Anda di halaman 1dari 29

KESEHATAN

LINGKUNGAN
PETERNAKAN AYAM
UPTD PUSKESMAS PRANGGANG
LATAR BELAKANG
• Usaha peternakan ayam komersial modern,
baik broiler maupun layer masih memiliki
prospek yang baik untuk dikembangkan
• Terdapat beberapa risiko usaha, seperti
rendahnya hasil produksi, ketidakstabilan
harga daging dan telur di pasaran, dan
pencemaran lingkungan.
– Lokasi peternakan ayam terlalu dekat
dengan pemukiman
– Limbah peternakan berupa feses,
bangkai ayam, sisa pakan, serta air dari
pembersihan kandang banyak
menimbulkan pencemaran/polusi udara
(bau kandang) dan kontaminasi lalat.
POLUSI UDARA (BAU KANDANG)
• Bau kandang yang menyengat bersumber dari gas amonia (NH3) yang
dihasilkan feses ayam. Selain itu ada gas beracun lain seperti H2S,
CO2, dan metana, namun yang paling banyak menimbulkan masalah
kesehatan dan produktivitas ayam, serta pemukiman adalah amonia. 
• Dalam satu hari seekor ayam rata-rata bisa mengeluarkan feses
sebanyak 0,15 kg, dan dari total feses tersebut biasanya terkandung
nitrogen 2,94%. Sisa nitrogen inilah yang nantinya akan menjadi
sumber amonia.
• Faktor timbulnya amonia:
– Adanya kelembaban yang tinggi dan suhu yang relatif rendah
kemudian akan membuat urea-urea yang mengandung nitrogen
tadi akhirnya terurai menjadi gas amonia dan CO2.
– Adanya pemberian protein pakan berlebih, sehingga tidak semua
nitrogen diserap sebagai asam amino, tetapi dikeluarkan sebagai
asam urat lewat feses 
DAMPAK AMONIA
• Gas amonia mempunyai daya iritasi tinggi bagi ternak, terutama ternak ayam,
sehingga bisa memicu infeksi penyakit pernapasan dan menurunkan
produktivitas ternak.
DAMPAK AMONIA
• Mengganggu mekanisme pertahanan pada saluran pernapasan
ayam
– Pada level 20 ppm, amonia bisa
mengakibatkan siliostasis (terhentinya gerakan silia atau bulu
getar) dan desiliosis (kerusakan silia), dan akhirnya merusak
mukosa saluran pernapasan ayam.
– Akibatnya, ayam mudah terserang penyakit pernapasan karena
silia dan mukosa saluran pernapasan merupakan gerbang
pertahanan pertama yang dimiliki ayam.
– Ayam-ayam yang terpapar amonia selama masa brooding menjadi
rentan terserang penyakit dan lebih sulit melawan infestasi
bakteri E. coli di saluran pernapasan karena rusaknya silia dan
mukosa di lokasi tersebut.
DAMPAK AMONIA
• Membuat ayam mengalami hipoksia
– Gas amonia bersama dengan gas CO2 mengakibatkan tekanan gas
O2 dalam udara sekitar ayam menurun, sehingga ayam mengalami
kekurangan oksigen (hipoksia) sehingga berkembang
bakteri Mycoplasma senang tinggal di lokasi tersebut. Akibatnya ayam
sangat mudah terserang CRD (ngorok) berkali-kali.
– Saat ayam terserang CRD, maka tubuhnya pun menjadi lebih rentan
terhadap serangan penyakit lain. Hal ini karena serangan CRD dapat
menyebabkan kerusakan silia dan mukosa saluran pernapasan yang
berfungsi mencegah masuknya bibit penyakit. Tidak berfungsinya silia
dan mukosa akibat CRD mengakibatkan bibit penyakit lain akan mudah
masuk ke dalam tubuh ayam.
– Yang paling sering adalah CRD kompleks. Kasus CRD kompleks bisa
memicu mortalitas hingga angka 10-20%. Sementara pada CRD murni,
kematian yang ditimbulkan terbilang rendah, sekitar 5% atau bahkan
tidak ada.
DAMPAK AMONIA

