Anda di halaman 1dari 29

NAMA : KURNIAWATI

NIM :171211281
KELAS : 3A

TINJAUAN PUSTAKA

A. RETARDASI MENTAL
1. DEFINISI

Terdapat berbagai macam definisi mengenai retardasi mental. Menurut


WHO (dikutip dari Menkes, (1990), retardasibmental adalah kemampuan mental
yang tidak mencukupi. Carter SH (dikutip dari Toback C) mengatakan bahwa
retarfasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntunan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.

Menurut Melly Budhiman (1991), seseorang dikatakan retardasi mental,


bila memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Fungsi intelektual umum dibawah normal


2. Terdapat kendala pada perilaku adaptif sosial
3. Gejala timbul dalam masa perkembangan, yaitu dibawah usia 18 tahun.

Menuru liptak GS (1996), yang dimaksud dengan retardasi mental


adalah anak yang mampunyai IQ dibawah 70/75, onset sebelum 18 tahun, dan
terdapat keterbatasan pada keterampilan adaptif (yaitu keterbatasan dalam
berkomunikasi, menolong diri sendiri, homw living, keterampilan sosial,
bermasyarakat, mengarahkan diri, kesehatan, keamanan, fungsi akademik,
menggunakan waktu luang dan bekerja).

Menurut Sebastian SC (2002), retardasi mental adalah keterlambatan


perkembangan yang dimulai pada masa anak, yang ditandai oleh
inteligensi/kemampuan kognitif di bawah normal dan terdapat kendala pada
perilaku adaptif sosial.

1
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

Definisi retardasi mental menurut American Association on Mental


Retardation (AAMR) adalah fungsi intelektual umum secara bermakna dibawah
normal, disertai adanya keterbatasan pada 2 fungsi adapatif atau lebih, yaitu
komunikasi, menolong diri sendiri, keterampilan sosial, mengarahkan diri,
keterampilan akademik, bekerja, menggunakan waktu luang, kesehatan dan
atau keamanan; keterbatasan ini timbul sebelum umur 18 tahun.

Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya
dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ (intelegence quotient).

IQ adalah MA/CA ×100%

MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil tes

CA = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir

Fungsi intelektual dibawah nirmal apabila IQ dibawah 70; tetapi penentuan


nilai batas (cut of point) 70 itu tidak sama pada setiap organisasi prifesi. AAMR
menentukan sebagai batas adalah IQ 75, dan WHO 70. Demikian pula, dalam
menentukan nilai batas bawah retardasi mental ringan, terdapat perbedaan
dalam menentukan cut of point nya, yaitu 55 berdasrkan AAMD (American
Association Mental Deficiency) dan 50 berdasarkan WHO :

Derajat American Association Mental Word Health


Deficiency Organization

Ringan 55-69 50-70

Sedang 40-54 35-49

Berat 25-39 20-34

Sangat berat 0-24 0-20

2
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

2. KLASIFIKASI

Terdapt bermacam-macam klasifikasi retardasi mental, yaitu :

1. Klasifikasi menurut Amrican association Mental Deficiency (AAMD) dan


WHO.
2. Menurut Melly Budhiman, 1991
a. Retardasi mental tipe klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini,
karena kelainan fisik maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya
sering adalah kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu pdraatan
yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi
atau pun rendah. Orang tua anak penderita retardasi mental tipe klinik ini
cepat mencari pertolongan karena mereka melihat sendiru kelainan pada
anaknya.
b. Retardasi mental tipe sosiobudaya
Biasanya, kelainan ini baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan
ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak
normal, sehingga tipe ini disebut juga retardasi enam jam, karena begitu
mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti ank-anak normal
lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi
rendah. Para orang tua anak tipe ini tudak melihat ada kelainan pada
anaknya. Mereka mengetahui kalau anaknya retardasi mental dari
gurunya atau dari psikolog, karena anaknya gagal naik kelas beberapa
kali.
3. Menurut Amrican Association on Mental Retardation (AAMR)
AAMR hanya membagi retardasi mental menjadi 2 kategori yaitu
retardasi mental ringan dan berat. Perbedaan kriteria retardai mental
berdasarkan DSM-IV-TS dan AAMR

3
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

DSM-IV-TR AAMR

1. Ringan (IQ) 55-69 51-75

2. Sedang (IQ) 40-54

3. Berat (IQ) 25-39 <50

4. Sangat berat (IQ) <24

Keterangan : AAMR hanya membedakan retardasi mental ringan dan berat.


