Anda di halaman 1dari 29

Retardasi Mental Intellectual Disability (ID)

Nadya.Ar.Bubakar

Divisi Tumbuh Kembang – Pediatri Sosial


Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar
2020
PENDAHULUAN
• Retardasi Mental Masalah Dunia terutama di negara
berkembang
• Diperkirakan hampir 3% populasi mempunyai IQ<70% dan
0,3 % dari populasi mengalami RM yang berat.
• Diagnosa Retardasi mental baru bisa di tegakkan mulai usia 6
tahun.
• Sebelum usia 6 tahun GDD ( Global Developmental
Delay)
• GDD jika anak mengalami keterlambatan 2 atau lebih sektor
perkembangan ( perkembangan adaptif dan bahasa)

(Prof. Soetjiningsih & Dr.Sp.A(K), 2014; Prof. Soetjiningsih & Dr.Sp.A(K), 2014)
DEFINISI
Retardasi mental adalah suatu keadaan dimana intelegensi
umum berfungsi dibawah rata-rata, dimulai dari masa
perkembangan , disertai gangguan tingkah laku penyesuaian

Menurut ICD 10( International Code of Disease) RM adalah


perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap,
terutama ditandai dengan adanya hendaya(impairment)
ketrampilan(skills) selama masa perkembangan sehingga
berpengaruh pada semua aspek intelegensi, yaitu
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial
Shonkoff JP. Mental Retardation. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of
pediatrics. Edisi ke – 18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h. 125-9
Terdapat
kendala
Gejala perilaku
muncul saat adaptif sosial
usia <18
Tahun

IQ<70

Retardasi Mental, menurut Melly


Budhiman, (1991), RM jika memenuhi
kriteria tersebut.

Shonkoff JP. Mental Retardation. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of
pediatrics. Edisi ke – 18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h. 125-9
KLASIFIKASI
Terdapat bermacam-macam klasifikasi RM, yaitu:
1.Klasifikasi menurut American Assosiation Mental deficiency (AAMD) dan
WHO:
Derajat AAMD WHO
Ringan 55-69 50-70
Sedang 40-54 35-49
Berat 25-39 20-34
Sangat Berat 0-24 0-20

2.Menurut Melly Budhiman, 1991:


a. RM tipe klinik
b.RM tipe sosiobudaya

Walker WO, Johnson CP. Mental Retardation : overview and Diagnosis. Pediatrics in Review
2006;27;204-211
Kriteria diagnosis retardasi mental (intellectual developmental
disorder) menurut DSM-V TR adalah:
1. Ditemukannya defisit dalam fungsi intelektual, seperti memberi
alasan, pemecahanmasalah, perencanaan, berpikir abstrak,
menilai, pembelajaran akademik,
dan pembelajaran dari pengalaman, yang dipastikan melalui
pemeriksaan klinis dan tesintelegensia terstandar.
2. Adanya defisit dalam fungsi adaptif yang berakibat pada
kegagalan dalam
mencapai perkembangan dan standar sosiokultural untuk keman
dirian pribadi dan tanggung jawab sosial. Tanpa dukungan terus-
menerus, defisit adaptasi akan membatasi satuatau lebih fungsi
dalam aktivitas hidup sehari-hari, seperti komunikasi,
partisipasisosial, dan kemandirian, di beberapa tempat, misalnya
rumah, sekolah, kantor, danmasyarakat.
3. Onset dari defisit intelektual dan adaptasi timbul selama masa
perkembangan.
Kastner W. Mental Retardation: Behavioral Problems Palsy. Dalam: Parker S, Zuckerman B. Development
and Behavioral Pediatric. Edisi ke 2. Philadelphia: Lippincott; 2005. h 234-7.
Cont’
• RM tipe klinik:
• Mudah dideteksi sejak dini  kelainan fisik maupun mental cukup
berat
• Disebabkan kelainan organik
• Perlu perawatan terus menerus
• Terjadi: kelas social tinggi/rendah.
• RM tipe sosiobudaya
─ Baru diketahui setelah anak masuk sekolah
─ Tidak dapat mengikuti pelajaran
─ Penampilan seperti anak normal
─ Disebut juga RM 6 jam
─ Golongan social ekonomi rendah