• Mengganggu pembentukan kerangka tubuh


dan kerabang telur
– Gas amonia dengan kadar >30 ppm mengakibatkan
kondisi alkalosis (pH cairan tubuh, termasuk cairan
plasma darah bersifat basa) pada ayam. Akibatnya,
pembentukan tulang/kerangka tubuh ayam pun
terganggu dan kerabang telur yang dihasilkan menjadi
lebih tipis.
DAMPAK AMONIA
• Gangguan pembentukan kekebalan tubuh
– Timbul gangguan pembentukan kekebalan tubuh local
dan humoral. Kekebalan lokal (IgA) yang terdapat
dalam saluran pernapasan atas, produksinya akan
mengalami gangguan akibat rusaknya sel-sel epitel
oleh iritasi amonia. Sedangkan kadar amonia yang
tinggi dalam darah (akibat terhisap dalam jumlah
besar) menyebabkan stres pada sel-sel limfosit
sehingga produksi antibodi (IgG dan IgM) juga
mengalami gangguan
TINGGINYA POPULASI LALAT
• SIKLUS HIDUP LALAT
• Siklus hidup lalat yaitu telur, larva, pupa, dan lalat dewasa.
Lalat dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih oval.
Telur berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di
feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva
keluar dari feses atau lokasi yang lembab menuju daerah yang
relatif kering untuk berkembang menjadi pupa. Pupa yang
berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. 1
siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya
memerlukan waktu sekitar 18-23 hari dan biasanya lalat
dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari.
TINGGINYA POPULASI LALAT
• Keberadaan populasi lalat yang tinggi juga memicu
tingginya serangan penyakit pada ternak ayam yang
dipelihara dan penyakit pada manusia. Hal ini karena lalat
berperan sebagai vektor penyakit, seperti virus, bakteri,
protozoa dan telur cacing. Vektor adalah organisme hidup
yang berperan sebagai pembawa dan penyebar bibit
penyakit dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu
ternak ke ternak lain. Perannya sebagai vektor, dibedakan
pula menjadi 2 kategori, yaitu vektor mekanis dan
biologis.
TINGGINYA POPULASI LALAT
– Vektor mekanis
• Lalat disebut vektor mekanis apabila
bibit penyakit yang menempel pada
tubuh lalat tidak mengalami
perkembangbiakan di dalam tubuhnya.
Lalat hanya membawa bibit penyakit
tersebut dari satu tempat ke tempat
lain.
– Vektor biologis
• Lalat disebut vektor biologis apabila
bibit penyakit masuk ke dalam tubuh
lalat ketika lalat mengigit atau hinggap
di ayam. Bibit penyakit akan
berkembang biak atau mengalami
perubahan siklus (ataupun keduanya).
TINGGINYA POPULASI LALAT
• Penyakit akibat lalat yang ditularkan pada ayam:
– leucocytozoonosis, AI, ND, Gumboro, histomoniasis,
dan necrotic enteritis (NE).
– infeksi cacing pita (Raillietina tetragona dan R. cesticillus)
pada ayam. Larva dan lalat dewasa sering kali termakan
oleh ayam sehingga ayam dapat terserang cacing pita
tersebut.
– cacing gilik (Ascaridia galli) maupun bakteri.
• Lalat juga dapat menularkan penyakit dengan gigitan dari
ternak terinfeksi ke ternak sehat. Lalat tidak hanya
mengancam kesehatan ayam, keberadaan lalat juga bisa
menganggu kesehatan pegawai di kandang hingga
masyarakat di sekitar peternakan.
TINGGINYA POPULASI LALAT
• Pada manusia, lalat akan menularkan beberapa
penyakit antara lain:
– Disentri
– Diare
– Demam tifoid/tipes
– Kolera
– Infeksi mata
– Infeksi kulit
ANTISIPASI MASALAH BAU DAN LALAT
• Memiliki izin usaha
– Usaha peternakan sebaiknya memiliki perizinan yang
lengkap mengikuti peraturan daerah setempat. 
– Usahakan ada bukti resmi tentang pembangunan
peternakan untuk menghindari penggusuran atau
penutupan peternakan.
– Perizinan ini meliputi surat persetujuan dari
masyarakat sekitar, rekomendasi dari desa, izin
pemerintah kota atau kabupaten, izin mendirikan
bangunan dan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan), surat izin usaha, dan surat izin gangguan
(HO)
ANTISIPASI MASALAH BAU
DAN LALAT
• Jarak kandang dengan pemukiman
– Untuk meminimalkan dampak negatif dari polusi bau
dan kontaminasi lalat terhadap masyarakat, sebaiknya
sejak awal peternak dapat memilih lokasi peternakan
yang tidak berdekatan dengan pemukiman masyarakat.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian
No. 40/Permentan/OT.140/7/2011 tahun 2011, jarak
antara peternakan ayam dengan lingkungan
pemukiman minimal 500 meter dari pagar terluar. 
ANTISIPASI MASALAH BAU
DAN LALAT
• Penanganan limbah
– Limbah peternakan yang paling utama
adalah feses ayam. Feses yang ada di
dalam kandang maupun di kolong
kandang harus dikelola dengan baik.
Jangan biarkan feses basah ada di sekitar
kandang karena hal tersebut justru dapat
mengundang bau dan menjadi sarang
berkembangnya lalat. Pada dasarnya
konsep penanganan feses bergantung
pada jenis ayam yang dipelihara
(broiler atau layer), jenis kandang
(litter atau panggung), tinggi rendahnya
kolong kandang, kondisi feses, dsb.
ANTISIPASI MASALAH BAU DAN LALAT
• Penanganan limbah
– Untuk pemeliharaan ayam broiler di kandang postal
litter atau panggung, umumnya sebagian peternak memilih
membiarkan feses menumpuk hingga satu periode. Hal itu
boleh saja dilakukan asalkan pada kandang postal,
penambahan litter baru dilakukan segera setelah
diketahui litter lama sudah cukup basah dan lembab.
– Pada kandang panggung dibuat konstruksi kolong kandang
yang lebih tinggi. Kolong kandang yang tinggi akan
menghasilkan feses yang lebih cepat kering dibandingkan
kolong kandang yang konstruksinya pendek. Hal ini karena
sirkulasi udaranya lebih baik dan jangkauan sinar matahari
ke kolong kandang juga bagus.
ANTISIPASI MASALAH BAU DAN LALAT