Pembagian ini berdasarkan kriteria yang lebih alamiah, antara lain
berdasarkan meningkatnya likelihood dari :
 Penyebab yang dapat diidentifukasi
 Kemorbud kesehatan, perilaku, dan gangguan psikiatrik
 Ketidakmampuan untuk mengikuti pendidikan formal
 Kebutuhan untuk perwalian nanti kalau sudah dewasa pada retardasi
mental berat
4. Klasifukasi berdasar pendidikan dan bimbingan

Kategori IQ Pendidikan Bimbingan Prevalen

1. Ringan 55-70 Mampu didik Kadang-kadang 0,9-2,7%

2. Sedang 40-54 Mampu latih Terbatas

3. Berat 25-39 Tidak mampu Ekstensif 0,3-0,4%


latih

4. Sangat <25 Tidak mampu Pervasif


berat latih

Retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental tipe
sedang mampu laitih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat
memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya. Bimbingan

4
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

untuk retardasi mental tergantung pada tingkat kemandieian anak. Pada


retardasi mental berat, anak perlu bimbingan secara intensif,sedangkan yang
snagat berat perlu bimbingan "pervasif".

5. Klasifikasi berdasarkan ada dan tidaknya komorbid

a. Retardasi mental dengan kelainan dismorfik


Lebih mudah untuk menegakkan diagnosis pada tipe ini.
b. Retardasi mental tanpa kelainan dismorfik.

3. ETIOLOGI

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk


mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan
multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial
berperan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Talft
LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.

Faktor-faktor yang potensial menjadi penyebab retardasi mental

1. Non-organik
 Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
 Faktor sosiokultural
 Interaksi anak dan lengasuh yang tidak baik
 Penelantaran anak

2. Organik

2.1. Faktor prakonsepsi

5
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

 Abnormalits single gene (penyakit-penyakit metaboli, kelainan


neurocutaneous)
 Kelainan kromosom (X-linked, tranlinked, translokasi, fragile-X)
 Sindrom polygenic familial

2.2. Faktor pranatal

 Gangguan pertumbuhan otak trimester I


 Kelainan kromosom (trisomi 21, 18, 13, mosaik,dan lainnya)
 Infeksi intrauteri, misalnya TORCH, HIV (Human
immunodeficiency virus)
 Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi, rokok, kokain, logam berat, dan
lainnya)
 Disfungsi plasenta
 Kelainan kingenital dari otak (idiopatik)
 Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
 Infeksi intrauteri, misalnya TORCH, HIV
 Zat-zat teratogen
 Ibu : diabetes melitus, PKU (Phenylketonuria)
 Toksemia gravidarum
 Disfungsi plasenta
 Ibu malnutrisi

2.3. Faktor pascanatal

 Sangat prematur
 Asifiksia lahir : perdarahan intra kranial
 Meningitis
 Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia

6
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

2.4. Faktor pascanatal

 Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat


 Gangguan perkembangan otak : hidrosefalus, lissencephaly
 Neurotoksin, misalnya logam berat
 CVA (Cerebrovascular accident)
 Anoksia, misalnya tenggelam
 Metabolik
 Gizi buruk
 Kelainan harmonal, misalnya hipotiroidosis, psedohipoparatiroidosis
 Aminoaciduria, misalnya PKU (phenyl ketonuria)
 Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll
 Polisakaridosis, misalnya sindro Hurler
 Serebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher)
 Penyakit degeneratif/metabolik lainnya.
 Infeksi
 Meningitis, ensefalitis
 Subakut sklerosing panensefalitis

Menurut Sebastian CS (2001) dan Hukum KH (2002), penyebab retardasi mental


adalah sebagai berikut:

1. Pranatal
a. Chromosomal abernations
 Sindrom Down
95% kasus sindrom Down disebabkan trisomi 21, sisanya disebabkan
oleh translokasi dan mosaik.
 Delesi
Contoh, sindrom cri-du-chat disebabkan dilesi pada kromosom 5p3

7
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

 Sindrom malformasi akibat mikrodilesi


Contoh, sindrom prader-wili (paternal origin) dan Angelman (materal
origin) terjadi mikrodelesi pada kromosom 15q11-12, terdapat perbedaan
fenotip karena mekanisme imprinting.
b. Disorders with autosomal-dominant inheritance
Contoh adalah tuberrous sclerosis yang disebabkan mutasi gen pada
pembentukan lapisan ektodermal dari fetus. Bila diagnosis tuberous sclerosis
ditegakkan,kedua orang tuanya harus diperiksa,karena risiko kejadian dapat
berulang 50% paxa setiap kehamilan.
c. Disorders with autosomal-recessive inheritance
Sebagian besar penyakit metabolik mengikuti kategori ini. Contohnya
phentlketonyria (PKU), penyakit metabolik yang banyak diketahui.
Gangguan ini pertama kali diketahui pada tahun 1934 oleh Folling pada
anak dengan retardasi mental.
d. X-linked mental retardation
Fragile X syndrome merupakan penyebab kedua retardasi mental, setelah
sindrom Down. Kelainan krimosom terjadi pada lokasi Xq27.3.
e. Infeksi maternal
 Infeksi rubela pada bulan pertama kehamilan, dapat memengaruhi
organogenesisi fetus (50%). Infeksi pada bulan ketiga kehamilan
mengakubatkan gangguan perkembangan fecus (15%). Kelainan akibat
infeksi rubelaberupa retardasi mental, mikrosefali, gangguan
pendengaran, katarak, dan kelainan jantung bawaan.
 Infeksi sito megalovirus kongenital dapat menyebabkan mikrosefali,
gangguan pendengaran sensorineural, dan retatdasi psikomotor.
 Toksoplasmosis kongenital mengakubatkan 20% bayi yang terinfeksi
mengalami kelainan hidrosefalus, mikrosefali, gangguan perkembangan
psikomotor, mata, dan pendengaran.

8
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

 HIV kongenital dapat menyebabkan ansefalopati, yang ditandai oleh


mikrosefali, kelainan neurologi progresif, retardasi mental, dan
gangguan perilaku.
f. Zat-zat racun
Zat teratogen yang terpenting pada ibu hamil adalah etanol, yang dapat
menyebabkan fetal alcohol syndrome (FAS). Alkohol menyebabkan 3
kelainan utama yaitu : 1. Gambaran dismorfik (bila terpajan pad tahap
organogenesis); 2. Retardaso pertumbuhan pranatal dan pascanatal; 3.
Disfungsi susunan saraf pusat (SSP), termasuk retardasi mental rongan atau
sedang,perkembangan motorik lambat, hiperaktivitas. Beratnya kelainan
tergantung pada jumlah alkohol yang dikonsumsi.
g. Toksemia kehamilan dan insufisiensi plasenta
Intrauterine growth retardation (IUGR) banyak penyebabnya. Penyebab
yang penting adalah toksemia kehamilan yang dapat mengakibatkan
kelainan pad SSP. Prematuritas dan terutama IUGR merupakan predisposisi
komplikasi perinatal, yang bisa memengaruhi SSP dan menimbulkan
masalah perkembangan lainnya.
2. Perinatal
a. Infeksi
Infeksi pada periode neonatal dapat menyebabkan sekuele perkembangan,
misalnya herpes simpleks tipe 2 yang dapat menyebabkan ensefalitis dan
sekuelenya. Infeksi bekteri yang menyebabkan sepsis dan meningitis dapat
mengakibatkan hidrosefalus.
b. Masalah kelahiran
Asfiksia berat, prematurius, truma lagir, dan gejala-gejala neurologis pada
masa bayi harus diwaspadai sebagai faktor risiko retarfasi mental.
c. M

9
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

Misalnya, pada retinopathy of prematurity (fibroplasia retrolentai) karena


pemakaian oksigen 100% pada bayi prematur, selain mengakubatkan
kebutaan juga dapat mengakibatkan kerusakan SSP dan retardasi mental.
Demikian juga dapat mengakibatkan kern ekterus dan retardasi mental.
3. Pascanatal
a. Infeksi, misalnya ensefalitis dan meningitis.
b. Zat-zat racun, misalnya keracunan logam-logam berat.
c. Penyebab pascanatal lainnya
Misalnya tumor ganas pada otaak, trauma kepala pada kecelakaan, gampir t
enggelam (near-drowning).
d. Masalah psikososial. Musalnya,deprivasi maternal, kurang stimulasi,
kemiskinan, dan lainnya.
e. Penyebabnya tidak diketahui
Sekitar 30% penyebab retardasi mental berat dan 50% retardasi mental
ringan tidak diketahui.

Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini bersal dari golongan
sosial ekonomi rendah karena kurngnya stimulasi dari lingkungannya, yang
secara bertahap menurunkan IQ bersamaan dengan terjadinya maturasi.
Dimikian pula, kedaan sosial ekonomi rendah dapat menjadi penyebab
organik retardasi mental, misalnyakeracunan logam berat yang subklinik
dalam jangka waktu lama dapat memengaruhi kemampuan kognitif.
Ternyata kejadian retarasi mental lebih banyak pada anak-anak dikota dari
golongan dosial ekonomi rendah. Infeksi sitomegalovirus juga lebih banyak
terdapat pada ibu-ibu dari golongan sosial ekonomi rendah. Kurang gizi,
baik pada ibu hamil maupun pada anaknya setelah lahir, dapat juga
memengaruhi pertumbuhan otak anak.

10
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

4. GEJALA KLINIS

Gejala klinis retardasi mental, terutama yang berat, adalah beberapa kelainan
fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang merupakan
gambaran stigmata yang mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah
ini, gambaran stigmata yang mengarah ke suatu sindrom penyakit tertentu.
Dibawah ini, beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi
mental, yaitu (SwAiman, 1989) :

1. Kelainan pada mata


 Katarak
 Sindrom Cockayne
 Sindrom Lowe
 Galactosemia
 Sindrom Down
 Kretin
 Rubela pranatal, dll
 Bintik cherry-merah pada daerah makula
 Mukolipidosis
 Penyakit Niemann Pick
 Penyakit Tay Sachs
 Korioretinitis
 Sifilis kongenital
 Penyakit sitomegalo virus
 Rubela pranatal
 Kornea keruh
 Siflis kongenital
 Sindrom Hunter
 Sindrom Hurler

11
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

 Sindrom Lowe, dll


2. Kejang
 Kejang umum tonik klonik
 Defisiensi glikogen sintetase
 Hiperlisinemia
 Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease I, III,
IV dan VI
 Phenyl ketonuria (PKU)
 Sindrom malabsorpsi methionin, dll
 Kejang pada masa neonatal
 Arginosuccinic asiduria
 Hiperammonemia I dan II
 Laktik asidosis, dll
3. Kelainan kulit
Bintik cafe-au-lait
 Ataksia-telengiektasia
 Sindrom Bloom
 Neurofibromatosis
 Tuberous sclerosis
4. Kelainan rambut
 Rambut rontok
 Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati
 Rambut cepat memutih
 Atrofi progresif serebral hemisfer
 Ataksia telangiektasia
 Sindrom malabsorpsi methionin
 Rambut halus
 Hipotiroid

12
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

 Malnutrisi
5. Kepala
 Mikrosefali
 Makrosefali
 Hidrosefalus
 Mucopolisakaridase
 Efusi subdural
6. Perawatan pendek
 Kretin
 Sindrom Prader-Wili
7. Distonia
 Sindrom Hallervorden-Spaz

Menurut Shapiro BK (2007), gejala klinis yang sering menyertai retardasi mental
berdasarkan umur adalah sebagai berikut :

1. Newborn : sindrom dismorfik, mikrosefali, disfungsi sistem organ major


2. Early infancy (2-4 bulan) : gagal berinteraksi dengan lingkungan, gangguan
penglihatan atau pendengaran
3. Later infancy (6-18 bulan) : keterlambatan motorik besar
4. Toddlers (2-3 tahun) : keterlambatan atau kesulitan bicara
5. Preschool (3-5 tahun) : keterlambatan atau kesulitan bicara; masalah
perilaku termasuk kemampuan bermain; keterlambatan perkembangan
motorik halus: menggunting, mewarnai, menggambar
6. School age (>5 tahun) : kemampuan akademik kurang ; masalah perilaku
(perhatian, kecemasan, nakal dan lainnya)

Sementara itu, menurut Melly Budiman, gejala retardasi mental tergantung pada
tipenya, yaitu :

13
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

1. Retardasi mental ringan


Kelompok ini merupakan bagian terbesar retardasi menta. Kebanyakan
termasuk dalam tipe soaial budaya dan diagnosis dibuat setelah anak
beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya
selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa
dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu
seperti orang dewasa yang normal. Namun, pada umumnya mereka kurang
mampu menghadapi stres sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari
keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira meliputi 12% dari seluruh penderita retardasi mental.
Mereka mampu latih, tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan
intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapi dapat dilatih
menguasai suatu keterampilanyertentu, misal pertukangan, pertanian,
kerajinan tangan. Apabila bekerja nanti, mereka ini perlu pengawasan.
Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiro. Kelompok ini
juga kurang mampu menghadapi stres dan kurang dapat mandiri sehingga
memerlukan bimbingan dan pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini.
Diagnosis mudah ditegakkan secara dini, karena selain ada gejala fisik yang
menyertai, juga ada keluhan dari orang tua bahwa sejak awal anak sudah
mengalami keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini
termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih higiene dasar saja dan
kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan
kerja, dan kemampuan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini adalah sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis
dini mudah dibuat karena gejala mental maupun fisik sangat jelas.

14
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

Kemampuan berbhasanya sangat minimal. Seluruh hidup penyandang


retardasi mental ini tergantungpada orang disekitarnya.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita


retardasi mental, yaitu (Shonkoff JP) :

1. Kariotipe kromosom
 Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
 Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
 Terdapat beberapa kelainan kongenital
 Genitalia abnormal
2. EEG (Elektroensefalogram)
 Gejala kejang yang dicurigai
 Kesulitan mengerti bahas yang berat
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
 Pembesaran kepala yang progresif
 Tuberosklerosis
 Dicurigai kelainan otak yang luas
 Kejang lokal
 Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
 Kelainan pendengaran tipe sensorineural
 Neonatal hepatosplenomegali
 Petechie pada periode neonatalKhorioretinitis
 Mikroptalmia
 Klasifikasi intrakranial

15
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

 Mikrosefali
5. Asam urat serum (serum uric acid)
 Khoreoatetosis
 Gout
 Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
 Asidosis metabolik
 Kejang mioklonik
 Kelemahan yang progresif
 Ataksia
 Degenerasi retina
 Ophtalmoplegia
 Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
 Hepatomegali
 Tuli
 Kejang dini dan hipotonia
 Degenerasi retina
 Ophtalmoplegia
 Kista pada ginjal
8. Seng (Zn) serum
 Acrodermatitis
9. Logam berat dalam darah
 Ariamnesis adanya pika
 Anemia
10. Tembaga (Cu) dan ceruloplasmin serum
 Gerakan yang unvolunter

16
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

 Sirosis
 Cincin kayser-fleischer
11. Serum asam amino atau asam organik
 Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
 Gagal tumbuh
 Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
 Warna rambut yang tidak biasa
 Mikrosefali
 Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
12. Amonia plasma
 Muntah-muntah dengan Asidosis metabolik
13. Analisis enzim lisozom pada lekosit atau Biopsi kulit
 Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
 Atrofi N. Optikus
 Degenerasi retina
 Serebelar Ataksia yang berulang
 Mioklonus
 Hepatosplenomegali
 Kulit yang kasar dan lepas-lepas
 Kejang
 Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14. Mukopolisakarida urin
 Kiposis
 Anggota gerak yang pendek
 Perawatan pendek
 Hepatosplenomegali
 Kornea keruh

17
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

 Gangguan pendengaran
 Kekakuan pada sendi
15. Reducing substance urin
 Katarak
 Hepatomegali
 Kejang
16. Ketoacid urin
 Kejang
 Rambut yang mudah putus
17. Asam vanililmandelik urin
 Muntah-muntah
 Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
 Gejala disfungsi autonomik
18. Pemeriksaan perkembangan kognitif dan adaptif
a. Kognitif
 Bayley scales infant Development III
 Wechsler preschool and primary scale of intellingence III
 Stanford-binet intellingence scale (5 th Ed)
 Kaufman assessment battery for children II
 Wechsler intelligence scale for children (WISC-IV)
b. Adaptif
 Vineland adaptive behavior scales II (VBAS II)
 Adaptive behavior scales II (ABAS II)
 Scales of independent behavior-revised (SIB-R)

6. PENATALAKSANAAN

18
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

Penatalaksanaan anak retardasi mental bersifat multidemensional dan


sangat individual. Namun, perlu diingat bahwa penanganan multidisiplin
merupakan jalan yang terbaik untuk setiap anak. Sebaiknya dibuat rancangan
suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk
mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin untuk itu, perlu
melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak, terutama
kemampuan kognitifnya, dari dokter spesialis anak untuk memeriksa fisik anak,
menganalisis penyebab dan mengobati penyakit atau ko-morbid/kelainan yang
mungkin ada. Kehadiran pekerja sosial kadang-kadang juga diperlukan untuk
menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu, Dibuat lah strategi terapi. Seringkali
penatalaksanaan ini melibatkan lebih banyak ahli lagi misalnya ahli saraf bila
anak juga anak menderita epilepsi, palsi serebral, atau lainnya. Psikiater juga
diperlukan, bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila
orangtuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi medis
diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensorinya. Ahli terapi
wicara memperbaiki gangguan bicara atau merangsang perkembangan bicara
juga diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi
mental ini.

Pada orangtuanya, perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan


anaknya dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-
kadang diperlukan waktu yang lam untuk meyakinkan orangtua mengenai
keadaan anaknya. Bila orangtua belum dapat menerima keadaan anaknya,
mereka perlu berkonsultasi pula pada psikologi atau psikiater. Selain, itu
diperlukan kerja sama yang baik antar guru dan orangtua, agar tidak terjadi
kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak di sekolah dan di rumah.
Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian, agar anak tidak diejek
atau dikucilkan. Masyarakat juga perlu diberi penerangan tentang retardasi
mental, agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.

19
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang disesuaikan


dengan taraf IQ-nya. Mereka digolongkan sebagai golongan mampu didik untuk
retardasi mental ringan dan golongan mampu latih untuk anak dengan retardasi
mental sedang. Sekolah khusu untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C. Di
sekolah ini, diajarkan juga berbagai keterampilan, dengan harapan mereka dapat
mandiri di kemudian hari. Diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan
tertentu, sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak
terpuji, seperti mencuri, merampas, dan kejahatan seksual.

Semua anak yang menyandang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan,
seperti pemeriksaan kesehatan rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh
kembang ya. Anak-anak ini sering juga disertai kelainan fisik yang memerlukan
penanganan khusus, misalnya anak yang mengalami infeksi pranatal dengan
sitomegalovirus akan mengalami gangguan pendengaran yang progresif
walaupun lambat; anak dengan sindrom down dapat memperlihatkan gejala
hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.

B. SENAM OTAK
1. DEFENISI

Brain gym atau senam otak adalah serangkaian gerak sederhana yang
menyenangkan dan digunakan oleh para murid di Educational Kinesiology (Edu-
K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan
keselurahan otak. Gerakan-gerakan ini membuat segala macam pelajaran
menjadi lebih mudah, dan terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan
akdemik.

Kata Education berasal dari kata latin educare, yang bearti “menarik
keluar” kinesiology dikutip dari bahasa yunani kinesis, bearti “gerakan” dan

20
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

merupakan pelajaran gerakan tubuh manusia. Edu-K adalah suatu sistem yang
memberdayakan semua orang yang belajar, tanpa batas umur, dengan
menggunakan aktivitas gerakan-gerakan untuk menarik keluar seluruh potensi
seseorang (Dennison, 2002).

Menurut Chong (2005, hal, 1) Brain gym adalah sebuah program perkembangan
pribadi yang memuat pendekatan praktis dan dinamis untuk proses
pembelajaran.

2. TUJUAN SENAM OTAK


 Stress emosional berkurang dan pikiran lebih jernih
 Hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih rileks dan senang
 Kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat
 Orang menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien
 Orang merasa lebih sehat karena stress berkurang
 Prestasi belajar dan bekerja meningkat
3. MANFAAT SENAM OTAK
Brain gym sangat diperlukan bagi anak-anak yang sulit belajar, berusaha
terlalu keras sehingga terjadi stress di otak. Mekanisme integrasi otak melemah
sehingga bagian-bagian otak tertentu kurang berfungsi. Selai itu juga
meningkatkan refleks karena stress yang diakibatkan informasiyang diterima di
otak bagian belakang sulit diekspresikan melalui bagian depan ota, sehingga
anak merasa kurang mampu. Brain gym diperlukan bagi anak yang perasaan
kurang mampu dan kurang berhasil mengakibatkan semangat belajar atau
bekerja kurang,sehingga prestasi statis menurun.
Maka dengan brain gym, pikiran akan lebih jernih, hubungan antar manusia akan
lebih rileks dan senang, lebih semangat berkonsentrasi, anak akan kreaktif dan
efesien juga lebih sehat dan prestasi belajar akan meningkat.