(Prof. Soetjiningsih & Dr.Sp.A(K), 2014; Prof. Soetjiningsih & Dr.Sp.A(K), 2014)
3.Menurut American Association on Mental Retardation (AAMR), RM
dibagi 2 kategori:
• RM ringan: 51-75
• RM berat: < 50

4. Klasifikasi berdasarkan pendidikan dan bimbingan


Kategori IQ Pendidikan Bimbingan Prevalen
1. Ringan 55-70 Mampu didik Kadang-kadang 0.9 – 2.7 %

2. sedang 40-54 Mampu latih terbatas


3. Berat 25-39 Tidak mampu latih Ekstensif 0.3 – 0.4 %
4. Sangat berat < 25 Tidak mampu latih Pervasif

Grossman(1983)dan Public Health Services Health Care Financing Administration(1981)


Cont’
5. Klasifikasi berdasarkan ada dan tidaknya komorbid:
• RM dg kelainan dismorfik
• RM tanpa kelainan dismorfik

(Prof. Soetjiningsih & Dr.Sp.A(K), 2014; Prof. Soetjiningsih & Dr.Sp.A(K), 2014)
Ilustrasi Kasus
• Seorang anak usia 11 tahun datang dengan keluhan anak belum
bisa membaca sampai saat ini, anak mau berteman dengan teman
temannya dan tidak suka bertengkar, anak banyak menghabiskan
waktu bermain game.
Ayah bekerja sebagai buruh harian
Ibu bekerja sebagai Ibu Rumah tangga
BB : 20 kg TB : 122,5 cm
BB/TB : 86,95 % ( Gizi Kurang)
BB/U : 54 % ( Berat badan sangat kurang )
TB / U : 84,9 % ( Perawakan pendek)
Tinggi potensial genetik : 155 – 172,5 ( p -3 s/d p 25 )
Skor PSC : 6
• Assesment :
Kesulitan belajar Suspek Retardasi mental ( Tipe SosioBudaya)
Gizi Kurang
Perawakan Pendek
Normocephal

Planning :
Tes IQ
Diet sesuai asuhan nutrisi pediatri
ETIOLOGI
• Disfungsi otak –> dasar dari RM
• Anamnesis, px.fisik, dan laboratorium
• Sangat kompleks dan multifactorial
• Beberapa factor potensial  RM, oleh Taft LT (1983) dan
Shonkoff JP (1992):
• Non – organic
• Organik

Shonkoff JP. Mental Retardation. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of pediatrics. Edisi ke –
18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h. 125-9.
1. Non-organik
• Kemiskinan dan keluarga yg tdk harmonis
• Fc. Sosiokultural
• Interaksi anak dengan pengasuh yg tdk baik
• Penelantaran anak
2. Organik
Faktor prakonsepsi:
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolic)
Kelainan kromososm (x-linked, translokasi, fragile X)

Shonkoff JP. Mental Retardation. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of pediatrics. Edisi ke –
18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h. 125-9.
Faktor prenatal
Gangguan pertumbuhan otak trisemester 1
• Kelainan kromosom (trisomy 21, 18, 13)
• Infeksi intrauterine, mis: torch
• Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
─ Infeksi intrauterine: torch, HIV
─ Zat-zat teratogen
─ Ibu DM, PKU
─ Toksemia gravidarum
─ Disfungsi plasenta
─ Ibu malnutrisi
Faktor perinatal
─ Sangat premature
─ Asfiksia neonatorum
─ Trauma lahir
─ Meningitis
─ Kelainan metabolic: hipoglikemia, hiperbilirubinemia
Faktor pascanatal
─ Trauma pada susunan saraf pusat
─ Ggn perkembangan otak: hydrochepalus, lissencephaly
─ Neurotoksin: logam berat
─ CVA
─ Anoksia (tenggelam)
─ Metabolik