• Penanganan limbah
– Untuk pemeliharaan ayam layer sebaiknya peternak membersihkan feses
secara periodik, misalnya satu minggu sekali. Selain itu, jika kendang
baterai dibuat lebar dengan lebih dari satu jalur (seperti kandang yang
disusun model “W” bukan “V”), maka kolong kandang sebaiknya dibuat
tinggi. Standarnya di atas 1,5 meter. Peternak ayam layer juga bisa
memasang amben (para-para) untuk membantu pengeringan feses ayam
yang jatuh ke kolong kandang.
– Amben adalah tempat penampungan sementara feses ayam sebelum
jatuh ke tanah dasar kolong. Amben dibuat dari bilah bambu, dipasang
90-100 cm di atas dasar kolong. Mekanismenya, feses dibiarkan berada
di amben selama seminggu. Setelah itu amben dibalik sehingga feses
yang hampir kering jatuh ke dasar kolong. Feses ayam dari amben tidak
otomatis jatuh saat dibalik. Perlu digaruk dengan sekop agar amben
bersih kembali. Meski amben tidak 100% menghilangkan keberadaan
larva dari feses ayam, tetapi amben sangat membantu mengeringkan
feses ayam.
ANTISIPASI MASALAH BAU
DAN LALAT
• Hindari menyimpan feses dalam
karung terlalu lama di samping
kandang. Jika ingin memanfaatkan
feses ayam sebagai pupuk kompos,
lindungi feses agar tidak basah dan beri
dekomposer agar proses pengomposan
berjalan cepat. Selain feses, limbah
peternakan lain seperti bangkai ayam
juga menjadi masalah. Untuk itu
bangkai ayam jangan dibiarkan terlalu
lama begitu saja. Segera bakar bangkai
ayam kemudian dikubur.
ANTISIPASI MASALAH BAU
DAN LALAT
• Manajemen pemeliharaan
– Cegah kejadian wet dropping (feses basah) atau diare karena
amonia akan cepat terbentuk jika kondisi feses basah dan lembab.
– Cara pencegahannya yaitu dengan mengatasi kasus infeksi
pencernaan (penyakit necrotic entritis, koksidiosis, colibacillosis,
dll) yang menyerang ayam.
– Cara lainnya menyesuaikan asupan protein dan garam dalam
pakan dengan kebutuhan ayam.
ANTISIPASI MASALAH BAU
DAN LALAT
• Kadar garam yang terlalu tinggi di dalam pakan akan mengganggu
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga feses ayam menjadi
basah. Kadar garam yang tinggi juga akan memicu ayam
mengonsumsi air lebih banyak sehingga ayam mengalami diare.
Demikian halnya dengan kadar protein yang terlalu tinggi. Hal ini
terjadi karena sisa protein yang tidak tercerna akan diubah menjadi
asam urat yang tinggi konsentrasinya di ginjal sehingga akan memicu
ayam minum lebih banyak. Akibatnya feses ayam pun menjadi basah
dan encer.
ANTISIPASI MASALAH BAU
DAN LALAT
• Manajemen pemeliharaan
– Pilih bahan litter yang berkualitas (kering, tidak berdebu, mampu
menyerap air secara optimal) serta memasangnya dalam jumlah cukup
(tidak terlalu tipis). Gunakan litter dengan ketebalan optimal, yaitu 8-12
cm untuk kandang postal dan 5-8 cm untuk kandang panggung. Untuk
sistem pemeliharaan di kandang postal, pada litter bisa ditambahkan
kapur. Penambahan kapur ini berfungsi membantu penyerapan air dan
kelembaban udara.
– Hindari pekerjaan yang tergesa-gesa, terutama dalam mengganti air
minum. Jangan sampai air tumpah ke litter. Pasang instalasi tempat
minum dengan benar agar tidak terjadi kebocoran air.
ANTISIPASI MASALAH BAU
DAN LALAT
– Atur kepadatan kandang, dimana kepadatan ayam yang ideal adalah 15
kg/m2 atau setara dengan 6-8 ekor ayam broiler dan 12-14 ekor
ayam layer (pullet) per m2-nya. Saat awal (masa brooding) lakukan
pelebaran sekat kandang secara teratur sesuai pertumbuhan ayam sampai
seluruh kandang ditempati.
– Perhatikan sirkulasi udara dengan memperhatikan manajemen buka tutup
tirai, mengatur jarak antar kandang, serta menambah
penggunaan blower atau fan (kipas).
PENANGANAN AMONIA
• Apabila amonia sudah tercium menyengat di
dalam kandang dan lalat sudah banyak
berkeliaran, Cara mengendalikan bau amonia
yaitu dengan mengatur sirkulasi udara
(membuka tirai kandang), menambah sekam
baru (untuk kandang postal), memberi kapur
kemudian mengeruk feses ayam (untuk kandang
panggung), dan menggunakan bahan tertentu
yang mampu bekerja mengikat amonia. Salah
satu produk yang mengandung bahan pengikat
amonia adalah Ammotrol.
PENGENDALIAN LALAT
• Sedangkan cara untuk mengendalikan lalat, selain
dengan perbaikan manajemen pemeliharaan dan
penanganan feses secara rutin, peternak dapat
menggunaan obat pembasmi lalat. Obat pembasmi ini
dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu obat
yang bekerja membunuh larva lalat dan membasmi
lalat dewasa. Untuk membunuh larva lalat Medion
memproduksi Larvatox, dan untuk membasmi lalat
dewasa Medion memproduksi Flytox
 serta Delatrin. Flytox merupakan sediaan insektisida
yang efektif mengendalikan lalat pada area
peternakan tanpa menimbulkan resistensi, bekerja
cepat, dan daya kerjanya tahan lama. Demikian
dengan Delatrin yang memiliki efek knock
down (membunuh lalat
seketika). Flytox diaplikasikan dengan cara tabur,
sedangkan Delatrin diaplikasikan melalui semprot.
PEMBUATAN KOMPOS
KOTORAN AYAM
• Manfaat kompos kotoran ayam
– Kaya akan 3 nutrisi penting untuk pertumbuhan tanaman, berupa nitrogen,
fosfor, kalium
– Sifatnya lebih alami serta aman digunakan disbanding pupuk kimia yang
berbahaya untuk lingkungan
– Menjaga kelembapan akar tanaman sehingga proses pertumbuhan lebih stabil
dan tahan hama
– Menyuburkan dan memperbaiki kualitas tanah tanpa meninggalkan efek buruk
– Bahan kotoran ayam mudah diperoleh
– Tidak menimbulkan bau busuk dan tidak mencemari lingkungan
PEMBUATAN KOMPOS
KOTORAN AYAM
• Alat dan bahan
– Kotoran ayam 200kg
– Sekam padi yang sudah digiling 200kg
– Dedak 10 kg
– Cairan EM4
– Air bersih secukupnya
CARA PEMBUATAN KOMPOS

• Campurkan EM4 dan air, diamkan selama kurang lebih 12 jam


• Campurkan pula kotoran ayam, sekam padi yang telah digiling, serta
dedak. Aduk-aduk hingga bahan tercampur merata
• Siramkan larutan EM4 yang telah disimpan sebelumnya ke campuran
kotoran ayam
• Tutup adonan dengan plastic, terpal, atau karung goni
• Aduk kembali semua bahan hingga tercampur merata setiap 5 jam
sekali
• Setelah 5 hari, pupuk kompos siap digunakan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai