berikut:
Patofisiologi
Maninfestasi Klinik
1. Kelainan pada Mata : Katarak, Bintik cherry merah pada
daerah makula, Korioretinitis, Kornea keruh
2. Kejang : Kejang umum tonik klonik, Kejang pada masa
neonatal
3. Kelainan Kulit
4. Kelainan Rambut : Rambut rontok, Rambut cepat
memutih, Rambut halus
5. Kepala : Mikrosefali, Makrosefali
6. Perawakan Pendek : Kretin, Sindrom Prader-Willi
7. Distonia : Sindrom Hallervorden-Spaz
Menurut Shapiro BK (2007), gejala klinis yang sering
menyertai reatrdasi mental berdasarkan umur adalah
sebagai berikut:

• Newborn : sindrom dismorfik, mikrosefali, disgungsi sistem


organ major
• Early infancy (2-4 bulan) : gagal berinteraksi dengan
lingkungan, gangguan penglihatan atau pendengaran
• Later Infancy (6-18 bulan) : keterlambatan motorik kasar
• Toddlers (2-3 tahun) : keterlambatan atau kesulitan bicara
• Preschool (3-5 tahun) : keterlambatan atau kesulitan
bicara; masalah perilaku termasuk kemampuan bermain;
keterlambatan perkembangan motorik halus:
menggunting, mewarnai dan menggambar
• School age (>5 tahun) : kemampuan akademik kurang;
masalah perilaku (perhatian, kecemasan, nakal dan
lainnya)
Diagnosis
ANAMNESIS
1. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
2. Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
3. Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan
kehamilannya?
4. Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum
obat-obat yang bukan anjuran dokter?
5. Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
6. Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
7. Riwayat perkembangan anak?
8. Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang
pernah didapat?
9. Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
10.Latar belakang sosiokultural?
PEMERIKSAAN FISIK

Tahap Tahap
Pertama Kedua
Penilaian fisik : Inteligensi
tinggi badan, kinestetik,
berat adan dan verbal, musik,
lingkar kepala spasial, logika-
serta fungsi matematika,
panca indera. interpersonal,
Penilaian intrapersonal,
fungsional : natural dan
sensomotorik,pra eksistensialisme.
ksis,dan
representatif
• BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)
• Pemeriksaan Audiometric
Pemeriksaan • CT scan
Penunjang •

Timpanometri
Tes Laboratorium
• Pemeriksaan Psikologis

• Kromosomal kariotipe
• EEG (Elektro Ensefalogram)
Pemeriksaan • CT (Cranial Computed Tomography) atau
Lainnya MRI (Magnetic Resonance Imaging)
• Titer virus untuk infeksi kongenital
• Serum asam urat
Diagnosis Banding
1. Disleksia Anak mempunyai kesukaran
dalam berbicara dan mengucapkan kata-
kata segera setelah disekolahkan.
2. Sindroma Ertzam Gangguan dalam
berhitung dan menulis.
3. Sindroma Gertsman Tidak dapat
mengenal benda-benda dengan
sensibilitasnya.
4. Sindroma diskontrol  Lambat sekali dalam
mengekspresikan kehendaknya dan lambat
bereaksi trerhadap stimulus dunia luar.
5. Afasia dan Afonia Afonia adalah bisu tidak dapat
mengeluarkan kata-kata karena anak ini tuli sebelum
ia belajar berbahasa. Afasia motorik akibat lesi di area
brocca dengan gejala tidak mampu mengeluarkan
kata-kata untuk mengutarakan pikirannya dan afasia
sensoris akibat lesi di area wernicke dengan gejala
tidak mampu untuk mengerti bahasa lisan atau tulisan
6. Attention Deficit Hyoperactivity Disorder
(ADHD) Kelainan perkembangan yang diturunkan
secara genetik akibat adanya gangguan pada gen
transporter dopamin dan gen reseptor dopamin D4.
Anak dengan ADHD dapat memperlihatkan gejala
inatensi, hiperaktifitas dan implusivitas. Dampak bagi
individu ADHD itu sendiri yaitu adanya gangguan
emosi, rasa rendah diri, dan pada saat dewasa akan
tampak memiliki kepribadian yang “sulit”.
Tatalaksana
FARMAKO
Obat-obat yang sering digunakan dalam bidang
retardasi mental adalah terutama untuk
menekan gejala-gejala hyperkinetik, misalnya:
• Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
• Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hari
• Efek samping kedua obat diatas dapat
menimbulkan konvulsi
• Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga
menekan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan
belajar:
• Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
• Glutamic acid.
• Gamma amino butyric acid (Gammalon).
• Pabenol.
• Nootropil.
• Amphetamin dsb.
NON FARMAKO
Psikoterapi dapat diberikan baik pada
anaknya sendiri maupun pada orang tuanya.
Untuk anak yang terbelakang dapat
diberikan psikoterapi individual, psikoterapi
kelompok dan manipulasi lingkungan
(merubah lingkungan anak yang tidak
menguntungkan bagi anak tersebut).
• Pendekatan Medis
• Pendekatan Behavioral
• Pendekatan Kognitif-Behavioral
• Pendekatan Keluarga-Lingkungan
(Family ecological approach)
Pencegahan
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan
untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi yang
menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai
dengan retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk :
• Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat umum tentang retardasi mental.
• Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan
kerusakan system saraf pusat.
• Konseling keluarga dan genetik membantu
menurunkan insidensi retardasi mental dalam keluarga
dengan riwayat gangguan genetic yang berhubungan
dengan retardasi mental.
Pencegahan Sekunder dan Tersier
Jika suatu gangguan yang disertai dengan
retardasi mental telah dikenali, gangguan
harus diobati untuk mempersingkat
perjalanan penyakit (pencegahan sekunder)
dan untuk menekan kecacatan yang terjadi
setelahnya (pencegahan tersier).
Prognosis
Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya,
biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi pada
umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya.
Anak dengan retardasi mental ringan, dengan
kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi,
pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan
orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi
mental yang berat dengan masalah kesehatan dan
gizi, sering meninggal pada usia muda.
LI. 1. Memahami dan
Menjelaskan Nutrisi Tumbuh
Kembang Anak
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas
sumber daya manusia. Kecukupan gizi
sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak
dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa
remaja, hingga usia lanjut.
Growth Spurt :
• Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun
• Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.
Pada periode growth spurt, kebutuhan zat
gizi tinggi karena berhubungan dengan
besarnya tubuh.
Kebutuhan Gizi Anak Remaja
Kurva CDC IMT
Laki-Laki
Kurva CDC IMT
Perempuan
LI. 1. Memahami dan
Menjelaskan Fiqih Kewajiban
Orangtua Pada Anak
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Setiap bayi itu
dilahirkan dalam keadaan fitrah (tauhid, iman).
Orang tuanyalah yang (potensial)
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Oleh karena itu tanggung jawab orang tua


terhadap anak-anak mereka amat besar. Mereka
dituntut untuk bersungguh-sungguh mendidik,
mengasuh, dan mengajar, serta memperhatikan
anak-anak mereka sejak usia dini, baik dari segi
agama (ibadah dan akidah), intelektualitas,
mental, akhlak, maupun jasmani. Juga sikap
istiqamah (konsistensi) terhadap kebenaran dan
petunjuk agama yang lurus.
Kewajiban Orang Tua Terhadap
• Menyusui Anaknya
• Anak mempunyai hak untuk hidup
• Memberi Nama yang Baik         
• Mengaqiqahkan Anak
• Mendidik  anak
• Memberi rizqi yang ‘thayyib’
• Mendidik anak tentang  agama
• Mendidik anak untuk sholat
• Menyediakan tempat tidur terpisah antara laki laki dan perempuan
• Mendidik anak tentang adab yang baik
• Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik
• Memberi pengajaran Al Quran
• Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis
• Memberikan pengajaran ketrampilan
• Memberikan kepada anak tempat yang yang baik dalam hati orang tua
• Memberi kasih sayang
• Menikahkannya 
• Mengarahkan anak
Daftar Pustaka
• Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid
2. Jakarta. Karisma.
• Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta.
Gramedia.
• Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani
Group.
• Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak
jilid 1 Edisi 15. Jakarta. EGC
• Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000
• Sebastian, C.S. (22 Okt 2013). Pediatric Mental Retardation.
http://emedicine.medscape.com/article/289117-overview
• Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Departemen
Pendidikan Nasional.
• Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
• Zeldin, A.S. et al. (3 Feb 2014). Intellectual Disability.
http://emedicine.medscape.com/article/1180709-overview
• http://idai.or.id/downloads/CDC/Kurva-pertumbuhan-CDC-2000-len
gkap.pdf

Anda mungkin juga menyukai