(Prof. Soetjiningsih & Dr.Sp.A(K), 2014; Prof. Soetjiningsih & Dr.Sp.A(K), 2014)
─ Gizi buruk
─ Kelainan hormonal, misalnya hipotiroiditis
─ Aminoaciduria, misalnya PKU
─ Kelainan metabolism KH, galaktosemia
─ Polisakaridosis, misalnya sindrom hurler
─ Serebral lipodosis
─ Penyakit degenerative
─ Infeksi
─ Meningitis, echepalitis
─ Subakut sklerosing panenchepalitis

(Prof. Soetjiningsih & Dr.Sp.A(K), 2014; Prof. Soetjiningsih & Dr.Sp.A(K), 2014)
GEJALA RETARDASI MENTAL
• Keterlambatan berbahasa
• Gangguan gerakan motoric halus dan gangguan adaptasi
• Gangguan perilaku: agresi, menyakiti diri sendiri, deviasi
perilaku
• Keterlambatan gangguan motoric kasar.
GEJALA KLINIS
Gejala yg menyertai retardasi mental:

Kelainan pada mata: Kejang Kepala


- Katarak: - Kejang umum tonik-klonik: - Mikrochepal
Sindrom down Glycogen storage diseases - Makrochepal
Galactosemia Phenylketonuria Hidrochepalus
- Bintik cherry-merah pd - Kejang pd masa neonatal Mukopolisakarida
macula: Arginosuccinic asiduria Efusi subdural
Mukolipidosis Hiperammonemia I dan II Perawakan pendek
- Korioretinitis: Kelainan kulit bintik café - Sindrom prader-willi
Sifilis kongenital au lait Distonia
Rubela pranatal Ataksia-telengektasis - Sindrom hallervorden-Spaz
- Kornea keruh: Sindrom bloom
Sindrom hunter Tuberous sclerosis
Sindrom hurler Kelainan rambut
- Rambut rontok
famial lactic asidosis
dg necrotizing
ensefalopati
Gejala Klinis
• Menurut Shapiro BK (2007), gejala klinis yg sering menyertai
RM berdasarkan umur, sbb:
1.Newborn: sindrom dismorfik, mikrosefali, disfungsi system organ
mayor
2.Early infancy (2-4 bulan): ggl interaksi dg lingk., ggn.
Penglihatan/pendengaran
3.Later infancy (6-18 bulan): keterlambatan motoric kasar
4.Toddlers (2-3 tahun): keterlambatan/kesulitan bicara
5.Preschool (3-5 tahun): keterlambatan/kesulitan bicara, masalah
perilaku termasuk kemampuan bermain; keterlambatan
perkembangan motoric halus; menggunting; mewarnai;
menggambar.
6.School age (> 5 tahun): kemampuan akademik kurang; masalah
perilaku (perhatian, kecemasan, nakal, dll.)
Coulter DL. Mental Retardation: Diagnostic evaluations. Dalam: Parker S, Zuckerman B. Developmental and Behavioral Pediatric.
Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott; 2005. h 238 - 41.
Pemeriksaan neurologik
• Lingkar kepala
• Tonus
• Kekuatan
• Koordinasi Otot
• Refleks Tendon dalam
• Refleks-refleks Primitif
• Ataksia serta gerakan-gerakan abnormal

Coulter DL. Mental Retardation: Diagnostic evaluations. Dalam: Parker S, Zuckerman B. Developmental and Behavioral Pediatric.
Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott; 2005. h 238 - 41.
Pemeriksaan Lanjutan
• EEG
• CT-SCAN
• MRI
• Titer Virus untuk infeksi kongenital

Coulter DL. Mental Retardation: Diagnostic evaluations. Dalam: Parker S, Zuckerman B. Developmental and Behavioral Pediatric.
Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott; 2005. h 238 - 41.
Penatalaksanaan