Keuntungan lainnya adalah :

21
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

 Memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stress, karena dilakukan dalam


waktu singkat
 Brain gym juga tidak memerlukan bahan atau tempat khusus, sehingga
dapat menyesuaikan situasi belajar dan bekerja dalam kehidupan sehari-
hari
 Dengan brain gym dapat meningkatkan kepercayaan diri
 Hasil akan segera dirasakan dalam hal kemandirian anak dalam belajar
dan seseorang dalam bekerja
 Secara aktif meningkatkan potensi dan keterampilan yang dimiliki,
karena brain gym menyenagkan dan menyehatkan
4. WAKTU YANG DIBUTUKAN DALAM BRAIN GYM
Brain gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan
digunakan oleh para murid di Educational kinesiology foundation, California,
USA untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan
keseluruhan otak. Brain gym juga sangat praktis, karena bisa dilakukan dimana
saja, kapan saja oleh siapa saja termasuk bayi. Porsi latihan yang tepat adalah
sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari.
Menurut Tobing (2008) gerakan-gerakan brain gym harus diulang sesering
mungkin dalam waktu tertentu untuk mendapatkan hasil yang baik.
5. GERAKA-GERAKAN BRAN GYM
 GERAKAN MENYEBERANGI GARIS TENGAH
 Gerakan Silang ( Cross Crawl )
Gerakan ini menyilang antara gerakan tangan kanan bersamaan
dengan kaki kiri dan tangan kiri bersamaan dengan kaki kanan.
Bergerak ke depan, ke samping, ke belakang, atau jalan di tempat.
Untuk ”menyeberangi garis tengah” sebaiknya tangan menyentuh
lutut yang berlawanan. Fungsi : Gerakan menyeberangi ini

22
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

membantu menggunakan kedua belahan otak secara bersamaan


dan harmonis.
 Angka 8 Tidur
Gerakan ini membuat angka 8 TIDUR sebanyak 3 kali tiap
tangan, kemudian 3 kali dengan kedua tangan. Fungsi : Bagi yang
pelupa ( seperti lupa dengan apa yang hendak dikatakan atau
membaca sampai halaman berapa ).
 Coretan Ganda
Gerakan menggambar dengan kedua tangan pada saat yang sama,
ke dalam, ke luar, ke atas, ke bawah. Fungsi : menumbuhkan
bakat seni, merelakskan mata dan tangan, mempermudah menulis.
 Putaran Leher ( Neck Rolls)
Gerakan dengan menundukkan kepala ke depan, pelan-pelan putar leher
dari satu sisi ke sisi yang lain, nafaskan keluarkan ketegangan. Ulangi
dengan bahu diturunkan. Bayangkan menggambar garis lengkung di
sepanjang dada. Fungsi : relaks, melindungi dari kemungkinan pengaruh
negatif peralatan eletronik.
 Pernafasan Perut ( Belly breathing)
Gerakan dengan meletakkan tangan di perut. Embuskan nafas pendek,
lalu ambil nafas dalam dan hembuskan pelan-pelan seperti balon yang
ditiup. Tangan mengikuti gerakan perut, naik waktu mengambil dan turun
waktu membuang nafas. Bila punggung ditegakkan setelah mengambil
nafas, udara akan bisa masuk lebih dalam lagi.
Fungsi : makanan lebih dicerna dengan baik,membaca lebih ekspresif dan
interpretasi.

C. TERAPI KOLASE/TERAPI BERMAIN


1. DEFINISI

23
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

Terapi bermain adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain yang dengan


sengaja direncanakan dengan pertimbangan-pertimbangan terapi, dilaksanakan,
diobservasi dan dievaluasi dalam hubungan dengan objek yang dituju. Dalam
kaitannya dengan terapi bermain pada anak dengan hospitalisasi didefinisikan
sebagai permainan yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi
ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar perawatan dan
prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang ada (Whaley & Wong,
2008)
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah
satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah
kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan
suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting
untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya (Nursalam, 2005).
2. TUJUAN
 Dapat lebih efektif dalam beradaptasi terhadap stress si rumah sakit
 Dapat melanjutkan proses tumbuh kembang selama perawatan di rumah
sakit
 Dapat mengembangkan kreaktifitas melalui pengalaman bermain yang
tepat
 Mengatasi konflik yang dialami anak
 Membantu mengekspresikan kemampuan anak agar merasa nyaman di
lingkungan asing
 Penurunan tingkat kecemasan anak
3. FUNGSI TERAPI BERMAIN
Menurut suherman (2000), fungsi bermain diantaranya yaitu :
 Perkembangan sensoris-motorik

24
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

Komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat


pentimg untuk perkembangan fungsi otot
 Perkembangan intelektual
Anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu
yang ada dilingkungan sekitarnya, terutama mengenai warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan membedakan objek.
 Perkembangan sosial
Ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya,
melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
 Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegitan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya.
 Perkembangan kesadaran diri
Melaui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku.
 Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru.
 Bermain sebagai terapi
Dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan
stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan

D. PERKEMBANGAN MOTORIK
1) DEFENISI

25
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui


kegiatan yang tekoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.

Perkembangan motorik merupakan proses tumbuh kembang kemampuan


gerak seorang anak.

2). JENIS-JENIS PERKEMBANGAN/KETERAMPILAN MOTORIK

 Keterampilan motorik kasar


Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar
atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri.
 Keterampilan motorik halus
Motorik halus adalah gerakan yang mengguankan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertent, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan beralatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari
tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan
sebagainya
Usia 1-2 tahun

MOTORIK KASAR MOTORIK HALUS

 Merangkak  mengambil benda kecil dengan


 Berdiri dan berjalan beberapa ibu jari atau telunjuk
langkah  membuka 2-3 halaman buku
 Berjalan cepat secara bersamaan
 Cepat-cepat duduk agar tidak  menyusun menara dari balok
jatuh  memindahkan air dari gelas ke
 Merangkak di tangga gelas lain
 Berdiri di kursi tanpa pegangan  bejar memakai kaus kaki sendiri
 Menarik dan mendorong  menyalakan tv dan bermain

26
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

benda-benda berat remote


 Melempar  belajar mengupas pisang

Usia 2-3 tahun

MOTORIK KASAR MOTORIK HALUS


 melompat-lompat  mencoret-coret dengan 1
 berjalan mundur dan jinjit tangan
 menendang bola  menggambar garis tak
 memanjat meja atau tempat tidur beraturan

 naik tangga dan lompat di anak  memegang pensil

tangga terakhir  belajar menggunting


 berdiri dengan 1 kaki  mengancingkan baju
 memakai baju sendiri

Usia 3-4 tahun

MOTORIK KASAR MOTORIK HALUS


 melompat dengan 1 kaki  menggambar manusia
 belajar menyusuri papan  mencuci tangan sendiri
 menangkap bola besar  membentuk benda dari
 mengendarai sepeda plastisin
 berdiri dengan 1 kaki  membuat garis lurus dan
lingkaran cukup rapi

Usia 4-5 tahun

MOTORIK KASAR MOTORIK HALUS


 menuruni tangga dengan cepat  menggunting dengan cukup
 membawa gelas tanpa baik
menumpahkan isinya  melipat amplop

27
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

 seimbang saat berjalan mundur  memasukkan benang ke


 melempar dan menangkap bola lubang besar
 melambungkan bola

DAFTAR PUSTAKA

Elisa, E. I. (2007). Brain Gym , Brain Games ( Mari Bermain Otak Dengan Senam
Otak ). Brain Gym, 12.

Olahraga, K., Ribut, O., Hp, A., Oleh, D., Vi, K., Jhonson, A., Nugraha, A. P.,
Pratama, D., & Arifianto, Z. F. (2014). Makalah senam otak.

Scarlet, D. (2013). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical Information and


Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

28
NAMA : KURNIAWATI
NIM :171211281
KELAS : 3A

Soetjiningsih,IG.N.Gde Ranuh.Tumbuh Kembang Anak Edisi 2.Jakarta:Penerbit Buku


Kedokteran EGC.2013

Ernawati, & Qasim, M. (2018). Pengaruh Dukungan Keluarga dan Dukungan


Konselor Adiksi terhadap Motivasi untuk Sembuh pada Pecandu Narkoba di Balai
Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar. Journal of Islamic Nursing, 3, 40–46.

29

Anda mungkin juga menyukai