Perawatan Umum Terapi Medikamentosa


• Meningkatkan kesehatan dengan • Pemberian neutropik
memberi Gizi yang baik • Pemberian Psikotropik
• Imunisasi
• Mendeteksi penyakit sedini Mungkin
• Diagnosis dini PKU dan Hipotiroid
• Koreksi defek sensoris
• Pendidikan khusus/sekolah Luar biasa

Williams J, Venning H. Physical disability. Dalam: Polnay L. Community Paediatrics. Edisi ke -3. Edinburgh: Churcill; 2003. h.
503-6
• Pada pasien retardasi mental borderline, masih dapat bersekolah
di sekolah umum atau sekolah biasa.
• Biasanya yang diajarkan di sekolah luar biasa ini berupa
bagaimana cara mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya baik makhluk hidup maupun benda mati, terkadang
beberapa pelajaran yang seperti membaca, menghitung
(tergantung pada sudah sampai sejauh mana tingkat kemampuan
anak) dan semua cara pengajaran tergantung dari tingkat SLB
tersebut dan disetiap jenis SLB pasti berbeda cara pengajarannya
• SLB A  untuk tuna netra  kelainan pada penglihatan
• SLB B  untuk tuna rungu  kelainan pada pendengaran
• SLB C  untuk tuna grahita  retardasi mental

Williams J, Venning H. Physical disability. Dalam: Polnay L. Community Paediatrics. Edisi ke -3.
Edinburgh: Churcill; 2003. h. 503-6
• SLB D  untuk tuna daksa  adanya kelainan atau cacat
pada neuro muskulo seperti amputasi, lumpuh
• SLB E  untuk tuna laras  tidak bisa mengendalikan emosi
• SLB untuk kesulitan belajar  berbeda dengan retardasi
mental ringan, di sini pasien biasanya memiliki IQ normal
atau d atas rata-rata, hanya mereka umumnya malas, kurang
berlatih, cenderung memiliki perasaan untuk menghindar
• SLB untuk autis
• SLB untuk indigo

Williams J, Venning H. Physical disability. Dalam: Polnay L. Community Paediatrics. Edisi ke -3. Edinburgh:
Churcill; 2003. h. 503-6
PENCEGAHAN
• Primer (mencegah timbulnya retardasi mental):
• Sebabsebab retardasi mental yang dapat dicegah antara lain infeksi,
trauma, intoksikasi, komplikasi kehamilan, gangguan metabolisme,
kelainan genetik
• Sekunder (mengurangi manifestasi klinis retardasi mental).

Williams J, Venning H. Physical disability. Dalam: Polnay L. Community Paediatrics. Edisi ke -3. Edinburgh:
Churcill; 2003. h. 503-6
Prognosis

• Prognosis untuk RM Ringan Bonam


• RM Berat dengan masalah kesehatan gizi Malam
Kepustakaan:
1. Shonkoff JP. Mental Retardation. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB,
Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of pediatrics. Edisi ke – 18. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2007. h. 125-9.
2. Kastner W. Mental Retardation: Behavioral Problems Palsy. Dalam: Parker S,
Zuckerman B. Development and Behavioral Pediatric. Edisi ke 2. Philadelphia:
Lippincott; 2005. h 234-7.
3. Coulter DL. Mental Retardation: Diagnostic evaluations. Dalam: Parker S,
Zuckerman B. Developmental and Behavioral Pediatric. Edisi ke-2. Philadelphia:
Lippincott; 2005. h 238 - 41.
4. Williams J, Venning H. Physical disability. Dalam: Polnay L. Community Paediatrics.
Edisi ke -3. Edinburgh: Churcill; 2003. h. 503-6.
5. Falconbridge J. Counseliling. Dalam: Polnay L. Community Paediatrics. Edisi ke-3,
Edinburgh: Churcill; 2003. h. 469-478.
6. Prof. Soetjiningsih, D. S., & Prof IG.N Ranuh Dr.Sp.A(K). (2014). Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC..
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai